Khalid Wahyudin

Khalid Wahyudin hanya seorang guru sekolah gunung yang tengah berpacu dengan asa terindahnya. Sejak 2009 hingga kini, saat amanah sebagai abdi negara diterima...

Selengkapnya
Navigasi Web
Selembar Ribuan, Sejuta Harapan

Selembar Ribuan, Sejuta Harapan

Ia tak tega melihat istrinya hanya memegang selembar uang ribuan saja, malam itu. Ia tak berdaya. Untuk saat ini, hanya itu yang ia miliki. Masih untung kuda hitamnya yang sudah tua itu, tetap kuat dan setia menemaninya. Melakukan perjalanan malam menyusuri jalanan kota buaya tanpa lelah. Bersyukur tak ada keluhan. Hampir-hampir saja ia tak tega meninggalkan istrinya di kamar kos sendirian. Namun, amanah pekerjaan, tetap harus ia penuhi. Suka tidak suka dengan kenyataan ini.

“Hidup memang penuh perjuangan, sayang” katanya membatin, sambil tangannya menyeka butiran air mata yang mengalir lirih dari sudut matanya. Sementara, kuda hitam itu melaju cepat menembus malam. Dalam tafakkurnya, lelaki itu tetap yakin, kehidupan tak selamanya menyanyikan sendu. Kadang pula, bersenandung merdu. Indah dan mempesona.

Saat tak punya uang, seringkali ia mengajak serta istrinya melintasi jalanan pinggiran sungai, tempat tenda-tenda kecil dan kumuh berdiri rapuh di tepiannya. Sementara, di dalamnya hidup sebuah keluarga yang serba kekurangan. Namun, mereka tetap tabah dan kukuh memegang prinsip hidup. Pantang menyerah. Berjuang dan berani untuk hidup.

“Sayang, kita masih beruntung. Ternyata masih banyak yang jauh lebih menderita dari kita. Meski sekarang hanya selembar ribuan yang kita punya. Tapi, aku yakin, Allah pasti menyediakan jutaan lembar harapan bagi kita. Mungkin saja, ini cara Allah mendidik kita untuk menjadi hamba-Nya yang pandai bersyukur,” ucap pelan lelaki itu pada istrinya.

Wanita yang setia menemaninya itu menatapnya dingin, namun mengangguk setuju sambil tangannya merengkuh erat pinggang suaminya. Perjalanan berdua di atas kuda hitam yang mulai renta malam itu seperti memberikan pelajaran berarti bagi kehidupan mereka hari itu, juga masa depan yang menunggu. Bukankah, beban tak akan bertumpu pada manusia di luar kesanggupannya. Begitulah tuturan indah dalam kitab suci kita.

Alhamdulillah, langit tak selamanya suram. Perlahan langit pun cerah, awan hitam menyisih meninggalkan sedikit rintik hujan. Lalu, lengkung warna-warni pelangi mengabarkan keindahan hidup yang akan kita jelang. Terima kasih Tuhan atas didikan-Mu agar kami tetap bersabar. (*)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

hampir menitikkan air mata ketika membaca tulisan ini. barangkali karena hampir kebanyakan orang mengalaminya. Namun yang jarang adalah sikap redho dan tetap optimis ketika hal itu terjadi.Terimakasih telah mengingatkan.

24 Dec
Balas

Sama-sama Sahabat. Kisah ini hanya sebagai pengingat. Benar. Sikap rida dan tawakal adalah kuncinya.

25 Dec



search

New Post