Pembelajaran Jarak Jauh (Home learning) menjadi satu-satunya pilihan cara belajar era pandemi. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Pilihan yang memaksa insan pendidik untuk mengubah cara pandang dan pola mengajar. Kendala yakin ada. Tidak semua guru terbiasa melakukannya. Pandemi covid 19 sungguh mengubah hampir sebagian besar cara belajar. Namun bukan guru kalau tidak dapat menyesuaikan diri. Guru harus jadi makhluk paling terdepan dan pandai menyesuaikan diri.

Bagaimana sebenarnya pembelajaran jarak jauh itu?

Pembelajaran jarak jauh sesungguhnya ada tiga strategi yang dapat dilakukan. Pertama, non digital. Strategi ini mengadalkan inisiatif guru dan siswa untuk melakukannya. Caranya dapat melalui telepon, tugas dikirim via ojol dan seterusnya. Kedua, semi online. Strategi ini dilakukan dengan cara komunikasi dapat via whatsapp group atau line group. Menurut beberapa guru cara ini paling efektif dan mudah. Ketiga, strategi denga daring (online learning).

Pemilihan materi esensial yang tepat juga faktor lain yang menentukan belajar daring tidak garing. Oleh karenanya guru sebelum menentukan strategi belajar daring harus menganalisisnya. Hasil analisis inilah kemudian dijadikan dasar pengembangan pembelajaran jarak jauh selanjutnya.

Guru hebring mengajar daring menjadi renyah.

Strategi ketiga yakni daring yang sedang melanda girah mengajar para guru. Pilihan favorit untuk guru-guru hebring. Orang Sunda pasti paham kata-kata ini. Ads banyak aplikasi yang mudah dipelajari oleh guru untuk menjadi guru hebring secara digital. Sehingga guru tidak tenggelam dalam gelombang disrupsi. Begitu banyak pilihan LMS yang membantu guru mengajar daring. Schoology, moodle, sekolahmu, sipintar atau google classroom. Google Classroom salah satu pilihan yang banyak digunakan sekolah. Sarana yang relatif mudah disediakan oleh google untuk pembelajaran daring. Guru dapat mengombinasikannya dengan aplikasi lain seperti powerpoint interaktif, youtube untuk media audio visualnya, google form, quizziz atau kahoot untu penilaiannya. Media interaktif dapat dibuat sendiri dengan kvsoft, sparkol atau media yang sudah tersedia di laman-laman pendidikan seperti rumah belajar.

Pengalaman penulis, penggunaan google classroom hanya akan efektif jika guru mempunyai pengetahuan aplikasi lainnya. GCR begitu nama bekennya merupakan ruang kelas maya. Tempat di mana guru dapat meneruskan tugas-tugas, materi dan komunikasi dengan chat. Tetapi untuk pembelajaran guru harus mempunyai daya dukung lain. Karya-karya interaktif dan menarik serta mudah dipahami siswa. Hal inilah yang menunjukkan kehebringan guru tersebut. Pembeda dengan guru-guru biasa saja. Untuk menjadi hebring maka guru harus rela belajar. Belajar aplikasi interaktif yang mendukung kegiatan belajar mengajar.

Bagaimana mengelola kelas daring?

Kelas dapat dikelola sendiri atau dengan tim. Dalam menggunakan GCR guru dapat mengelola secara komprehensif, kolaboratif, belajar menjadi bermakna. Komprehensif karena di dalamnya ada kelas yang dibuat seperti kelas konvensional, ruang materi, ruang tugas, ruang penilaian. Dalam ruang materi guru dapat mengupload materi dlm bentuk modul atau link file, power point, video baik file maupun link video seperti youtube. Selain ruang-ruang tersebut disediakan juga ruang diskusi. Ruang diskusi dapat juga melalyi google meet serupa zoom. Jika semua fitur-fitur tersebut dimanfaatkan secara maksimal ditambah dengan kualitas pengajaran yang baik, ditingkahi dengan kreatifitas guru dengan berbagai aplikasi yang dikuasai akan tercipta pembelajaran yang bermakna. Nah, hebring bukan?

Bagaimana mengelola penilaian?

Dalam urusan penilaian, pembelajaran daring tidak pernah kehabisan media tes. Aplikas tes daring sejenis kahoot, quizziz atau google form dan banyak lagi. Pengelolaannya mudah, mulai dari input soal sampai mempublikasikannya. Bukan berarti tidak ada kelemahan. Tetapi untuk membantu proses kegiatan belajar mengajar secara komprehensip:, aplikasi-aplikasi tersebut sudah layak.

Sebagai penutup, kegiatan belajar mengajar secara daring tetap membutuhkan guru. Oleh karenanya guru adalah faktor penentu kegiatan tersebut. Guru pantas disebut guru hebring yang tidak ada duanya. Jadi tidak perlu ragu untuk menjadi guru hebring agar belajar daring tidak garing.