BINTANG, JANGAN MEREDUP
Sore itu, nenek duduk di sebelah saya. Beliau menyuruh saya mendengarkan ceritanya.
“Dengar kisah ini sampai selesai,” ucapnya memulai cerita.
“Tentang apa, Nek?” tanya saya.
“Tentang harapan kami puluhan tahun silam, agar bintang tak meredup,”
Saya diam, bersiap untuk menyimak.
“Saat itu, usai magrib seperti ini, seorang ibu yang hendak melahirkan, merintih kesakitan. Ambulans meraung tanpa henti sepanjang perjalanan menuju rumah sakit. Sang ayah yang menemaninya di dalam ambulans, hanya bisa berusaha menenangkan putrinya yang sedang berjuang bersama sang bintang dalam kandungannya,”
Saya menarik napas panjang. Ingin bertanya, tapi ada isyarat agar saya bertahan dalam kediaman ini.
“Sampai di rumah sakit, setelah lebih dari sehari semalam sang ibu bergulat melawan rasa sakit demi kelahiran bayi mungilnya, esok malamnya, sekitar pukul 21.30, buah hati yang dinanti itu menangis keras pertanda kehadirannya di dunia ini. Bayi mungil itu diletakkan di atas dipan. Tak lama berselang, sang ibu kembali berkontraksi. Lalu lahirlah bayi yang kedua…,”
“Kau tahu? Berat kedua bayi kembar perempuan itu hanya 1.5 kg dan 1.7 kg.”
“Dokter yang mendampingi proses kelahiran itu merasa khawatir akan kurangnya bobot dari dua bayi mungil itu.”
“Pak, Anda ini bagaimana? Usia putrinya masih 18 tahun, baru lulus SMA kok sudah dinikahkan? Ini hasilnya, berat bayinya jadi kurang. Si ibu masih terlalu dini untuk melahirkan,”
“Begitu komentar sang dokter. Sang ayah hanya bisa diam. Sementara itu ayah bayi kembar itu sedang berada di Sumatera, menjalankan tugasnya di sana.”
Saya tetap diam. Menyimak dengan tekun.
“Bayi kembar itu kami bawa pulang. Seminggu di rumah, berat keduanya menyusut, hingga hanya menjadi 1.2 kg dan 1.5 kg. Lalau dibawalah keduanya ke rumah sakit. Wajah mereka berkeriput, napasnya sesak, dengan perut menggembung. Mereka dimasukkan ke dalam inkubator. Sekita dua bulan mereka di dalam inkubator tersebut. Keluarganya hanya bisa melihat keduanya dari kaca jendela, di luar kamar perawatan sang bayi.”
“Mereka diliputi kecemasan. Khawatir bila nyawa kedua bayi mungil itu tak terselamatkan. Detik demi detik, hari demi hari, yang terpanjat hanya doa agar kedua bintang kecil itu tak meredup sinarnya. Selama dua bulan, kakek dan neneknya menungguinya di rumah sakit. Mereka tidur di lorong rumah sakit. Sementara si ibu sedang memulihkan kesehatannya…,”
Nenek terdiam. Isaknya perlahan membuat saya kian khidmat mendengarkan kelanjutan kisah itu.
“Suatu pagi, terdengar tangis kecil dari dalam ruang perawatan. Sang kakek melihat dari kaca jendela. Dilihatnya puluhan semut mengerubuti kepala salah satu cucunya. Betapa marah sang kakek. Perawat dan dokter dengan sigap mengambil tindakan.”
“Kau tahu seperti apa kedua bayi kembar perempuan itu? Seperti ayam yang habis dicabuti bulunya. Pucat, kecil, lemah, membiru. Semua yang ada di situ hanya berharap akan adanya keajaiban. Keajaiban untuk dua bayi kecil itu. Setiap hari perawat dan dokter tak henti berusaha menambah asupan susu, menjaga kehangatannya, demi sedikit menambah berat badan keduanya. Sungguh perjuangan yang seakan tanpa akhir.”
Saya lihat nenek menyeka airmatanya.
“Sekarang, perjuangan itu telah usai, namun rasanya baru saja itu kami alami.”
“Sekarang, salah satu bayi itu telah menjelma menjadi perempuan dewasa, yaitu kau, Nduk…,” tuturnya pelan.
“Sekarang, harapan kami, keajaiban kehidupan yang telah diberikan Gusti Allah padamu, gunakanlah dengan sebaik-baiknya. Kalian berdua, adalah bintang yang telah bersinar terang dalam kehidupan kami…,”
Tiba-tiba saja, airmata saya mengalir tak terbendung. Saya peluk erat nenek sambil terisak di pundaknya yang kini telah kian ringkih…
(10 Agustus 2017)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
ih, bikin baper deh
Subhanallah...hiks ikut terharu bu...