Khalimatus Sa'diyah

Nama : Khalimatus Sa'diyah Alumnus IAIN Sunan Ampel tahun 1992 Alumnus Universitas Negeri Malang tahun 2009...

Selengkapnya
Navigasi Web
Analogi Inspiratif - Batu, kerikil, dan pasir

Analogi Inspiratif - Batu, kerikil, dan pasir

Pukul 10.00 WIB, bel sekolah berbunyi tanda pergantian jam ke 5 dimulai. Pak Rasyid, guru fisika menuju ruang kelas XII IPA-2. Seperti biasanya pak Rasyid membawa beberapa alat pembelajaran yang dibutuhkan dalam menjelaskan pelajaran fisika yang menurut siswa agak rumit, karena butuh penalaran yang kongkrit. Pak Rasyid masuk ruang kelas dengan mengucapkan salam dan dijawab oleh semua siswa di kelas itu. Setelah mengecek kehadiran siswa, pak Rasyid meletakkan toples kosong di atas meja. Anak-anak mulai ikut mengeluarkan buku fisika mereka dan menaruhnya di atas meja mereka.

“Anak-anak, hari ini bapak ingin menjelaskan sesuatu yang sangat berharga bagi kalian semua. Coba perhatikan semuanya ya.” Ujar pak Rasyid. Anak-anak pun mulai memperhatikan apa yang mau diperagakan oleh pak Rasyid.

Pak Rasyid menuangkan pasir ke dalam toples yang kosong tadi hingga sampai leher toples. Sambil menunjukkan toples tadi, pak Rasyid bertanya:” Anak-anak, coba amati, apakah toples ini penuh?” Anak-anak menjawab: “Ya ... pak, penuh dengan pasir.” Kemudian pak Rasyid mengeluarkan pasir itu hingga toplesnya kosong kembali. Berikutnya pak Rasyid memasukkan kerikil ke dalam toples hingga sampai leher toples juga. Pertanyaan yang sama terlontar dari mulud pak Rasyid. “Anak-anak, apakah toples ini penuh?” Anak-anak menjawab: “Ya ... pak, penuh dengan kerikil.” Lalu, pak Rasyid mengeluarkan isi toples tersebut dan menggantikan isinya dengan batu yang lebih besar dari kerikil. Beberapa batu dimasukkan satu persatu, karena agak sulit memasukkannya. Kali ini isi toples sampai mencapai mulud toples. “Bagaimana, anak-anak, apa yang kalian perhatikan dengan toples ini?, apakah penuh juga toplesnya?” Anak-anak masih tetap mengikuti peragaan yang disampaikan pak Rasyid dengan penuh penasaran. Merekapun menjawab dengan jawaban yang sama. “Ya ... penuh pak”.

Pak Rasyid, dengan hati-hati mengeluarkan batu-batu yang ada di dalam toples hingga akhirnya toples itu kosong kembali. Kali ini bapak ingin kalian yang memasukkan semua benda-benda ini (pasir, kerikil, dan batu) ke dala toples. “Menurut kalian, agar pasir, kerikil dan batu itu semuanya dapat masuk kedalam toples, bagaimana caranya?, ada yang mau mencoba?” begitulah pertanyaan yang diajukan oleh pak Rasyid.

Rupanya, anak-anak mulai kebingungan dan saling menoleh ke teman sebangkunya.

Salah satu anak berkata: “Ya ... tidak mungkin bisa pak, kalau semua benda ini harus masuk dalam satu toples.” Anak yang lain menyela: “Ya ... pak, tidak bisa pak, butuh dua toples lagi pak.” Sambil tersenyum, pak Rasyid bertanya: “Ada yang bisa? Ada yang mau mencoba?”

Anak-anak saling melempar pandang seolah meminta temannya untuk mencoba. Akhirnya mereka menggelengkan kepala dan menyerah serta mengatakan: “gak bisa pak”.

“Baiklah akan bapak tunjukkan bagaimana caranya!”, ucap pak Rasyid dengan tersenyum. Pak Rasyid kembali meletakkan toples kosong di tengah-tengah meja kemudian beliau mengambil batu-batu dan mengisikannya ke dalam toples. Beliau bertanya kepada anak-anak,“Apakah toples ini penuh?” Dengan nada tidak sabar anak-anak menjawab:” Ya ... penuh pak”.

Setelah itu pak Rasyid mengambil kerikil-kerikil kecil dan memasukkannya ke dalam toples yang sebelumnya telah berisi batu-batu, langsung saja kerikil-kerikil itu mengisi ruang-ruang kosong diantara batu-batu.“Apakah toples ini penuh?” sontak anak-anakpun menjawab: “Penuh!”, sekarang beberapa anak mulai tersenyum.

Kali ini Pak Rasyid mengambil pasir dan memasukkannya ke dalam toples yang telah berisi batu dan kerikil. Butiran-butiran pasir mampu memenuhi ruang-ruang tersisa yang tidak diisi oleh batu dan kerikil. Akhirnya toples ini ternyata mampu menampung batu, kerikil dan pasir di dalamnya. “Apakah toples ini penuh?” Dengan suara yang mantap anak-anak menjawab bersama: “Penuh!”.

Pak Rasyid kemudian melangkah ke tengah tepat di depan papan tulis dan mengangkat toples itu agar bisa dilihat dengan jelas oleh murid-muridnya.“Beginilah kehidupan, nak!”, ujar pak Rasyid seraya memegang erat toples. “Kau bisa membuat hidupmu penuh dengan mengisi apa saja, satu macam atau beberapa macam unsur.”

Toples ini diibaratkan kehidupan kita, batu-batu diibaratkan hal-hal yang penting dalam hidup, seperti ibadah kepada Tuhan, kesehatan, keluarga, dan hal lain yang membuat hidup kita lengkap. Sementara kerikil merupakan hal-hal yang membuat hidup kita nyaman, seperti pekerjaan, rumah, kendaraan. Dan yang terakhir, pasir merupakan hal-hal yang tidak terlalu penting, seperti game, bermain gadget, dan permainan yang tidak ada manfaatnya.

Memasukan pasir terlebih dahulu ke dalam toples tidak akan menyisakan ruang untuk batu dan kerikil. Hal itu sama seperti ketika kita memenuhi hidup dengan hal-hal kecil, maka tidak ada ruang untuk hal-hal besar yang berarti. Maka dari itu, tentukanlah prioritas hidup kita, bedakan mana yang batu, kerikil dan mana yang pasir.

Jika kita ingin hidup ini selamat, maka penuhi toples kehidupan kita dengan batu-batu dulu, artinya masih ada ruang untuk kerikil dan pasir yang akan memenuhi warna kehidupan kita. Tapi jika kau juga ingin meraih kesuksesan di dunia maka isi juga toplesmu dengan kerikil, isilah juga hidupmu dengan belajar di sekolah dan giat bekerja maka kehidupanmu akan sempurna!”, papar pak Rasyid.

“Jika kalian hanya mengisi waktu dengan bersenang-senang maka habislah waktu untuk beribadah, belajar dan bekerja. Walaupun bersenang-senang juga merupakan unsur yang penting tapi jika kalian hanya mengisi kehidupan kalian dengan bersenang-senang saja maka hidup kalian akan jatuh pada kesia-siaan.

Hanya orang-orang hebat dan mendapatkan taufik dari Allah, yang mampu mengetahui urgensi waktu, lalu memanfaatkanya seoptimal mungkin. Dalam hadits disebutkan, “Dua nikmat yang banyak manusia tertipu dalam keduanya, yaitu nikmat sehat dan waktu luang (HR. Bukhari). Banyak manusia tertipu didalam keduanya, itu artinya, orang yang mampu memanfaatkan hanya sedikit. Kebanyakan manusia justru lalai dan tertipu dalam memanfaatkannya.

Pak Rasyid mengakhiri peragaannya dengan harapan semoga kita semua bisa mengisi kehidupan kita dengan sebaik-baiknya, sehingga kita semua menjadi orang yang bermanfaat dan mendapat ridho Allah SWT. Aamiiin

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post