Khoen Eka Anthy

Berselancar dengan kata-kata telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kesehariannya, terlebih setelah menjadi editor di MediaGuru. Selalu berusaha berbua...

Selengkapnya
Navigasi Web
DI BALIK PERTEMUAN

DI BALIK PERTEMUAN

DI BALIK PERTEMUAN

Siang itu sangat terik, 11.15 WIB. Sebentar lagi salat duhur. Sebelum duhur aku sudah harus sampai di rumah. Aku berjalan sendirian menyusuri siang yang panas di sepanjang trotoar pusat kota. Trotoar di depan pertokoan sangat sepi, tak seorang pejalan kaki pun lewat. Sebuah mobil Avanza silver tiba-tiba melintas. Mobil itu kemudian berhenti beberapa meter di depanku. Seorang lelaki berpakaian perlente turun dari mobil dan kemudian menghampiriku.

“Selamat siang Mak Cik, “ sapanya ramah. Logat Melayunya sangat kental. Aku merasa heran dari mana asal lelaki itu. Logat Melayu tidak pernah kudengar kecuali di serial Upin dan Ipin di televisi. Kali ini telingaku mengangkap langsung logat tersebut. Untuk sesaat aku terdiam mencerna ucapannya yang terdengar asing bagiku.

“Ya, selamat siang. Ada apa Pak?” Tanyaku karena laki-laki itu berdiri tepat di depanku menghentikan langkahku.

“Begini Mak Cik, saya ini orang pelayaran. Saya nak menyumbang ke panti asuhan. Bisa Mak Cik tunjukkan panti asuhan terdekat dari sini?”

Aku lagi-lagi terdiam. Ada lelaki berlogat Melayu, sekarang bertanya panti asuhan. Sungguh tidak biasa. Lelaki itu tampak kebingungan. Aku juga kebingungan, dicerca berbagai keanehan yang membingungkan. Aku berusaha mengingat-ingat panti asuhan terdekat.

“Waduh, di mana ya Pak, saya juga kurang tahu..”

Sedang aku berpikir, dari belakangku tiba-tiba datang Pak Agus, temanku satu sekolah tiba-tiba menghampiriku. Entah dari mana datangnya Pak Agus yang tiba-tiba sudah berada di belakangku.

“Ada apa Bu Tia?”

“Oh kebetulan ada Pak Agus. Begini Pak, Bapak ini mau menyalurkan infaknya ke panti asuhan terdekat. Lha saya kok kurang tahu tentang panti asuhan di dekat sini ya,..” jawabku menjelaskan pada Pak Agus.

“Oh begitu, saya tahu Pak di dekat sini ada panti asuhan Bina Harapan. Mungkin bisa saya antar,” Pak Agus menawarkan diri untuk mengantarkan lelaki itu.

“Oh ya, alamatnya di mana Pak Cik?” tanyanya pada Pak Agus.

Pak Agus kemudian menulis alamat panti asuhan itu di kertas. Tiba-tiba datang lelaki lain dan menghampiri kami.

“Ada apa ini Pak?” Tanya orang itu. Matahari kian garang menyengat tubuh. Keringat meleleh di dahiku. Kerudungku kurasakan lembab. Kuharap aku bisa segera pulang dan menyegarkan wajahku dengan air wudhu. Kali ini lelaki berlogat Melayu itu yang menjelaskan pada lelaki yang baru datang.

“Kalau begitu saya saja yang mengantar, kebetulan saya tahu lokasi panti asuhan itu,” kata lelaki kedua.

“Ya sudah, mari Bu kita pulang sama-sama. Angkot di depan sudah menunggu kita,” kata pak Agus menyudahi pembicaraan. Alhamdulillah, aku bisa segera pulang.

Tidak ada yang istimewa tapi cukup aneh. Di tengah jalan ada orang yang bertanya pada kita tentang alamat yang belum diketahui adalah hal biasa. Yang tidak biasa adalah logat Melayu yang digunakannya. Dan aku telah melupakan peristiwa siang itu sampai ketika dua hari kemudian Pak Agus menghampiriku di kantor ketika jam istirahat.

“Bu, njenengan sudah membaca Koran pagi ini?” Tanya Pak Agus sambil menyodorkan sebuah harian padaku.

“Belum. Ada apa Pak?”

“Coba njenengan baca Bu,” kata Pak Agus antusias. Aku jadi penasaran.

Kilas Kota

Istri Dosen salah satu perguruan tinggi di Malang terkena gendam senilai 25 juta rupiah. Peristiwa itu terjadi siang hari ketika, Is, istri dosen sedang berada di tepi jalan menunggu taksi. Tiba-tiba-tiba ia dihampiri oleh lelaki berlogat Melayu.

Mataku terbelalak. Tak sabar kulanjutkan membaca berita itu.

Lelaki berlogat Melayu itu mengaku bekerja di bidang pelayaran dan akan menyumbangkan uangnya pada panti asuhan terdekat. Is kemudian diminta mengantarkan ke panti asuhan. Tanpa piker panjang Is bersedia naik ke mobil Avanza silver milik pelaku. Di dalam mobil Is dihipnotis sehingga bersedia ikut ‘menyumbangkan’ uangnya senilai Rp5juta, berikut perhiasan yang sedang dikenakannya. Setelah itu Is masih mengambil uangnya di ATM sebesar Rp5juta untuk dijadikan satu disumbangkan ke panti. Setelah uang dan perhiasan berpindah tangan, Is diturunkan di dekat lampu merah…..

Tubuhku limbung, bergetar hebat setelah membaca berita di harian itu. “Ya Allah, hampir saja aku juga menjadi korban hipnotis. Ya Allah, terima kasih telah melindungi hambaMu yang lemah ini,” ucapku tanpa henti dalam hati.

“Bagaimana Bu?”

Pak Agus duduk di depanku.

Aku tak dapat berkata-kata. Kulihat diriku sendiri. Saat itu aku hanya punya uang Rp100ribu. Aku tidak memakai perhiasan kecuali giwang yang melakat di telingaku. Aku bergidik membayangkan apa yang dilakukan lelaki berlogat Melayu itu padaku seandainya tahu bahwa aku tidak punya apa-apa untuk diberikan.

“Berarti lelaki kedua itu adalah temannya,”

“Komplotannya,” tambah Pak Agus.

“Mereka sudah terorganisir, hampir saja Bu, hampir saja njenengan jadi korban,”

Aku masih tercenung. Aku benar-benar tak percaya dengan apa yang mungkin menimpaku siang itu.

Lha njenengan sendiri siang itu dari mana Pak, kan hari Rabu biasanya ngajar di lain kota,” kataku ketika teringat hari di mana pertemuanku dengan dua lelaki yang ternyata komplotan penggendham itu.

“Saya biasanya ngangkot di terminal. Tapi siang itu saya kok ingin lewat pusat kota, ndak taunya malah bertemu njenengan Bu, memang Allah yang mengatur agar njenengan selamat dari para penggendham itu.”

Kali ini aku benar-benar tak tahu harus berkata apa. Ya, Allah yang telah mengatur. Apa yang telah diatur Allah tak dapat dielakkan lagi. Oleh siapa pun. Apalagi hanya manusia seperti kita. Tak ada apa pun yang terjadi pada makhluk di muka bumi ini kecuali dengan kehendak Allah. Subhanallah. Berkali-kali aku mengucap syukur pada Allah. Dan aku bertekad tidak hanya akan mengucap ribuan kali kata syukur tapi dengan meningkatkan ibadahku sebagai wujud rasa terima kasihku pada Allah yang telah meyelamatkanku dari musibah yang tak terduga itu. Tanpa kasih sayang dari Allah, aku tak tahu apa yang menimpaku siang itu. Alhamdulillahirabbil’alamin..

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post