MENYABIT BULAN
Lantaran aku ingin hidup dan terus bertarung
Maka kusabit bulan malam ini
Kutancapkan clurit berkarat di jantung langit
Dan kuhempaskan darahnya ke lautan
Agar ikan-ikan segera kukumpulkan
***
Parihal ombak dengan segala deburnya
Biar kudekap di atas sampan ini
Lalu, kusimpan matahari agar malam lebih lama lagi
***
Laut yang purba adalah cinta
Ikan lautan menjadi permata
Kini semua mengasing beradu pada terumbu
Yang nampaknya juga tidak bisa memberi sesuatu
Sebab laut hilang dibakar terik yang juga menjadi hantu
***
Dan di laut ini aku ingin mengepul riuh
Kuikuti angin kemana sampanku melempar sauh
Di mata ini masih ku simpah harapan
Tak perlu berharap pada para dewan
Karena kutahu mereka tidak pernah mengerti lautan
TDKA, Mojokerto 131120
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Woooow.....bulan bisa disabit yaa...luar biasa kereeen Mas Penyair....salam 88...hehe
Trims bunda R apresiasinya...salam sehat dan sukses selalu..
Iya mereka takkan paham..karena kursi panas lebih nyaman dibanding Nelayan. Tapi puisi ini begitu menawan. Sekian saja ya pak penyair. Salam 8 penjuru mata angin.
Hahahaa....Neng Kumis....serasa istimewa didatangi bontot 8 penjuru...suwuuun nggih..sehat dan sukses selalu..