Tanda Tanya, ?
" Tumben, Pak Pengawas, Cerpen Lelaki Separuh Umur, tidak ada yang komen ? " Tanya seorang pembaca Gurusiana lewat menssenger.
Awalnya, saya juga kurang peduli dan menghiraukan minimnya komen dari teman - teman dengan cerpen tersebut. Karena seusai tulisan saya posting, biasanya saya tidak open lagi, apakah tulisan saya dikomen atau tidak. Jika ada yang beri komentar atau mengapresiasi positif atau negatif, tentunya untuk menghargai mereka saya akan jawab komentar tersebut.
Namun akhirnya, pertanyaan sahabat saya itu kepikiran dan jadi tanda tanya juga dalam hati, " mengapa ya ? ". Pada hal tulisan sebelumnya, walaupun tidak terlalu banyak, satu atau dua orang pasti ada yang kasih komentar, Kendatipun orangnya itu - itu juga. Tapi ada.
Berbeda, di FB yang saya share setelah diposting di Gurusiana, cerpen itu banyak yang mengapresiasi lewat komentar, bahkan ada yang mengatakan, ke kinian. Saya jawab kontekstual. Tapi di Gurusiana nol komentar. Pada hal cerpen Lelaki Separuh Umur, saat saya menulis artikel ini, telah dilihat tiga ratus sembilan puluh enam kali. Terlepas apakah cerpen itu dibaca atau cuma menatap judulnya saja.
Saya berpikir, ada benarnya juga inbox teman tersebut. Saya coba analisa, apa penyebabnya. Namun tak kunjung ketemu, kecil sekali korelasi hipotesa yang ada dipikiran saya dengan realitas yang muncul dari tulisan tersebut. Makanya, saya jawab saja dengan enteng, " lagi malas teman-teman beri komentar kali, karena tulisannya kurang bermutu ".
Namun, teman yang mengaku sangat suka membaca tulisan-tulisan saya itu, memaparkan analisa lain. " Oh ya, apa itu ? " Saya penasaran.
Dia sampaikan, bisa jadi contens cerpen yang saya tulis sedikit agak sensitif untuk dikomentari. Karena isinya, rada - rada mirip dengan peristiwa Operasi Tangkap Tangan ( OTT ) ketua umum salah satu partai politik. Tayangnya pun sehari setelah gemparnya kejadian itu.
Pada hal ide cerita Lelaki Separuh Umur, dua hari sebelum kejadian OTT sudah mengendap di otak saya, dan draft tulisannya sudah siap, tinggal mengedit dan mempostingnya lagi. Bersamaan ada kejadian itu, pas lah momennya, saya pikir.
Analisa tambahan dari teman saya. Kemungkinan ada perasaan takut. Why ? Karena sebagian besar penulis di Gurusiana adalah mereka mengabdi di kementrian yang pegawainya terlibat dalam OTT tersebut. Apa iya takut ?
Saya hanya tertawa dengan analisa yang saya anggap kurang relevan itu. " Tidak mungkinlah mereka takut. " kalau cuma komen. Apalagi nama, tempat dan setting cerita jauh seratus delapan puluh derajat dengan kejadian OTT. Terlalu absur dan mustahil.
Tapi entahlah. Saya hanya berpikir positif saja. Urusan komen atau tidak, bukan sesuatu yang sangat penting, tugas saya cuma menulis, dan menulis.Titik sebesar drum.]
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Saya komen ciat Pak Uda hehe. Makin sukses menulisnya Pak Uda. Barakallah
He..he.Iyo bana Uni Fera.Makasih.
Saya pembaca setia pak pengawas...
Saya juga pembaca setia Bu Dewi.Makasih
muda-mudahan cerpen berikutnya bisa lebih menarik lagi.
Insyaallah.Saya terus belajar Bu Emi.