Kasman Samin Kamsurya,S.Pd, M.Pd

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
BERLITERASI YANG JUJUR BAGI PENGEMBANGAN KARAKTER SISWA

BERLITERASI YANG JUJUR BAGI PENGEMBANGAN KARAKTER SISWA

BERLITERASI YANG JUJUR BAGI PENGEMBANGAN KARAKTER SISWA

Guru kencing berdiri murid kencing berlari, pepatah lama yang tak lekang oleh waktu. Hari - hari belakangan banyak tersiar kabar perihal tindakan siswa terhadap gurunya di sekolah. Berbagai bentuk pelanggaran yang mereka buat seperti yang kita saksikan di berbagai tayangan media, ada guru yang dianiaya oleh siswa karena persoalan ketersinggungan ditegur oleh guru seperti kasus di Sulawesi utara, ada guru yang dibacok oleh siswa karena tak terima dinasehati oleh gurunya, dan masih banyak kasus lainya.

Ironis sekali di zaman yang serba modern ini, dunia pendidikan kita direcoki dengan segudang persoalan karakter yang membuat pihak kementerian pendidikan kita pun berpikir keras bagaimana menuntaskan masalah karkater siswa sehingga tertuang dalam bagian kurikulum yang kita miliki.

Seperti yang tertcermin dalam Peraturan Presiden Nomor 87 tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang menjadikan pendidikan karakter sebagai platform pendidikan nasional untuk membekali peserta didik sebagai generasi emas tahun 2045 dengan jiwa Pancasila dan karakter yang baik guna menghadapi dinamika perubahan di masa depan (Pasal 2). Perpres ini menjadi landasan awal untuk kembali meletakkan pendidikan karakter sebagai jiwa utama dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia.

Kurikulum 2013 sebagai rujukan proses pembelajaran pada satuan pendidikan, perlu mengintegrasikan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Integrasi tersebut bukan sebagai program tambahan atau sisipan, melainkan sebagai cara mendidik dan belajar bagi seluruh pelaku pendidikan di satuan pendidikan. Untuk itu sebagai guru kita patut menggunakan berbagai strategi dalam merumuskan pembelajaran yang bermuatan penanaman nilai-nilai karakter yang jujur di dalam keseharian kita di sekolah atau di lingkungan masyarakat.

Ada beberapa bentuk implementasi penanaman nilai karakter bagi peserta didik seperti menanamkan budaya sapa salam bagi siswa sebelum mengawali pembelajaran atau sesudah pembelajaran, atau bentuk lain yang bisa diikuti oleh siswa. Apa saja yang kita pajang diruang kelas maka siswa akan melihat bahkan memegang serta menggunakan sebagaimana fungsinya. Misalnya kita simpan bola, siswa akan bermain bola. Kita simpan catur, siswa akan bermain catur. Kita simpan buku bacaan maka siswa pun akan membacanya.

Pertanyaanya, mungkinkah seperti itu ?, selama ini kita selalu mengeluh siswa malas membaca, tidak mau membaca, asik bermain di ruang kelas, sementara kita sendiri belum mencoba dengan berbagai hal, agar siswa tertarik dan mau membaca.

Terkadang untuk menumbuhkan minat baca kita harus sedikit memaksa, baik pada diri sendiri maupun siswa dengan cara meluangkan waktu 15 menit sebelum pelajaran dimulai untuk membaca buku.

Sepertinya sih, mudah saja, namun ternyata sulit juga diterapkan karena kondisi yang ada di sekolah sangat berbeda dengan pernyataan yang sering kita dengar dari para narasumber dalam berbagai seminar. Apalagi di sekolah pedalaman terpencil, jangankan buku bacaan, buku pelajaran saja terkadang harus kami berbagi satu buku dengan dua orang siswa, sementara mau beli buku, penghasilan orang tua siswa juga pas-pasan. Bagi yang memiliki rezeki lebih terkendala juga untuk membeli buku karena jarak yang jauh ke kota. Di sinilah dibutuhkan peran guru bagaimana cara menyelesaikan persoalan seperti ini.

Pengalaman saya dan beberapa rekan untuk menyelesaikan persoalan seperti ini, langkah pertama yang kami lakukan adalah menggunjungi Perpustakaan daerah, lalu kami menceritakan persoalan yang kami alami, Alhamdulilah pihak Perpustakaan di daerahnya mau menyumbangkan buku bacaan untuk siswa. Atau kita minta bantuan ke salah satu donatur yang ada di sekitar kita. Selanjutnya kami buat sudut bacaan di ruang kelas. dengan sedikit upaya kami membuat rak tempat mengatur buku. sehingga siswa tertarik melihatnya dan akhirnya mau mencoba membuka dan membaca buku tersebut. Melalui cara ini kami telah berhasil menarik minat siswa untuk membaca. Mungkin cara ini juga dilakukan oleh guru-guru di daerah lain.

Program saya ke depan, saya ingin membuat papan kejujuran, dimana siswa setiap pagi harus membaca 15 menit. kemudian menulis pernyataannya pada kertas “saya telah membaca 15 menit” bila siswa tidak membaca harus menulis sesuai dengan kenyataaan “saya tidak membaca hari ini”. Kemudian menempeli pada papan kejujuran. Proyeksi saya, setelah papan kejujuran berjalan sesuai harapan, tahapan selanjutnya adalah menulis judul buku yang dibaca, pengarang buku, berapa halaman yang dibaca dan menulis beberapa kalimat apa yang menjadi pelajaran terpenting dari buku yang sedang dibaca. Mudah-mudahan gerakan literasi sekolah berjalan lancar.

Harapan saya agar semua pihak bisa terlibat aktif dalam menggerakan pemgembangan nilai-nilai karakter siswa melalui program berliterasi yang jujur agar tercipta nuansa kehidupan yang nyaman dan bersahaya di lingkungan keluarga, sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Karena insya Allah dengan berliterasi yang jujur dapat meningkatkan harkat dan martabat bangsa kita Indonesia tercinta.

Ambon, 29 Oktober 2019

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren banget sumpah deh.Wkwkwk

05 Nov
Balas



search

New Post