Kisah Dua Belas Tahun Yang Telah Lewat
Catatan Lawas #299
Ini adalah sebuah kisah tentang shodaqoh. Kisah tentang dua belas tahun yang lalu. Baru ini hari berkesempatan menulisnya. Semoga cerita kecil ini bisa memberikan motivasi bagi yang mebacanya. Inspirasi untuk tetap cinta pada Allah Subhanahu Wata'ala.
Saat itu saya mendapatkan kenikmatan yang luar biasa dari Allah. Prediksi dokter, bahwa istri saya akan melahirkan sekitar tanggal 12 September 2008. Nyatanya Allah memajukan waktu lahirnya Khadijah, begitu saya dan istri memberinya sebuah panggilan sayang.
Bukan main senang dong. Proses kelahirannya yang membuat kami terutama saya dan istri. Surprise! Pasalnya dokter bilang sehat-sehat saja dan bisa normal dalam proses kelahirannya. Empat September, hari keempat Ramadhan, Khadijah sudah tidak sabar ingin ikutan puasa. Umminya, pagi itu sedang mengajar dikelas X, seperti biasa Asya yang masih liburan ikut ke sekolah. Ferdy juga ikutan mengajar. Tiba-tiba saja, umminya Ferdy merasa ada yang mengalir di kedua kakinya. Ternyata darah segar dan volumenya cukup banyak. Karuan saja segera keluar kelas dan meminta bantuan Bu Naning, guru matematika. Beliau sudah seperti saudara. Bu Naning menghubungi Pak Asyari untuk membawa ke Bidan Tati di Pondok Labu. Ditandu oleh beberapa siswa, ummi Ferdy dibawa keparkiran menuju mobil. Berangkat menuju rumah bidan Tati bersama Bu Naning, Bu Nuraini dan Pak Asyari.
Saya baru saja sampai di sekolah, saat istri telepon kalau ia mau melahirkan. Jadlah, kembali lagi ke rumah dan menyusul ke bidan Tati. Blooding yang cukup banyak saat saya tiba di Bidan tati, membuat bingung dan cemas. Sekitar 2 jam menunggu, pendarahan masih terus berlangsung. Saya sempat menunaikan sholat hajat di Mushollah samping kampus Bina Sarana Informatika. Bermunajat agar Allah memberikan kemudahan proses kelahiran Khadijah.
Saat kembali ke bidan Tati, pendarahan makin hebat. Mengerikan bagi saya yang sudah tiga kali menemani istri melahirkan. Mondar-mandir di depan teras. Seorang perawatmemberi keterangan tentang kondisi istri. Plasenta menutup jalan keluar bayi. Terbayang betapa sakitnya istri berjuang antara hidup dan mati. Saya berusaha menenangkan diri, menuju pintu keluar klinik. Menghirup udara luar.
Tiba-tiba ada seorang ibu yang mengejutkan saya muncul dari balik pintu. Dia mengulurkan tangannya meminta sedekah. Tanpa pikir panjang dan spontan saya mengeluarkan selembar uang, memberikannya pada ibu tersebut. Saya memohon doa ibu tersebut agar istri dimudahkan Allah dalam melahirkan anak kami. Setelah itu saya kembali menuju pintu kamar tempat istri berbaring. Bidan Tati menyarankan saya untuk membawa ke rumah sakit. . Saya kembali keluar dan melihat si ibu tadi. Ternyata dia masih berdiri dan berdoa. Sya menghampirinya, Pada akhir doanya ia meminta nama istri. Saya menemaninya berdoa sambil mengaminkan doanya.
Atas saran Bu Tati, akhirnya kami, saya dan dua perawat membawa istri ke RS. Prikasih. Pihak rumah sakit memeriksa istri dan memberikan surat pernyataan kesediaan dioperasi berikut resikonya. Istri dan ibu saya menangis. Saya bilang saya pasrah dan ikhlas kalau utuk mendapatkan Khadijah, harus lewat operasi. Saya mencoba memberikan pengertian sama istri dan ibu untuk ikhlas saja.
Keajaiban datang, dalam detik-detik proses menunggu operasi caesar, ummi merasakan dorongan luar biasa dirahimnya dan segeram emanggil perawat : "Sus, kayaknya saya udah nggak bisa nahan nih, bayinya mau keluar" kata ummi di depan saya dan ibu.
Suster yang gesit itu segera mengambil sarung tangan dan memeriksaistri, "wah,ini sih udah lengkap, ayokita keruang bersalin" ujar perawat gesit itu kepada teman sejawatnya dihadapan saya dan ibu.
Segera saja istri dipindah ke ruang bersalin, suster itu memndorong keretanya cukup kencang sampai saya saja nggak bisa ngejar. Tidak lama setelah masuk ruang bersalin, saya sempat ketemu dokternya, dalam hitungan kurang dari 10 menit, terdengar tangisan bayi tepat saatazan ashar. Saya dan ibu masih belum percaya, sempatmenanyakansuster yang keluar dari ruang bersalin : "Sus, itu tangisan anak saya?"
"Ya, pak siapa lagi. Soalnya yang melahirkan hari ini hanya istri Bapak!" katanya
Ya...Allah, pelajaran berharga buat saya. Doa saya dan ibu yang meminta shodaqoh itu dikabulkan. Padahal sudah menjelang operasi..... Allah Yarham.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Subhanallah... pelajaran berharga untuk kita. Bagaimana sedekah membawa kemudahan2
Betul sekali
subahnalloh. luar biasa pak
Terharu membaca tulisan Pak Kasmadi. Teringat kepda istri saya saat melahirkan anak ke 3.tahun 2009. Anak pertama dan kedua lahir normal tanpa operasi .tetapi anak ke 3 istri gak kuat lahiran normal ..jadi jalan satu-satunya opersai ceasar. Untung istri Bapak gak jadi opersai ya Pak..Alahamdulillah Allah Maha Kuasa. Selamat dan sukses selalu ya Pak
Alhamdulillah, Alloh syg sama saya pak, terima kasih
Indahnya, shodaqoh yangnpenuh berkah, salam santun.