KADO ULANG TAHUN (Cerpen Anak)
Pagi ini aku bangun ketika jam dinding di ruang tengah berdentang 5 kali. Setelah menggeliat sebentar kudengar alarm hp-ku berbunyi. Aku tersenyum. Hari ini adalah hari ulang tahunku. Sambil melipat selimut kubayangkan kejutan manis akan kudapatkan. Kecupan manis dari ayah dan ibu, kado kejutan, kue tart yang lezat, dan hidangan istimewa pelengkap kado ulang tahunku.
“Num, bangun ayo salat dulu,” kata ibu dari balik pintu kamar.
“Ya Bu, sudah bangun kok,” kataku sambil bergerak ke arah pintu. Ku dibuka pintu. Ibu tampak tersenyum kemudian berlalu ke dapur untuk melanjutkan memasak.
“Aneh, biasanya ibu paling ingat dengan hari jadiku. Entah kecupan pipi atau pelukan hangat, biasanya selalu diberikan pagi hari, “ gumamku dalam hati.
“Ah, mungkin nanti, “ kataku dalam hati. Setelah salat, mandi, aku, ayah, dan ibu pun makan pagi bersama.
“Yah, nanti ada acara apa ndak?” tanyaku mencoba memancing ingatan ayah
“Kenapa, ndak biasanya Hanum tanya begitu. Nanti Ayah ada rapat sampai sore.”
“Emm, ndak kok Yah,” jawabku sedikit kecewa.
“Ohya, Hanum kan libur hari ini. Jadi di rumah baik-baik ya, kunci pintu, jangan bukakan pintu kalau kamu tidak kenal ya, “ pesan ibu sambil memberesi piring ke dapur.
“ya Bu. Ohya Ibu nanti pulang jam berapa?” tanyaku pada ibu.
“Seperti biasa, jam 2 karena ibu ngajarnya penuh hari ini.”
“Ya sudah, Ayah dan Ibu berangkat dulu ya,” kata ibu setelah semua urusan di dapur dan ruang makan selesai.
Ayah dan ibupun berangkat bekerja. Aku di rumah sendirian. Nonton TV, ngemil, kalau bosan aku membaca majalah Bobo kesayanganku. Sampai akhirnya, sekitar jam 10.00 telepon rumah berbunyi. “Mungkin ibu atau ayah mau mengucapkan selamat ulang tahun padaku,” kataku dalam hati. Bergegas kuangkat gagang telepon.
“Halo,” kataku dengan suara pelan.
“Apa benar ini nomer rumah Bu Eka Sasmitha?” terdengar suara bapak-bapak di seberang.
“Ya Pak, ada apa ya?”
“Bisa bicara dengan Bu Eka atau anaknya?” tanya bapak-bapak di seberang lagi.
“Saya anaknya, ada apa ya Pak?”
“O..kebetulan. Ibu adik memenangkan undian dari Telkom pusat sebesar 20 juta. Bisa minta nomer rekening ibu adik supaya kami bisa mentransfer uang itu ke rekening Bu Eka sekarang juga. Kami hubungi sepuluh menit lagi.”
Tut….telepon di seberang telah ditutup. Aku kebingungan harus berbuat apa. 20 juta? “Kalau uang itu telah ditransfer ke rekening ibu berarti aku bisa minta apa saja di hari ulang tahunku ini,” pikirku. Akupun bergegas ke kamar ibu lalu membuka laci lemari. Biasanya dompet dan barang berharga lain. Benar saja, di laci itu ada rekening ibu. Tak lama kemudian telepon rumah berdering lagi. Pasti bapak dari Telkom itu.
“Halo, ya Pak sudah ketemu, lalu bagaimana?”
“Sebutkan yang lengkap Dek,”
Kubaca nomor rekening di buku tabungan ibu.
“Ya Dek, terima kasih. Nanti dicek ya,” kata bapak di seberang dengan ramah.
“Ya, Pak,” kataku. Gagang telepon kututup. Aku kemudian melanjutkan menonton televisi sambil memikirkan hadiah apa saja yang akan aku minta pada ibu setelah tahu rekeningnya penuh uang, bayangkan DUA PULUH JUTA RUPIAH, melihat uang satu juta aku belum pernah. Aku tersenyum membayangkan pujian dan hadiah yang akan aku peroleh. Jam bergerak ke angka 12.00 .Semua chanel sedang menayangkan berita. Terpaksa aku menonton berita dari pada menganggur.
Tiba-tiba aku terkejut melihat tayangan di televisi yang memberitakan penipuan undian berhadiah dengan cara meminta nomor rekening pemenang undian. Di situ dikatakan oleh pembawa berita bahwa setelah si pemenang memberitahu nomor rekeningnya, ternyata uang dari rekening pemenang dikuras habis oleh orang yang meminta nomor rekening itu. Aku terkejut bukan main. Seperti mimpi rasanya. Beberapa jam lalu aku juga ditelepon bapak-bapak yang mengatakan bahwa ibuku menang undian lalu minta nomor rekening ibu. Sama persis dengan berita di televisi. Bulu kudukku meremang. Jantungku berdebar kencang. Kalau benar aku juga telah ditipu, berarti...Apa yang telah kulakukan? Bagaimana kalau tabungan ibu dikuras bapak yang menelepon barusan? Mengapa aku begitu mudah memberitahu nomor rekening ibu pada orang yang tidak aku kenal? Aku merasa bersalah pada ibu. Hanya karena aku ingin mendapat hadiah ulang tahun yang banyak aku mengorbankan uang tabungan ibu. Akupun menangis karena menyesali tindakanku yang ceroboh. Aku memang bersalah. Harusnya tadi aku menghubungi ibu dulu sebelum memberitahukan nomor rekening ibu.
“Tok tok tok, Num, buka pintu, “ tiba-tiba terdengar suara ibu di luar. Aku sangat panik. Kuusap airmataku sembarangan supaya ibu tidak curiga. Bergegas kubuka pintu. Begitu pintu kubuka, aku menghambur ke pelukan ibu.
“Bu, Hanum minta maaf…,” kataku sambil menangis terisak-isak.
“Lho, ada apa Num, lagi ulang tahun kok nangis, ayo masuk dulu,” kata ibu sambil kebingungan melihat sikapku.
“Ayo masuk, ceritakan di dalam apa yang terjadi,” kata ibu sambil merangkulku masuk ke dalam rumah. Dengan terbata-bata kuceritakan apa yang terjadi barusan. Kutunjukkan buku tabungan ibu yang nomornya sudah telanjur kuberikan pada bapak Telkom tadi. Ibu mengamati buku tabungan itu kemudian tertawa terbahak-bahak sambil memegang buku rekening itu. Sekarang ganti aku yang kebingungan melihat sikap ibu.
“Num, buku rekening itu sudah kosong sejak setahun lalu,” kata ibu setelah berhenti tertawa.
“Berarti Bapak itu tertipu ya Bu,” kataku sambil mengusap airmata. Aku merasa sangat lega. Ibu mengangguk sambil memelukku.
“Makanya Hanum harus lebih berhati-hati, sebab penipuan semakin marak,”
Aku mengangguk. Ulang tahun kali ini sangat berkesan. Aku tidak lagi peduli pada ucapan ataupun kado ulang tahun dari ayah dan ibu sebab aku telah mendapat kado yang berbeda. Kado ulang tahun 20 juta bohongan dari bapak penipu itu justru membuatku tersadar bahwa semakin besar, aku harus semakin bersikap dewasa dan berhati-hati dalam bertindak.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar