Membuat hasil karya kita dikenal orang bukan lah pekerjaan mudah. Perlu sebuah strategi khusus tentunya. Apalagi bagi yang  belum dikenal khalayak ramai. Belum banyak follower  di media massa. Belum menjadi tokoh yang dengan nama besar. Mereka yang sudah terkenal pasti karya dan buah pikiran nya dicari.

Celoteh dua kalimat pun menjadi tiruan para penggemar, ingat bukan kata kata dari artis terkenal dengan dua kata ' maju mundur..cantiq', menyebut kan kata itu langsung terbayang pada artis cantiq yang bernama syahrini bukan? Dengan  follower  34 juta lebih itu di Instagram nya. Sontak menjadi penuh dengan ungkapan cantiq itu di media online.. Luar biasa.

Branding diri emang yang menentukan setiap produk dari seseorang itu terkenal. Bagi seorang dosen yang suka menulis dan kapasitas keilmuan ya tak perlu diragukan lagi, seorang profesor Doktor sekalipun berderet gelar nya tidak buat masyarakat pembaca meliriknya. Kecuali ada hal lain yang buat dia populer karena membuat comment yang menghebohkan. Seperti statemen terkait dengan Covid yang menjadikan virus korona ini hilang di telan bumi. Nah ini siapa pahlawan akademisi yang akan menemukan anti virus ini. Vaksin apa yang mereka temukan, akankah? Maka ia akan heboh sejagat raya, jutaan follower akan mengikuti dia. 

Saya sebagai dosen juga, tentu menulis buku adalah kewajiban saya. Tuntutan akademik, nah bagaimana saya menjual produk buku saya? Paling bisanya ke mahasiswa, ke teman sejawat. Tidak seheboh buku lain tentunya bagi saya ilmuwan pemula yang baru menulis buku. Perlu ada upaya untuk itu sehingga buku saya laris dibaca dan dibeli orang lain. Betapa bersyukur nya di kala ada ruang-ruang untuk itu.

Diantara teknis promosi buku tentunya dengan adanya Launching buku tersebut, mengundang beberapa teman dan siapa aja yg mau hadir untuk melihat buku kita saat itu. Cerita pendek tentang isi buku adalah pancingan kita terhadap peminat buku kita. Kemudian acara lainnya adalah bedah buku terkait dengan tema buku kita. Kegiatan lainnya adalah memberikan hadiah door prize bagi peserta dalam sebuah acara. Dan buku kita terpampang dalam acara webinar misalnya saat di berikan hadiah itu.

Pemberian door prize ini saya merasakannya sendiri, ketika ada beberapa kegiatan saya menghadirkan dua buku karya saya, alhamdulillah dr banyak nya peserta yang hadir kemudian ia memesan buku tersebut. Luar biasa ya.. Makin sering kita berbicara tentang buku kita maka akan semakin banyak yang berminat. Itulah usaha dan ikhtiar sang penulis buku utk kenalkan buah karyanya.

Namun menurut saya sebaiknya manajemen pemasaran buku janganlah menjadi urusan penulis. Biarkan aja tiem yang bekerja untuk itu. Atau bisa juga kerjasama dengan penerbit buku. Saat buku laku maka vie nya akan kita dapatkan sebagai penulis. Kadang ada juga memberikan 10 persen dari keuntungan buku, ada juga yang menghadiahkan 10 buku utk penulis jual. dsb. Atau ada juga penerbit mencetak ya gratis tapi pangsa pasar kita yg cari, misalnya buku rujukan perkuliahan, mahasiswa lah yang menjadi target pasar.

Saya berpendapat bahwa, tugas kita sebagai penulis, menulislah!! Jangan hiraukan laku atau tidak. Kemudian Tulislah yang dibutuhkan dan sesuai bidang keahlian kita, sehingga pembaca percaya dengan kita sebagai penulis. Namun bisa jadi saat ini tak dibutuhkan karya kita kemudian suatu saat orang mencarinya. Contoh terkait dengan tulisan ilmu gizi, mungkin di amsa sebelum Covid itu tak begitu di lirik pembaca, namun kini di amsa Covid itulah yang dicari masyarakat. Maka tak heran artikel terkait itu di lahap habis. Tulisan kita pasti akan menemukan jodoh nya.. Jodoh yang akan baca artikel kita itu.. Jodoh yang akan baca tulisan yang ada dalam buku kita itu.

Tentang pendidikan karakter juga dimasa Covid ini diburu oleh para guru, orang tua, masyarakat lain yang peduli akan nasib karakter anak di masa Covid ini, dimana a para pendidik sangat terbatas kesempatan untuk mengasah emosi anak, membentuk karakter anak. Mereka para pendidik hanya bisa transfer knowledge saja. Konsep terkait pendidikan dimasa Covid akan laku kini. Saya menulis buku tentang ' Lika - Liku Karakter Sukses juga di amsa Covid ini yaitu pada bulan ke empat Covid ini muncul di dunia ini. Maka saya yakin saat para peneliti mencari rujukan buat landasan teori mereka di bab 2, maka buku terbaru yang saya tuliskan ini akan menjadi rujukan nya.

PR terbesar nya adalah bagaimana membuat buku ini hadir di media online, web site, Hadir menjadi e-book, masuk ke perpustakaan online. Inilah yang kita Upaya kan sebagai tiem promosi /manajemen buku yang kita tulis. Saat itulah buku kita akan banyak yang mencitasi nya. Menjadikan sebagai rujukan dalam membuat hipotesis para peneliti. Menjadi konsep awal terkait dengan alasan membuat dugaan sementara si peneliti ( hipotesis).

Inilah sebagai wawasan kita dalam manajemen pemasaran buku, agar kita tetap semangat menulis. Bagi saya menulis itu adalah kewajiban sebagai ilmuwan. Karena ada amanah sebagai ilmuwan untuk transfer ilmu. Disamping transfer lewat lisan, selanjut nya adalah lewat tulisan /pena. Meskipun kita telah tiada tapi ilmu itu tetap lestari. Dibaca oleh meraka yang membutuhkan ilmu yang kita miliki. Itulah warisan ilmu, tak pernah habis.

Mari tetap menulis, meski buku yang kita tulis belum menemukan jodoh pembaca nya saat ini, namun suatu saat akan dicari lini masa.. Tetap optimis