DEMI TERSEBARNYA BERITA, SISI KEMANUSIAAN TERABAIKAN
Dengan maraknya penggunaan WA, FB, BBM, Line, Instagram, dan media sosial lain, berita apapun mudah tersebar. Sayangnya, demi tersebarnya informasi, si penyebar berita tak lagi peduli dengan etika komunikasi dan cenderung mengabaikan sisi kemanusiaan.
Kita memang perlu informasi terbaru dalam hal apapun.Tapi sungguh tidak etis jika hanya demi tersebarnya informasi lalu berita apapun dibagikan secara vulgar. Misalnya peristiwa bunuh diri, kecelakaan, pembunuhan, atau kematian. Peristiwa-peristiwa itu seakan menjadi lahan basah bagi si penyebar berita.
Saya pernah mendapatkan beberapa kiriman terkait peristiwa-peristiwa di atas baik via FB maupun WA. Ketika itu filter media di ponsel saya belum saya fungsikan. Ketika melihat chat di suatu grup sudah mencapai puluhan, tentu saja saya langsung membuka grup itu. Alangkah terkejutnya saya ketika melihat ada gambar foto korban kecelakaan yang tergeletak di jalanan bersimbah darah, dengan kondisi mengenaskan. Asli, tanpa diedit, tidak pula diburamkan.
Saya jadi membayangkan, ketika melihat kecelakaan yang tragis itu terjadi, ketika si korban dalam kondisi menghadapi kesakitan luar biasa, bahkan mungkin juga tengah menghadapi sakaratul maut, dengan santainya ada beberapa orang mengambil foto/video tersebut dari semua angle. Padahal orang itu bukan reporter, juga bukan jurnalis. Sementara si korban bergulat dengan maut, si pemotret/pengambil video bergulat dengan ponselnya demi mendapatkan berita terbaru untuk segera disebar ke akun medsosnya. Sungguh tidak manusiawi.
Lain waktu saya menerima kiriman foto seorang teman yang tewas akibat bunuh diri. Pernah pula saya mendapat kiriman video detik-detik menninggalnya seseorang akibat terkena serangan jantung ketika berolahraga. Foto dan video itu menyerbu berbagai grup WA serta FB tanpa ampun. Saya bayangkan alangkah sedih dan kecewanya jika keluarga korban melihat tayangan dan gambar-gambar yang tak seharusnya menjadi konsumsi publik tersebut. Teganya…
Ingin populer, ingin di-like banyak teman, ingin dapat banyak komentar sekaligus terkenal di media sosial? Itu wajar. Tapi jangan demikian. Acapkali hanya demi popularitas, hanya ingin dianggap yang tercepat, terakurat dalam menyebar berita lantas rambu-rambu etika komunikasi dan kemanusiaan dilibas habis.
Kita perlu prihatin dalam hal ini. Sebab pengunggah informasi itu kadang bukan dari kalangan anak-anak/remaja yang memang belum paham etika berkomunikasi. Justru kadang penyebar informasi itu adalah mereka orang tua dari kalangan yang terdidik. Jika para orang tua saja ingin eksis di dunia maya dan medsos namun abai akan sisi kemanusiaan, lalu bagaimana dengan anak-anak kita???
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Betul mbak, perlu dipertimbangkan sisi kepekaan kita terhadap kemanusiaan
benar, bunda...