
Catatan Covita Belajar dari Rumah
Belajar dari Rumah, merupakan dilema bagi Covita. Rupanya dia sangat tidak menikmati pembelajaran yang dilaksanakan melalui gawai dengan sistem daring. Bukan karena dia anak yang malas, tetapi salah satu syarat mutlak pembelajaran daring adalah mempunyai gawai, atau seperti teman-teman memanggilnya dengan sebutan android atau smatrphone.
“Ada tugas apa lagi, enok?” Pertanyaan Ibu membuyarkan lamunan Covita, yang sedari tadi bingung mau meminjam gawai kepada siapa.
“Belum tahu Bu, saya belum tahu ada tugas apa hari ini, karena belum ada hape nya! Tapi kalau tugas hari kemarin sudah saya kerjakan, tinggal nanti dikirim lewat e-mail,” jawab Covita lirih.
“Ya sudah, tunggu saja teteh pulang kerja, nanti kamu bisa pinjam tuh, hape teteh!” ucap Ibu sambil melipat baju.
Selama Pandemi Covid-19, pembelajaran di sekolah ditiadakan berganti dengan pembelajaran dari rumah dengan sistem pembelajaran berbasis daring, itulah yang dialami Covita, siswa kelas 7 sekolah menengah di kabupaten Tangerang. Baru seminggu saja, Covita sudah kewalahan, sedangkan belajar dari rumah harus dialami Covita selama berbulan-bulan.
Covita rupanya pasrah dengan keadaan ini, karena mau tidak mau, suka tidak suka, sebagai pelajar remaja dia harus tetap menepati tugas dan melaksanakannya dengan kesungguhan meskipun sarana telekomunikasi dia tak punya. Covita, tak mau membebani ibunya dengan meminta dibelikan gawai seperti yang teman-temannya lakukan, bahkan ibunya pun tak mempunyai gawai, hanya kakak pertamanya yang kerja di sebuah perusahaan tekstil di kota Tangerang yang mempunyai gawai, dan itu pun bisa Covita pakai setelah kakaknya pulang kerja, apalagi jika kakaknya harus lembur, alamat larut malam dia bisa mengerjakan tugasnya.
Sejak menjadi yatim ketika usianya lima tahun, Covita sudah terbiasa hidup sederhana, sudah bisa makan sehari-hari juga merupakan kebahagiaan bagi keluarga Covita, Covita sudah terbiasa memendam keinginannya agar tak menjadi beban pikiran ibunya. Beruntung, Covita punya ibu yang sangat perhatian dan kakak pertama yang sangat royal.
***
“Assalamualaikum, Ibu Zahra, saya Covita. Tadi Pagi saya belum ikut Penilaian Harian III Bahasa Inggris, bolehkah saya ikut ulangan susulan malam ini?”
Covita mengirimkan pesan melalui whatsApp kepada Bu Zahra, guru Bahasa Inggris. Bu Zahra yang baru menidurkan anaknya yang batita, langsung membalasnya.
“Walaikumsalam, Covita tunggu ya, ibu akan kirim tautan Penilaian Harian III segera!”
Bu Zahra langsung mengubah pengaturan soal yang telah ia buat, soal itu sudah Bu Zahra kunci untuk koresponden karena waktu pengerjaan soal sudah kadaluarsa. Akhirnya, Bu Zahra langsung membuka google drive pada laptop, lalu mengetik pengaturan soal yang ia buat pada Google Form, setelah ready, Bu Zahra langsung mengirimkan tautan soal pada Covita.
“Baca perintah soal ya Covita, jika sudah jam 23.00 soal otomatis tertutup, usahakan selesai sebelum jam tersebut! Waktu pengerjaan soal 90 menit, jangan lupa berdoa!”
Anjuran Bu Zahra dilaksanakan Covita dengan sepenuh hati, dia bersyukur bisa melaksanakan Penilaian harian secara daring malam ini, setelah menunggu kakaknya pulang kerja untuk dipinjam smartphone.
Bu Zahra sudah mengetahui bahwa Covita tidak mempunyai smartphone karena ketika semester ganjil, saat akan dilaksanakan pembelajaran dengan berbasis IT menggunakan android di kelas. Seminggu sebelum dilaksanakan pembelajaran, Bu Zahra menerangkan pembelajaran yang akan dilakukan dengan menggunakan android, disambut antusias oleh sebagian besar siswa, kecuali Covita yang tampak lesu wajahnya. Sinar wajah Covita yang tak ceria, terpantulkan kepada Bu Zahra, oleh karena itu setelah selesai pelajaran, Bu Zahra mengobrol dengan Covita sambil jalan sehingga tak tampak bahwa sedang membicarakan hal serius.
“Pokoknya kamu harus tetap masuk, nanti ibu pinjamkan smartphone suami ibu yang tak terpakai,” ucap Bu Zahra meyakinkan Covita, seketika semburat wajah Covita kembali menjadi ceria, dengan sigap dia mengucapkan terimakasih.
***
Bu Zahra baru sempat menganalisis hasil jawaban siswa yang telah dilaksanakan secara daring dua hari kemudian, dia buka aplikasi spreadsheet, dan melihat satu persatu poin yang telah di dapat oleh siswa. Bu Zahra cukup puas dengan nilai siswa yang sebagian besar mendapatkan nilai di atas KKM, lebih puas lagi ketika melihat jawaban koresponden terakhir yaitu Covita dengan pengerjaan soal 45 menit, dia mendapatkan nilai hampir sempurna. Dari kurang lebih 200 siswa, Covita mendapat niai 10 besar, sebuah prestasi yang cukup membanggakan untuk siswa dengan keterbatasan sarana.
Covita selalu menuliskan catatan-catatan singkat pada buku tulisnya ketika mengerjakan tugas selama belajar dari rumah, sehingga dia mempunyai bahan bacaan ketika akan melaksanakan ulangan atau ujian. Pagi hari, saat teman-temannya belajar melalui smartphone, Covita menghabiskan waktu membaca buku-buku kesayangannya yang telah ia pinjam di perpustakaan sekolah sebelum diberlakukannya belajar dari rumah. Covita anak yang sangat rajin mengunjungi perpustakaan, sehingga buku adalah teman baiknya saat istirahat sekolah ketika teman-temannya sibuk berdesakan di kantin. Tak heran jika Covita pernah mendapatkan penghargaan “Tantangan Tiga Puluh Hari Membaca Buku” yang diselenggarakan oleh perpustakaan sekolah pada perayaan Bulan Bahasa Tahun 2019. Sebuah prestasi luar biasa untuk orang-orang biasa dengan kesederhanaan.
Bisa dipastikan, belajar dari rumah merupakan hal dilematis untuk Covita, namun catatan-catatan kecilnya tetap memiliki nilai dengan makna yang dalam. Covita belajar lebih banyak dari teman-temannya. Dia belajar tentang kesabaran, dia juga belajar tentang nilai kesederhanaan dan kegigihan. Baginya, perjalanan ini tak mudah dilaluinya sebagai remaja yatim dengan segala keterbatasan, namun anugerah Allah tak terkira untuknya dengan kecerdasan intelegensi, emosional, dan spiritual. Hal itulah yang dimanfaatkan Covita dengan selalu bersyukur dan pantang menyerah dan yang pasti Covita tak pernah lelah berdoa!
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantab. Semangat. Salam literasi.
Terimakasih, pak
Covita jadi inspirasi pelajar jaman Corona ya, hebat !
Iya Bu, ini kisah nyata, saya hanya ganti nama tokohnya
Anak saya terinspirasi banget sama Teteh Covita, haha!
Keren ibu... Semangat
Terimakasih, ibu!
Keren Covita, salut untuk kamu..
Terimakasih Bu Renita
Lanjuut bu.
Terimakasih Bu Heri
Corona no, belajar yes..!!
Betul pak!
mudahan semangat belajar covita menular ke banyak siswa lainnya, keren pisan bu ceritanya salam literasi
Salam literasi