Ditinggal Rabi
Bukan main blingsatannya bang Ucok. Heran bukan kepalang. Seperti dilempar batu jumroh. Lho? Iblis dong. Hanya karena dia seorang ojol. Dia ditinggal tanpa perasaan. Cincin sudah dia siapkan. Mahar sudah pula dia penuhi. Langit rasanya runtuh.
Bang Ucok membawa motornya dengan kecepatan tinggi. Penasaran kenapa kekasihnya begitu tega. Janji mengarungi hidup bersama sirna.
Lampu merah dia hajar. Langsam. Terus melaju. Ocehan pengendara lain dia acuhkan. Kampung Kayu Manis tidak jauh lagi. Wajah kekasih terbayang. Perasaannya kacau. Matanya pedih. Hatinya berkecamuk antara penasaran dan marah.
Tanjakan Kayu manis sudah lewat. Jalan haji Nasiin sudah terlihat. Motor dia gas.
Bendera kuning. Orang-orang berkumpul. Suara tangis bersahutan. Ada apa ini? Siapa yang meninggal? Apa kabar sang pujaan hati? Atau ....? Ah jadi banyak pertanyaan muncul rebutan keluar dari kepala. Bang Ucok langsung terabas masuk.
Ada tubuh yang terbaring kaku di ruang tengah. Ya, Rabi. Sang kekasih. Calon istri. Tubuh bang Ucok ambruk.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Wow... Menemui takdir
Sedih bacanya pak
semoga tabah....
Terima kasih pak Sis
Innalillahi wa innaillahi rojiuun.....turut berduka cita pak..keren pentigrafnya pak
Terima kasih ya bu Ratna
Duh, kasihan bang Ucok, . . sabar bang,. . . nyari lagi. . keren Pak Pentigrafnya. . . salam kenal dan sukses selalu, ijin follow
Terima kasih bu Umi
Turut berduka ya Bang Ucok
Terima kasih bu Ria