Achmad Kaswary Pratama

Pendosa...

Selengkapnya
Navigasi Web

Selamat Datang

Malam mulai jatuh, adzan kalah dangan bising kendaraan yang berpadu dengan umpata. Jalanan menjadi gelanggang tempur bagi mereka yang penat dengan rutinitas. Pinggir jalan warung kaki lima berbaris rapih seperti prajurit yang hendak perang, mereka bersaing mengais rezeki dari ganasnya kota.

Di salah satu warung, tampak dua orang lelaki sedang beristirahat. Mereka menepi sejenak berusaha mundur dari gelanggang jalanan yang semakin tidak terkendali. Kemacetan tampak mengular, seperti seekor monster yang siap kapan saja menghisap habis seluruh energi dari para petarung.

Sabab musabab kemacetan karena perkelahian antar warga kampung. Masalah sederhana, berawal dari saling ejek hingga meluas menjadi saling hunus benda tajam. Warga yang terkenal santun dan ramah senyum berubah menjadi sekumpulan masyarakat barbar yang haus darah.

Api terlihat membumbung tinggi dari salah satu kendaraan yang dibakar masa. Saat itu bukan hanya burung yang dapat terbang, sesekali batu dan pecahan kaca ikut melayang tinggi dan tidak jarang kedua benda itu hinggap di kepala. Aspal hitam berubah jadi merah, bau gosong bercampur bau anyir.

Dua lelaki yang sedang berada di salah satu warung, tampak asik menikmati kopi tiga ribuan dan keretek murah. Keretek yang tampak layu seperti sayur yang terlalu lama direbus. Keretek yang seharusnya sudah tidak pantas dihisap.

Mereka seru bertukar cerita, politik, wanita, Tuhan, apapun menjadi topik obrolan yang seru. Tidak terlihat rasa penasaran di wajah mereka, sesekali penjaga warung ikut nimbrung dalam keseruan, tentu jika ia tidak sibuk melayani pembeli.

Terdengar bunyi sirine dari satuan huru-hara. Tidak berselang lama, bunyi letusal terdengar diikuti asap yang mengepul membuat mata berair. Sayup-sayup teriakan minta ampun terdengar. Perlahan tidak lagi ada umpatan yang terdengar, tinggal medan perang yang kosong dan meninggalkan sisa-sisa perperangan.

Kesatria yang awalnya gagah, kini tertunduk lesu. Nyalinya ciut seolah telah dikebiri mantri. Kota damai dapat berubah menjadi nereka.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post