Judul : warisan di jejak coretan

Penulis : Kembang sri rezeki

Kegiatan menulis sebenarnya bagi saya adalah hal yang menyenangkan. Mungkin karena hobi membaca, lalu belajar membuat catatan dari bacaan. Lambat laun menjadi kebiasaan melakukan penulisan, walau bentuknya masih sederhana karena berawal dari coretan harian. Saat itu usia saya baru belasan, duduk di bangku sekolah menengah. Memiliki diary istimewa dan segala hal bisa saya ungkap dengan leluasa, tanpa orang lain mengetahuinya. Itulah langkah literasi pertama.

Dikelas dua, ibu membelikan saya mesin tik sebagai hadiah. Menambah semangat saya membuat berbagai goresan kata. Dari mulai pelajaran, puisi hingga cerpen asalan. Semua menjadi sahabat bagi imajinasi saya yang kesepian. Anak desa yang suka membaca, tapi tak punya tempat cerita. Apalagi kala seragam saya telah berubah, menjadi putih abu abu warnanya. Saya berkesempatan mengurus majalah dinding sekolah, koq rasanya menyenangkan membuat tulisan dan menempelkannya lalu dibaca oleh teman- teman. Seolah apa yang kita bayangkan lalu tertuang ditulisan, bisa dinikmati orang disekitar.

Saat kuliah pernah mengurusi buletin buat kalangan komunitas mahasiswa islam. Hanya saja bentuknya masih sederhana, baik dalam kajian dan tampilan. Mulai merasakan bahwa ada sisi kemanfaatan besar dari sebuah tulisan. Bagaimana ia memiliki potensi merubah pembaca ke arah kebaikan.

Ketika menikah, saya masih suka menulis beberapa catatan. Terutama berkaitan dengan peran saya sebagai ibu sehingga bahasannya banyak seputar pengasuhan. Kisah interaksi belajar saya dengan anak-anak, fenomena sekitar juga masalah pendidikan menjadi perhatian secara personal. Sayangnya kebanyakan semuanya masih berupa coretan. Saya fikir awalnya, bahwa selama ini saya menulis adalah untuk menjaga kewarasan. Agar apa yang saya fikir dan rasakan juga alami punya tempat untuk dituangkan. Namun diakhir menjadi sebuah catatan perenungan, tentang perjalanan saya menjadi seorang insan. Maka saya putuskan, mengumpulkannya di sebuah buku formal. Sebagai warisan sekaligus jejak bagi kehidupan. semoga jadi amal yang kekal.

Penulis adalah peserta sagusabu di banda aceh