Kas Pani

Ternyata waktu begitu cepat berlalu, lari bagaikan kilat. Kalau dari dulu aku tahu seperti itu, tentu tiada kesia-siaan dilakukan. Kas Pani, pengawas sekolah SM...

Selengkapnya
Navigasi Web

Hikikomori

“ Kemana saja loe, sudah bulanan tak nongol-nongol ? “

“ Aku hikikomori. “

Yang di atas ilustrasi dialog dua sahabat yang lama tidak bertemu secara bercanda.

Benar, hikikomori di Indonesia, istilah ini lagi ngeterend, Apalagi saat pandemi covid 19. Orang-orang memplesetkan masa karantina atau isolasi dengan sebutan hikikomori. Kata ini berasal dari negeri sakura, Jepang. Arti harfiahnya menyendiri atau membatasi diri. Hikikomori ditujukan kepada anak-anak muda yang suka menutup diri dari kehidupan sosial, tidak mau lagi bergaul alias menjadi ansos ( antisosial ).

Seperti ditulis oleh Hestianingsih dari lansiran BBC, hikikomori biasanya terjadi pada pria muda yang berstatus mahasiswa atau lulusan perguruan tinggi. (Walipop, 25/08/2020).

Secara intelegensi tulisnya, para hikikomori cerdas di atas rata-rata, namun karena satu dan lain hal mereka memilih tidak berinteraksi dengan orang lain bahkan dengan keluarga sendiri. Dalam kesendirian “ pengidap “ hikikomori ini seakan-akan menemukan kenyamanan dalam pertapaan yang biasanya dihabiskannya di dalam kamar. Kerjanya di kamar, berselancar di internet atau main game, dan ada juga seharian baca novel atau komik.

Apa yang menjadi pemicu hikikomori ini ? Untuk kasus di Jepang, sejumlah pakar menyebutkan kemungkinan dipicu adanya tekanan dari keluarga yang mengharuskan mereka masuk universitas terbaik atau bekerja di perusahaan besar. Karena tidak sanggup dengan tekanan itu membuat mereka memilih menjadi hikikomori.

Kasus di Indonesia

Di Indonesia, sebetulnya sudah sejak lama fenomena ini muncul, yaitu dengan banyaknya cerita dan kasus tentang anak-anak atau remaja yang kurang bersosialisasi dengan teman dan kerabatnya karena asyiknya bermain game atau baca komik di kamar lalu mengunci diri tidak keluar-keluar. Ternhyata, setelah begitu lama tidak berada bersama temannya, lalu kembali berkumpul, ia seperti orang asing, gagap bergaul.

Frieda Isyana Putri dalam Detikhealth (13/02/2018) menulis, kebanyakan remaja itu menganggap hikikomori adalah sesuatu yang biasa untuk dilakukan, pada hal itu kebiasaan yang salah kaprah. Makin lama para hikikomori terpisah dari orang lain, maka kegagalan sosia lsemakin berat mereka alami.

Tentunya, kita tidak menginkan dan berharap generasi kita menutup diri dan anti sosial.]

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wow, ulasan yang keren Pak. Sukses selalu dan barakallahu fiik

28 Aug
Balas

Mohon maaf lahir dan bathin Bu Siti. Terimaksih.

30 Aug

Terimakasih Pak Sis. Semoga sukses dan sehat sealu Aamiin.

27 Aug
Balas

Keren Pak. Salam literasi, sukses selalu.

28 Aug
Balas

Terimakasih Pak Edi.

30 Aug

Terimakasih Pak Edi.

30 Aug

Terimakasih Pak Edi.

30 Aug

Terimakasih Pak Edi.

30 Aug

keren mencerahkan pak, ...sukses selalu

27 Aug
Balas

Semoga bermanfaat. Terimakasih.

30 Aug



search

New Post