Masuk dalam Periuk

Kasnida

Anis, satu satunya anak yang baru lahir di rumah gadang itu, membuat semua keluarga senang dengan kehadirannya, meskipun ibu kandungnya Juni tidak menginginkan dia terlahir ke dunia.

Hidup bersama nenek tahun 1947 yang tidak memiliki pendidikan, sedikit sekali para wanita yang melanjutkan studinya. Wanita saat itu posisinya hanya pada tiga tempat, dapur sumur dan kasur. Sehingga Anis menjadi salah satu permainan dan rebutan. Bila salah seorang nenek, selesai mengerjakan pekerjaan rumahnya maka dia akan bermain dengan Anis. Begitu juga nenek yang lain, mereka silih berganti akan membawa Anis ke rumah mereka, kondisi ini terkadang sangat melelahkan Anis yang masih kecil, maka nenek Baik, ingin menyelamatkan Anis dari rebutan pada nenek yang lain, menyembunyikan Anis dalam Periuk, sehingga tidak satupun yang melihat Anis berada di dalam rumah nek Baik. Sehingga Anis terbebas dari rebutan tersebut.

Setelah Anis berusia 2 tahun, dia sudah bisa bicara dan mengenal orang orang yang berada disekitarnya, menurut Anis ibunya adakah nek Baik, bukan ibu Juni. Karena dia, diurus dan dibesarkan oleh nek Baik tanpa seorang ayah, sementara di matanya ibu Juni sudah bersama pria lain menikmati hidupnya yang penuh kebahagiaan.

Tatkala, ayah Anis datang menemuinya, dan membawa Anis ke rumah nek Rama, ibu dari ayah Anis. Disana Anis diberikan anting anting, namun Anis tidak mau menerima lantaran dia, tidak kenal dengan ayahnya.

Anak balita, sangat peka dengan orang orang yang berada di sekelilingnya, bagaimana Anis bisa menerima ada seorang lelaki yang mengaku sebagai ayahnya, selama ini dia tidak pernah melihat sosok ayah yang hidup bersamanya, yang membelai rambut dan main kuda lumping bersamanya. Anak balita sebaya Anis, instingnya sangat tajam. Siapa orang yang sudah dia kenal dan siapa orang yang baru dia kenal.

Bagaimana bisa, Anis menerima bahwa ayahnya masih ada. Seiring berjalannya waktu, Pak Abduh yang menyesali sikapnya, telah meninggalkan anaknya sendirian bersama nek Baik, dia ingin menebus kesalahan tersebut. Maka dengan mengharap Inayah dari Allah pak Abduh, berusaha mendekati putri kecilnya dan menunjukkan bahwa dia adalah ayahnya. .Alhamdulillah, karena sering mendapat perhatian dari pak Abduh, Anis menerima bahwa ayahnya masih ada bersamanya. Hanya saja pak Abduh bukan tinggal bersama Anis. Anis menyadari kekurangan ayahnya, dia rela menerima apa yang terjadi sebelumnya. Dengan bimbingan nek Baik, akhirnya Anis tumbuh menjadi orang dewasa.

Semenjak kecil, Anis sudah diajarkan ilmu berdagang oleh nek Baik, dia sering berjalan kaki ke pasar yang berada disekitarnya untuk menjual beras dan membeli lauk pauknya.

Beras yang dijual di pasar, hanya sebanyak beras yang beras yang berada di kepala. Dengan sabar dan ikhlas Anis, menjalani hidupnya.

Pekerjaan Anis yang sering keluar dan masuk pasar membawa beras, untuk mencari lauk pauk, membuat dia memutuskan untuk tidak sekolah, cukup sampai duduk di bangku 2 SD saja.

Mencari nafkah saat itu, jauh lebih penting bagi Anis, karena dia hidup bersama nek Baik yang hanya bisa memberinya kehidupan dengan berjualan beras ke pasar.

Sama sekali Anis tidak, mengeluh dengan kehidupan yang dia alami, dia siapa menerima semuanya sampai pada batas waktu, dia mencapai usia dewasa.

Kasnida

Batu basa, 13 Maret 2o23