Kas Pani

Ternyata waktu begitu cepat berlalu, lari bagaikan kilat. Kalau dari dulu aku tahu seperti itu, tentu tiada kesia-siaan dilakukan. Kas Pani, pengawas sekolah SM...

Selengkapnya
Navigasi Web
Perjumpaan yang Hanya Sebentar

Perjumpaan yang Hanya Sebentar

Keduanya belum saling mengenal. Karena tempat tinggal mereka berjauhan.

Perempuan bernama Indri tinggal di tepi aliran sungai. Satu setengah jam perjalanan naik perahu bermesin kukur kelapa yang orang sana menyebutnya Robin.

Sedangkan, lelaki ini berasal dari desa lain. Topan namanya, lengkapnya Muhammad Topan. Mereka kenal hanya lewat cerita dari orang tuanya. Sebab Indri dan Topan masih termasuk keluarga dekat.

Sebelumnya, Topan terus bersekolah, cari ilmu di kota. Sedangkan Indri tetap di desanya, menyulam kasap sebagaimana gadis-gadis di tempat tinggalnya.

Indri ingin sekali kala itu melanjutkan pendidikan, hanya saja beban hidup yang terasa berat, dan biaya tidak punya. Indri harus bahagia lulus hanya sampai sekolah dasar saja.

Siang itu, saat awan lagi tak beranak mendung. Rosna, ibunya Topan menyarankan pada Topan untuk menyunting Indri kerabatnya.

" Bagaimana kalau kau ibu jodohkan dengan anak pamanmu. " Rosna menyampaikan niatnya dengan serius.

" Bagaimana baik ibu saja. " Jawab Topan menurut.

Topan sadar, menolakpun tak ada artinya. Beberapa gadis bekas pacarnya telah berpaling, kawin dengan pria lain. Kalau tidak sekarang menikah, kapan lagi, walaupun itu pilihan ibunya. Sedangkan usia terus bertambah.

" Tapi, apa Indri bersedia jadi istriku ? " Tanya Topan ragu. Sebab mustahil gadis secantik Indri yang termasuk kembang desa belum punya pacar.

" Tunggulah jawabannya, penting kau bersedia. " Tanggap Rosna menghentikan pembicaraan sambil meninggalkan Topan kebingungan.

Benar, seminggu setelah Topan dan ibunya bicara. Indri bersedia dijodohkan dengan Topan, pegawai kantor perikanan di daerah ke pulauan.

Kata-kata dijodohkan pantas diberi, karena memang Indri sebelumnya sudah punya pacar. Tapi hanya sebatas pacaran.

Indri sudah pernah menyarankan kepada pacarnya, agar cepat melamar pada orang tuanya. Tapi laki-laki itu tak bersedia, belum mampu. Sehingga Indri ragu akan keseriusan hubungan mereka, lalu berakhir dengan putus secara sepihak oleh pacarnya.

Kebetulan ada saran orang tua untuk menerima lamaran keluarga Topan, Indri menerimanya sepenuh hati, walau bayangan kekasihnya masih lekat diingatan. Indri berusaha menghapus kenangan itu. Dan cara terbaik untuk melupakan, dengan tidak lagi memikirkannya. Indri menguburkan dalam - dalam masa lalu itu.

Indri harus menerima Topan, sekalipun belum mengenal sepenuhnya, apalagi cinta belum tumbuh sama sekali di hatinya. Biarlah waktu mengukirnya.

Pada jumpa awal sebagai kenalan, Indri dan Topan sudah punya tekad, membiarkan cinta dan kasih tumbuh alami, biarkan bersemi di masa pernikahan saja. Mereka berharap bisa mencintai suatu waktu walau perlahan- lahan.

Setelah enam bulan masa pertunangan, yang tidak biasa di desa itu, sesuai pengalaman paling cepat satu tahun, dilangsungkan pernikahan. Selama berkeluarga itulah Topan dan Indri memulai masaa pacaran sesungguhnya. Nyatanya Indri dan Topan mampu.

Seulan bersama di rumah mertua. Tiba waktu Indri untuk ikut Topan ke tempat tugasnya. Kerelaan dan keikhlasan di hati Indri untuk mengabdi pada suaminya.

Sebagai istri, Indri harus ikut Topan kemanapun pergi, termasuk ke daerah ke pulauan, orang - orang menyebutnya negeri seberang lautan. Ke sanalah Indri mengikuti takdirnya bersama lelaki yang belum pernah ia kenal dan cintai. Indri telah siap untuk itu.

Waktu terus berlalu, walau tidak begitu kencang. Belum sampai sebulan, udara ke pulauan menguji kekuatan tubuh Indri. Takdir bicara lain, ketika kedua hati sedang membuhul tali kasih dan rasa semakin lekat, Indri menderita demam panas luar biasa.

Topan menatap wajah Indri yang pucat dengan kesedihan mendalam. Saat pendangan bertemu, ada kesenduan, berbaur kepasrahan. Tanpa sadar, senja hadir di mata Indri dan Topan.

" Aku menyangimu. " Suara Indri bergetar menggenggam jemari Topan. Angin pantai bergemuruh lewat ventilasi tempat kost mereka. Rumah sangat sederhana.

Pengobatan telah dilakukan, tapi kondisi Indri belum banyak berubah. Suhu badannya tetap panas, beberapa kali minta diselimutkan merasa kedinginan.

Pasangan muda ini nyaris tak berdaya, apalagi keduanya jauh dirantau. Ada perih dan sedih.

Keputusan diambil, Indri mesti dibawa ke daratan untuk berobat. Topan membawa Indri kembali ke kampung orang tuanya. Berobat agar sembuh.

Setelah satu minggu, sakit Indri tak berkurang, semakin parah. Hingga pagi itu Indri koma, tak sadar diri.

Tiga hari berlalu, Allah memberi keputusan lain, Indri kembali kepada Rabnya. Pulang meninggalkan orang - orang yang ia sayangi, termasuk Topan, lelaki yang ia cintai dunia dan akhirat.

Kabut membias di wajah Topan. Mendung yang menggantung di langit menjadi warna tergelap yang kini dialaminya, air matanya tumpah, ingat masa - masa berikhtiar menguatkan cinta mereka.

Ternyata pelangi muncul di setelah gerimis siang, indahnya. Perjuangan kesabaran Indri dan topan berhasil menyatukan cinta mereka.

Tapi takdir punya jalannya sendiri. Ada batas bersama dan ada akhir untuk berpisah. Indri kembal. Butuh keikhlasan sempurna.]

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wow, cerita yang bikin meleleh. Sukses selalu dan barakallahu fiik

18 Jan
Balas

Ha...ha, apo yang meleleh bu Siti.Terimakasih.

18 Jan



search

New Post