2317
Kisah di ujung malam #301
Tepat pukul 23:17 Ilham datang. Sekedar menyapa sebab besok pamit. Ibu pandangi Ilham, anak tunggalnya. Malam hampir larut dia baru sampai rumah. Seperti biasanya dicium tangan yang mulai keriput. Tapi doa untuk Ilham tidak pernah luput. Dalam setiap sujudnya, selalu terselip doa untuk Ilham. Tangan itu bukan sekali dia cium. Berkali-kali dia menciuminya. Ibu mengelus kepala Ilham penuh kasih. Tidak biasa Ilham seperti itu.
Ilham bukan anak alim. Tapi sejak ayahnya wafat tertembus peluru nyasar saat terjadi demo besar-besaran tahun lalu, menyadarkannya. Ibunya harus dilindunginya. Ibunya harus mendapat perhatian lebih. Dia kapok bergaul dengan orang-orang di jalan Malabar. Waktunya terbuang percuma. Bahkan terjerumus menjadi pengguna narkoba. Pesan ayahnya sebrlum wafat, dia harus sholat. Jangan sekali-kali meninggalkannya. Ilham jebolan pesantren di Yogyakarta. Untuk urusan bacaan sholat dan qur'an sudahlah tentu fasih. Godaan duniawilah yang menghancurkannya.
"Bunda, aku sayang bunda. Jangan bersedih" Ilham melihat rona kesedihan di wajah bundanya.
Ilham tidak tahu, ibunya mengidap kanker. Tepatnya kanker payudara. Selama ini disembunyikan rapat-rapat. Ibunya tidak ingin Ilham cemas.
Ilham menyerahkan uang yang diperolehnya hari ini. Sebagai seorang tukang bakso keliling berapalah besar yang diperoleh. Besar kecil baginya bukan soal, terpenting halal dan berkah.
"Tidak banyak tapi semoga cukup dan ada sisa untuk ditabung, aku ingin bunda bisa pergi haji ..." Mata ibunnya berkaca-kaca mendengar keinginan Ilham.
*****
Tepat pukul 23:17 seperti malam kemarin. Seseorang mengetuk pintu rumah. Rabiah, ibu Ilham membukakan pintu. Dia pikir Ilham yang datang.
"Ibu Rabiah? Tanya lelaki berpeci haji itu.
"Ya, anak siapa?" Tanya ibu selidik.
"Ilham, bu. Ilham tertembak peluru nyasar. Malam ini ada kerusuhan di Tanah Abang"
Tubuh wanita yang sedang sakit itu pun ambruk. Lelaki itu kebingungan. Beruntung dia tidak sendirian.
Dua lelaki kesayangan Rabiah pergi selamanya dengan cara yang sama. Tertembus peluru di dada saat sedang berjuang mencari nafkah. Bukan salah siapa-siapa. Takdir telah menentukan dua lelaki itu.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kisah yang menyentuh. Salam literasi.
Sip banget pak kasmadi..
terima kasih kunjungannya pak