Khairul Ismi

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Guru Religius

Jika digambarkan dalam sebuah diagram venn, hubungan 4 kompetensi guru merupakan irisan satu dengan yang lainnya. Artinya, 4 kompetensi tersebut sejatinya tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan harus dikuasai guru secara integral, utuh. Sehingga, secara bersama-sama pula akan tercermin dari perilaku guru bahwa ia menguasai 4 kompetensi tersebut. Namun, hubungan tersebut mungkin dikatakan pula sebagai himpunan bagian. Kompetensi profesional merupakan bagian dari kompetensi sosial, kompetensi sosial bagian dari kompetensi kepribadian, dan kompetensi kepribadian adalah bagian dari kompetensi pedagogik.

Sehingga, bukan tanpa alasan mengapa pasal 10 UU No. 14 tahun 2005 menempatkan kompetensi pedagogik menjadi urutan pertama dari 4 kompetensi yang harus dimiliki oleh guru sebelum 3 kompetensi lainnya, kepribadian, sosial, dan professional. Hal ini menandakan bahwa seorang guru mestilah mampu menguasai bagaimana cara berhadapan dan membimbing anak didik (beserta strateginya) sebelum yang lain. Seorang guru dengan kompetensi pedagogik yang baik, maka berarti dia sudah menjadi teladan bagi anak didiknya (kompetensi kepribadian), mempunyai kemampuan dalam mengelola hubungan dengan masyarakat (kompetensi sosial), dan tentu saja dia menunjukkan kinerja yang baik sebagai guru (kompetensi profesional).

Hubungan antar kompetensi yang demikian, dapat juga dikatakan sebagai cerminan bahwa guru haruslah menjadi pribadi yang dinamis. Dimana, dia merupakan pribadi yang mudah beradaptasi dengan kondisi zaman dalam mendidik anak didiknya dan di sisi lain tetap mempertahankan muruah-nya sebagai pribadi yang taat menjalankan aturan agama yang bersifat mutlak. Sehingga, dalam proses pengajaran yang membutuhkan keterampilan indutri 4.0 misalnya, seorang guru tetap mengedepankan agar peserta didiknya mampu menjalankan kewajiban sebagai hamba Tuhan.

Penulis menyebut guru yang demikian sebagai Guru Religius, yaitu guru yang mampu menunjukkan sifat dan prilaku yang berkenaan dengan ajaran agama yang dianutnya. Namun, Religius dalam hal ini juga sebuah akronim yang penulis rangkum dari beberapa sifat dalam penjabaran 4 kompetensi guru, yaitu Rajin, Elegan, Integritas, Gigih, Unggul, dan Sederhana…

Rajin

Secara sederhana, rajin dapat diartikan sebagai sifat seseorang yang selalu bersungguh-sungguh melakukan suatu kebaikan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan kebaikan yang kerap dilakukan guru adalah bagaimana ia berupaya meningkatkan ilmu dan kompetensinya sebagai bekal dalam mentransfernya kepada anak didik atau lingkungan sekitarnya.

Sifat ini seharusnya melekat erat pada setiap guru. Seorang guru akan kesulitan menguasai 4 kompetensi minimal yang harus dimiliki jika tidak mempunyai sifat ini. Tidaklah mengherankan jika terdapat sebuah peribahasa yang memberi penekanan akan interpretasi kata rajin bagi seseorang. Rajin pangkal pandai. Hal ini bermakna, bilamana ia bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu, maka karunia Allah berupa kepandaian tentu akan mudah untuk diraih. Dan guru, semestinya seseorang yang haus akan ilmu sehingga terus dan terus menggali untuk kemudian ilmu itu ditularkannya kepada anak didiknya.

Elegan

Menurut KBBI, elegan dapat bermakna rapi dan luwes. Seorang guru yang menguasai 4 kompetensi minimal guru tentu akan menjaga performanya agar terlihat rapi namun luwes. Bapak gurunya terlihat gagah dan flamboyan serta berbicara dengan santun. Sedangkan Ibu gurunya elok dan anggun dengan tata bahasa yang sopan.

Seorang guru akan berusaha menjaga performanya dalam situasi apapun. Memahami bagaimana berkomunikasi kepada anak didik dan orangtuanya, rekan kerja, atau kepada lingkungannya yang lain. Karena seorang guru akan menyadari bahwa performanya tersebut senantiasa dilihat oleh anak didiknya yang kemudian akan berbekas dan suatu saat menjadi pembelajaran berharga bagi mereka.

Integritas

Integritas merupakan bertemunya kejujuran dengan komitmen. Karena, sejatinya seseorang disebut punya komitmen bila ia mempunyai sifat jujur. Sementara, seseorang disebut jujur jika dia punya komitmen. Sehingga, tidak akan disebut sebagai pribadi yang memiliki integritas jika tidak memiliki kejujuran dan komitmen.

Demikianlah pula dengan guru. Dalam kaitannya dengan kompetensi, seorang guru yang kompeten akan menjaga muruah-nya dengan berupaya menyesuaikan perilaku (komitmen) dengan perkataan (kejujuran). Seorang guru yang memiliki integritas akan konsisten dalam menjunjung nilai-nilai luhur yang bersumber dari ajaran agama yang dianutnya.

Gigih

Dalam beberapa kesempatan penulis pernah membaca bagaimana perjuangan para guru untuk mengajar di suatu sekolah. Ada yang harus menempuh perjalanan darat dengan medan yang berat tanpa ada tempat istirahat di kala kendaraannya mengalami ngadat. Ada yang harus menyeberangi sungai tanpa jembatan disertai nyawa yang terancam. Bahkan ada yang harus berenang antar pulau dikarenakan terbatasnya sarana transportasi yang memadai.

Membaca kegigihan mereka dalam mendidik anak bangsa tidak sebanding dengan perjuangan yang sudah penulis lakukan. Kegigihan mereka menjadi contoh nyata yang seharusnya bisa diteladani, terlebih lagi bagi guru-guru dengan fasilitas yang lebih baik sehingga relatif mudah dalam melakukan proses pembelajaran bersama anak didiknya.

Unggul

Berprofesi menjadi guru seyogianya menuntut dirinya untuk memiliki semangat “lebih baik dari yang lain”. Seperti halnya Umar bin Khattab ra yang merasa “iri” dengan amalan yang dilakukan oleh Abu Bakar ash Shiddiq ra. Sehingga tidak menjadikan dirinya jumud dan merasa “nyaman” dengan kondisi yang ada. Sementara zaman berubah dan menuntut setiap yang ada di depannya untuk bisa menyesuaikan dirinya dengan perubahan zaman.

Di sisi lain, keinginan untuk “lebih baik dari yang lain” dibarengi dengan sikap tawadhu. Menempatkan posisinya bahwa semua keunggulan yang diperoleh tiada lain karena Allah-lah yang mengangkatnya. Sehingga tidak menjadikannya pribadi yang sombong dan ujub dengan menganggap rendah yang lain.

Sederhana

Pada akhirnya, guru hanyalah sosok yang sederhana, yang mengedepankan kesyukuran kepada Penciptanya atas capaian-capaian yang diperolehnya. Semewah apapun tampilan pada sosok guru-guru yang selama ini penulis temui, tidak menghilangkan sisi kebersahajaannya. Tidak ada kesan impulsif dalam perilakunya. Semakin kompetensi guru dikuasainya yang menjadikannya semakin profesional membuatnya semakin menyadari bahwa ilmu yang ada padanya hanyalah titipan yang akan diambil kembali oleh Pemiliknya.

Dalam sebuah kesempatan, penulis pernah alami hal itu. Seorang guru yang cukup senior menyampaikan ilmunya secara bercengkrama kepada penulis. Satu di antara ungkapan yang penulis rangkum darinya. Bahwa peristiwa yang tidak menyenangkan di masa lalu tidak perlu diingat, sementara masa depan yang masih misteri tidak perlu dicemaskan. Ini kemudian mengajarkan penulis untuk tidak sentimentil terhadap masa lalu dan tidak banyak bertanya tentang apa yang akan terjadi.

Serang, 25 November 2021

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post