Khaeroyaroh, S.Pd

Guru MTs Negeri 2 Tangerang...

Selengkapnya
Navigasi Web

Legenda Sumur Tuk

Dahulu kala termasyhur desa yang sejahtera dan makmur, desa Harjatani namanya. Desa ini terletak di wilayah Kramatwatu Serang, sebelah barat gunung pinang. Konon, Harjatani berasal dari kata “Raharja” yang artinya sejahtera, dan kata “tani” yang artinya petani. Desa petani yang sejahtera, itulah makna dari pemberian nama desa Harjatani.

Di desa ini, tinggallah sepasang suami istri yang tinggal di pinggir desa. Ki Gamparan dan Nyi Mas Kuningan namanya. Mereka merupakan orang yang sangat dihormati di desa Harjatani karena kedermawanan dan senang membantu warga desa.

Suatu ketika terjadilah masa kemarau yang panjang, sungai-sungai mengering, sawah dan ladang pun ikut mengering sehingga banyak orang kelaparan. Desa Harjatani yang terkenal subur dan makmur, akhirnya menjadi desa yang kekeringan. Menyaksikan peristiwa ini, Ki Gamparan sangat sedih, dia pun bermimpi bahwa musibah yang terjadi karena banyak masyarakat yang merusak alam.

Benar saja, ketika Ki Gamparan berkeliling desa, dia menyaksikan di sebelah barat desa terdapat rawa yang hampir rusak karena pohon aren yang ditebang sembarangan. Di sebelah selatan banyak hutan kecil yang gundul karena banyak kayu yang ditebang tanpa ada upaya penanaman kembali.

“Oh... jadi ini maksud dari mimpiku! Masyarakat perlu tahu bahwa ternyata alam mulai kecewa dengan perilaku manusia yang suka merusak, “gumam Ki Gamparan dalam hati. Ketika pulang, Ki Gamparan dikejutkan oleh istrinya yang seperti orang kebingungan.

“Ki... Ada Sumur di belakang rumah kita!” Ujar Nyi Mas Kuningan bersemangat bercampur heran.

“Sumur? Sumur apa? Siapa yang menggali Nyi?” Tanya Ki Gamparan tambah heran.

“Tidak ada yang menggali Ki, tadi ketika saya meyapu halaman belakang, saya terkejut ada sumur dekat pohon ambon di belakang rumah kita,” jawab Nyi Mas Kuningan.

“Kalau Aki tidak percaya, yuk kita ke sana!” Lanjut Nyi Mas Kuningan meyakinkan. Mereka akhirnya mendekati sumur itu, benar saja di belakang rumah mereka terdapat sebuah sumur yang cukup besar dengan air yang jernih memancar dari dalam tanah.

“Benar Nyi, ini sumur yang bersumber dari dasar tanah. Kita harus bersyukur atas karunia ini dan jangan lupa kita harus memanfaatka secara bijak serta harus berbagi dengan masyarakat sekitar yang sedang kekurangan air!” Perintah Ki Gamparan kepada istrinya dan Nyi Mas Kuningan pun tersenyum.

***

“Pengumuman..! Ada amanat dari Ki Gamparan bahwa bagi warga desa yang butuh air bersih dipesilakan untuk mendatangi sumur di belakang rumah Ki Gamparan. Boleh membawa kendi atau alat lainnya tapi sebelumnya beliau berpesan untuk para warga agar tidak ada lagi yang menebang rawa dan hutan sembarangan, kita harus jaga alam, jika tidak maka air dalam sumur akan segera mengering. Itulah pengumuman hari ini, untuk lebih jelasnya silakan mendatangi rumah Ki gamparan!” Ucap Pak Sarkum, wakil desa Harjatani.

Meskipun banyak warga yang tidak percaya, namun karena mereka sedang butuh air, maka dengan segera warga mendatangi rumah Ki Gamparan, setiba di belakang rumah Ki Gamparan, mereka takjub dengan keberadaan sumur itu. Setelah mendapatkan ijin dari Ki Gamparan, mereka akhirnya memanfaatkan sumur itu untuk mandi, masak dan mencuci. Airnya jernih dan menyegarkan. Warga sangat gembira dengan adanya sumur ini. Oleh Warga, sumur ini dinamakan “Sumur Tuk” karena kendi yang dibawa warga jika bersinggungan berbunyi “tuk”.

***

Hujan belum jua tiba, sedangkan sungai dan sawah masih mengering. Ki Gamparan berharap masyarakat kembali beraktivitas menanam di ladang atau sawah mereka, karena ketersediaan pangan menipis, akhirnya Ki Gamparan mengajak warga untuk membuat parit yang airnya bersumber dari sumur tuk, warga bersemangat dengan usulan Ki Gamparan. Mereka bergotong royong membuat parit dengan semangat. Warga berharap tahun ini bisa bercocok tanam dan bisa panen dengan hasil melimpah.

Parit pun jadi, sebelum melakukan bercocok tanam, Ki Gamparan berpesan agar bijak dalam menggunakan air serta harus seimbang dengan alam, jangan sampai merusak alam atau serakah dalam memanfaatkan kekayaan alam. Warga setuju dengan wasiat Ki Gamparan, bagi Warga, Ki Gamparan adalah Guru dan tokoh masyarakat yang bijak dan harus ditaati.

Setelah hampir dua tahun tidak bercocok tanam, akhirnya warga desa mulai melakukan aktivitas bertani. Ada yang bertanam kacang tanah, padi, umbi-umbian, jagung serta sayur mayur. Warga masih ingat dengan pesan Ki Gamparan untuk tidak serakah dalam memanfaatkan air, oleh karena itu sesama warga saling menghargai, saling membantu dan tolong menolong jika ada kesulitan dalam mendapatkan air dari parit. Mereka tidak mau menang sendiri karena akibatnya akan lebih buruk.

Sebulan, dua bulan, tiga bulan akhirnya banyak yang mulai panen, hasil panennya cukup menggembirakan, yang bertanam padi, hasil panennya separuh di simpan di lumbung padi agar ketika paceklik tiba, ada persediaan makanan.

***

Setahun berlalu, musim hujan pun akhirnya datang juga. Parit yang tadinya bersumber dari sumur tuk, kini bersumber air hujan yang cukup melimpah. Di musim inilah Ki Gamparan dan Nyi Mas Kuningan pamit kepada warga karena ingin kembali ke daerah asalnya. Warga bersedih atas kepergian Ki Gamparan dan Nyi mas Kuningan. Untuk menghargai kebaikan Ki Gamparan dan Nyi Mas Kuningan, beliau dibawakan hasil panen dari warga yakni beras, jagung, kelapa, pisang, singkong, dan lain-lain. Warga sangat menghargai sikap keteladanan Ki Gamparan dan Nyi Mas Kuningan. Pesan Ki Gamparan untuk selaras dengan alam masih terpatri di benak warga, mereka meneladani semua perkataan dan perbuatan Ki Gamparan.

Sepeninggal kepergian Ki Gamparan dan Nyi Mas Kuningan, desa Harjatani tetap terkenal dengan pertanian yang makmur, dan Sumur Tuk menjadi saksi kemakmuran warga desa Harjatani. Sumur yang melegenda karena bisa memberi manfaat yang besar untuk Warga dan bersumber dari tanah yang seolah tak pernah habis.

***

Cerita ini bersumber dari cerita lisan yang disampaikan oleh nenek penulis yakni almarhumah Hamsanah.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post