Tiga tahun membersamaimu dalam balutan biru putih itu. Menjadi kenangan menawan. Tak terlupakan. Gelak tawa, canda, bahkan tangis dan amarah, merangkai kisah keseharian bersama di sekolah. Menjadi sejarah sarat makna yang menautkan hati kita. Kita sebagai keluarga.

Ini adalah bukti terpatri pada harapan dan cita-cita. Aku dengan diriku sebagai gurumu. Dan, kamu dengan takdirmu sebagai muridku. Untuk saat itu, dan entah di lain waktu. Apa pun itu, kamu adalah murid terbaikku. Energiku. Semangatku. Kamu, kamu, dan kamu, semuanya.

Tanpa terasa tiga Juli telah berlalu. Tiga Juli yang kamu jalani untuk mengerti dan memahami berbagai ilmu dari awal dulu. Tiga Juli yang menjadi pertanda perpisahan setelah itu. Kita akan berpisah, suka tak suka. Dan, kau akan meninggalkan sejarah biru putihmu itu. Masuk dalam duniamu yang baru. Dunia putih abu-abu dan entah apa namanya selain itu.

Biru-putih itu masihkah kau simpan di relung jiwa? Biru putih yang tak sekadar rupa warna tanpa makna. Biru putih yang tak sekadar menandakan usia. Biru putihmu itu mutiara berharga. Sangat berharga. Entah kau menganggapnya sekadar ada atau lebih dari segalanya. Tak peduli apa pun itu, biru putih adalah sejarah hidupmu.

Ingatkah kau syair lagu ini? Gita puja sekolah kita.

Di puncak tertinggi tempat kau bertahta.

Mengabdi tulus murni di bumi pertiwi.

Kau tempat menempa generasi bangsa.

SMP Negeri 2 Pagerwojo tercinta.

Harum segar namamu membasuh jiwaku.

Memancarkan cahaya Pesona.

Kau bimbing kami tuk melangkah.

Merenda harapan dan cita-cita.

Meraih prestasi di puncak tertinggi.

Di sini. Aku menjadi saksi bagimu, merangkai hari dan melukis waktu. Menempamu. Membimbingmu. Aku adalah gurumu dengan segala kekuranganku. Bukan dewa atau makhluk bersayap cahaya. Aku gurumu yang biasa. Biasa memberikan apa yang ku punya. Jika aku ada. Tak sekadar pengetahuan yang tak seberapa. Namun, pengabdian setulus hati dan jiwa. Jika hari ini kau masih tak mengerti. Kelak takdir akan mengantarmu pada liku perjuangan yang tak sederhana ini. Saat itu, aku berharap kau tak sekadar tahu. Namun, juga memahami sendu legam dan ronanya perjuangan itu.

Di sekolah ini, tempatmu menyelami indahnya mimpi. Menghias wajah diri menjadi lebih berarti. Untuk esok hari yang menanti. Untukmu, juga kita semua. Kita adalah satu. Bukan lagi bicara soal aku, kamu, dia, atau mereka. Dalam lembaran hari-hari yang kita lalui, kita saling mendukung, bekerja sama, seiya-sekata. Jika ada yang sakit, kamu juga sakit, dia pun sakit. Dan, kita semua akan merasakan hal yang sama. Karena apa? Karena kita berada dalam tubuh yang sama. Itulah sekolah kebanggaan kita.

Anakku, zaman akan terus berubah. Tapi, untuk semua itu, aku tetap akan mengenangmu sebagai murid terbaikku. Betapa berpikir ini, air mata pun mengalir tanpa terasa. Membersamaimu untuk terus tumbuh. Membimbingmu untuk terus berkembang. Aku saksi yang tak bisu atas semua itu. Saksi yang tak ragu akan tumbuh kembang itu. Meski kadang godaan mengajakku berpaling. Meninggalkan sekolah ini dan mencari yang lebih trendi. Tapi, sungguh tak mudah berpindah ke lain hati. Aku pun akan tetap di sini, hingga takdir menuliskan suratannya nanti.

Anakku, Ingatlah selalu biru putihmu. Sekolah kita. Rumah bersama kita. Sekolah yang teduh dan menyenangkan. Sekolah dengan hamparan panorama mempesona di setiap tepiannya. Sekolah berlandaskan budi dan nurani. Sekolah yang kita cintai, sekolah yang selalu di hati.

Mungkin setelah ini kita tak bersama lagi. Namun, helai demi helai kenanganmu dan seribu kisah yang telah kita alami bersama akan selalu terpatri di sanubari. Tak hanya hari ini, mungkin sampai esok nanti. Untuk itu, ingatlah selalu biru putihmu! (*)