Implementasi kurikulum merdeka dalam dua tahun terakhir ini menjadi momentum bagi para guru untuk menggali dan mengembangkan kompetensinya. Mengapa demikian? Ya, implementasi ini menantang para guru untuk mengembangkan salah satu prinsip dasar dalam asesmen. Kompetensi ini menjadi sangat penting karena akan membantu guru dalam penilaian dan melakukan refleksi. Di samping itu, asesmen ini juga membantu siswa mengetahui kemampuan dirinya.

Asesmen tidak lagi melulu menjawab soal-soal yang diberikan guru baik di awal pembelajaran maupun di akhir kegiatan pembelajarannya. Pemahaman konvensional atas asesmen menjadi kadaluarsa untuk pemlajaran kekinian. Asesmen dapat dilakukan baik di awal, di tengah maupun di akhir pembelajaran. Beberapa istilah penilaian juga perlu dikaji lebih mendalam oleh guru seperti Asesmen as learning, asesmen for learning dan asesmen of learning.

Asesmen dilakukan bukan lagi sebagai penilaian nilai akhir semata, tetapi bertujuan untuk membantu siswa berkembang sesuai kebutuhannya. Dalam istilah asesmen dikenal dengan pola pikir bertumbuh. Artinya dalam melakukan asesmen guru mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Bahwa kesalahan dalam belajar adalah hal yang lumrah, perbaikan pemahaman perlu dilakukan sesuai kondisi siswa. 2. Dalam belajar bukan kecepatan yang dituju melainkan tujuan pembelajaran sehingga perlu memahami karakter siswa untuk pbelajaran betdifferensiasi 3. Setiap siswa adalah individual yang unik dan mempunyai keistimewaan masing-masing. 4. Guru harus memberikan umpan balik kepada siswa 5. Setiap siswa dibiasakan dalam melakukan refleksi dan self asesmen sehingga siswa dapat mengambil pelajaran dari kegiatan pembelajaran di kelas.

Selain mempertimbangkan hal-hal tersebut di atas, asesmen yang dilakukan guru juga harus memenuhi prinsip-prinsip asesmen. Prinsip-prinsip tersebut antara lain, Pertama, asesmen merupakan bagian yang terpadu dari kegiatan pembelajaran sehingga prosesnya harus menyeluruh. Kedua, asesmen dirancang sesuai fungsinya namun teknik melakukannya secara bebas dilakukan oleh guru. Ketiga, asesmen dirancang memenuhi asas keadilan, validitasnya teruji dan dipercaya dapat mengukur komptensi yang dicapai siswa.

Keempat, hasilnya dibuat dalam bentuk laporan yang sederhana dan mudah dipahami bagi yang membacanya. Dan terakhir, asesmen harus menjadi bahan refleksi. Asesmen pada akhirnya diharapkan menjadi umpan balik bagi guru dan siswa. Hasil umpan balik tersebut menjadi dasar refleksi. Refleksi ini ditindaklanjuti dengan perbaikan-perbaikan untuk pembelajaran berikutnya.

Berdasarkan pemahaman asesmen tersebut, maka satuan pendidikan di tempat saya mengajar mencoba asesmen akhir tahun yang berbeda bagi kelas X. Asesmen yang beragam sesuai dengan materi akhir yang dipelajari siswa.

Sebagian guru ada yang melakukan asesmen dalam bentuk unjuk kerja, praktik dan menjawab soal seperti biasanya. Karena pola atau teknik asesmen yang berbeda ini, setiap mata pelajaran diberikan waktu lebih lama dari biasanya. Jadwal asesmen pun berbeda, tidak lagi ada jadwal pengawas karena guru mata pelajaran sendiri yang melakukannya.

Pesona asesmen model ini semoga saja menghasikan pandangan baru bagi guru dan menyenangkan bagi siswa.

Berikut salah satu contoh asesmen akhir tahun yang dilakukan oleh guru mata pelajaran Bahasa Indonesia.