Sebuah Petuah tentang Sahabat Sebenarnya
Anakku, dalam catatan harian ini, aku tuliskan petuah untukmu. Mungkin iya, ini hanya sekadar tulisan. Kau bisa menganggapnya tak berharga. Bahkan mungkin, jika mendung menyelimuti jiwamu atau lebih parah dari itu, kau bisa menganggapnya hanya sampah. Tapi, percayalah tak ada maksud apa-apa. Hanya sekadar agar kau tahu, arti seorang sahabat sebenarnya. Jika tak merasa berat hati, petuah ini mungkin akan berarti.
Ada saat sahabatmu akan pergi dari sisimu. Ia akan meninggalkanmu sendiri. Entah kemana ia pergi? Mungkin ingin mengejar harapan dan cita-citanya sendiri. Bisa juga karena memperjuangkan cintanya. Atau alasan lain, yang tak perlu kita tahu. Apa pun itu, suka atau tidak, takdir akan memutuskan itu. Perpisahan adalah hal yang tak bisa terelakkan. Siap tidak siap, mau tak mau. Semua itu pasti akan terjadi.
Dia yang dulu begitu dekat, kini terpisah jarak. Dia yang dulu selalu ada untukmu, kini menjauh dan membuatmu merindu. Sahabat tak ubahnya seperti darah. Memberi energi atas semangat dan inspirasi. Sahabatmu adalah jati dirimu. Membuatmu mewangi atau memberimu aroma basi. Membimbingmu dalam terang atau melemparkanmu dalam kegelapan.
Kehadiran sahabat sangat berarti. Tak ternilai. Mungkin satu diantara seribu. Tak terbilang hingga tak tergantikan. Sahabatmu bahkan seperti nyawa. Sangat berharga, tiada duanya. Membuatmu berani menatap dunia, sampai mengantarkanmu ke surga. Tak hanya menemanimu saat sendiri atau menjagamu saat sepi. Bahkan, ia menyelamatkanmu dari gelap dan hitamnya kehidupan dunia.
Nabi kita, Muhammad Saw, membawa risalah mulia di pundaknya. Pelita hidup dalam gulita saat dunia jahiliah. Pedoman hidup sempurna hingga akhir dunia. Tak ada terlewat meski hanya selembar sayap lalat. Mengatur hidupmu dari tidur hingga bangunmu. Mengatur segalanya. Ibadah dan pengabdianmu terhadap Tuhanmu. Budi pekertimu pada orang tua atau sesama. Bahkan, bagaimana mengatur kehidupan bernegara. Hakikatnya, risalah itu mengatur hidupmu, juga matimu.
Pada ranting kecilnya, risalah itu menuturkan tentang sahabat. Itulah azimat yang harus kau pegang erat. Lewat riwayat Sahabat Ibnu Abbas ra, Nabi menuturkan kalam suci ini. Tentang siapa sahabat sejati. Atau, katakan saja sahabat sebenarnya. Pahami itu agar jalanmu terarah. Pedomani itu agar hidupmu tak teperdaya.
Siapa sahabat sebenarnya? Adalah dia yang jika kita melihatnya, kita akan mengingat Sang Pencipta. Saat ia bicara, perkataan atau gurauannya, menambah amal kebaikan bagi kita. Lebih-lebih kebaikan dan budi pekertinya, mengingatkan kita akan akhiratnya, tempat tinggal kita setelah dunia.
Itulah sahabat. Ya, sebenar-benarnya sahabat, Anakku. Adakah kamu menemukan sahabat seperti itu? Kalau ya, tanpa ragu itulah sahabat sejatimu. Sahabat sebenarnya. Dan, semoga kau akan menemukannya. Amin. (*)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Amin. Sahabat, yang senantiasa sigap mendekat kala ujian mendera dan beringsut menjauh kala bahagia mulai menyapa. Selalu liat suarakan kebenaran di depan kita, bukan membenarkan semua kata kita. Sahabat, dalam malamnya terselip doa tanpa kita minta. Semoga kita berkehormatan mendapatkan sahabat yang menunjukkan surga dan membimbing menjauhi neraka-Nya. Jembatan persahabatan karena Allah tak akan goyah karena jauhnya jarak, tak akan memudar lekangnya waktu. Lillah, tanpa syarat, tak terhijab, dan tanpa prasangka. Jazakallah, Pak Wayudin. Telah ajarkan pada kami besarnya arti persahabatan karena Allah.
Alhamdulillah, terima kasih, Bu Sri Ayu Sipah. Semoga kita semua terjalin dalam persahabatan sebenarnya ini. Jazakillah khairan wa barakallah.
Sahabat yang selalu ada saat suka maupun duka, bahkan yang membawa kita dari kegelapan...mantaap jiwa...tulisan Pak Khalid ini mengobati sedikit rinduku pada Bunda Nurmalia. Style tulisannya mirip.. Semangat pagi, sehat dan sukses Pak...barakallah
Sukses dan sehat selalu, Bu Marlupi. Jazakillah khairan wa barakallah.
Benar juga, lama tak melihat kehadiran, Bu Nurmalia. Semoga selalu sehat walafiat.