Khoen Eka Anthy

Berselancar dengan kata-kata telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kesehariannya, terlebih setelah menjadi editor di MediaGuru. Selalu berusaha berbua...

Selengkapnya
Navigasi Web
GARA-GARA GEMBOK

GARA-GARA GEMBOK

Bulan Ramadan adalah bulan penuh berkah. Umat Islam yang beriman pastinya ingin mendapatkan pahala sebanyak-banyaknya ketika bulan suci dan penuh ampunan itu tiba, termasuk keluarga kami. Kami ingin momen ramadan menjadikan kami semakin rajin beribadah di masjid khususnya dalam melaksanakan salat fardu berjamaah. Pagi itu adalah awal bulan Ramadan. Setelah makan sahur kami bersiap-siap untuk salat subuh di masjid. Setelah berwudu, seperti biasanya, suami saya bertugas membuka gembok pagar rumah.

“Yah, pintu pagar sudah dibuka apa belum?” tanya Ayu pada ayahnya.

Belum…Bentar, tapi...Bu, kunci gembok yang biasanya di atas kulkas kok tidak ada?” tanya ayah pada saya.

“Kan biasanya di situ Yah, “ jawab saya sambil menyelesaikan mencuci piring. Tampak ayah hilir mudik mencari kunci gembok.

“Tidak ada Bu...,” kata Ayu setelah mencari di depan TV, di atas meja, di dekat telepon, dan di beberapa tempat yang biasanya menjadi “area” kami untuk menaruh kunci.

Azan sudah selesai, ayah terlihat bersungut-sungut keluar rumah. Setelah berwudu, giliran saya mencari kunci tersebut. Setelah beberapa waktu mencari akhirnya saya putuskan untuk melakukan “aksi nekad”. Apalagi setelah saya lihat ayah dan putri sulung saya sudah tidak ada di halaman.

Sampai di masjid tinggal satu rakaat. Dengan napas terengah-engah alhamdulillah, saya bisa menyelesaikan salat subuh berjamaah. Usai melakukan zikir dan berdoa, saya keluar dari masjid. Sengaja saya menunggu Ayu.

“Yu, bagaimana caramu sampai di masjid?” Tanya saya penasaran sambil berjalan pelan menuju rumah.

“Lha ibu sendiri bagaimana?” Tanya Ayu sambil tersenyum simpul.

Saya juga menahan senyum.

“Ya terpaksa tadi ibu nekad manjat pagar...lha mau bagaimana..,” jawab saya sambil tertawa kecil. Mendengar tawa saya, Ayu pun tertawa, kali ini terbahak-bahak.

“Ayu juga Bu...begitu melihat ayah manjat, saya juga ikut manjat, untung tidak ada tetangga yang melihat,” kata Ayu di sela gelak tawanya.

“Lha Ibu kok nekad juga..,” kata Ayu.

“Sama, tanggung, berhubung sudah niat salat jamaah ya nekad saja wis,” jelas saya pada Ayu.

Tanpa terasa, kami sudah berada di depan pagar rumah.

“Waduh celaka, harus memanjat pagar lagi nih Bu,” kata Ayu. Saya menengok ke sana ke mari untuk memastikan “keamanan” kami. Untungnya pagar rumah kami tidak terlalu tinggi.Untungnya juga pagi itu matahari masih berselimutkan pekat.

“Ibu dulu ya, “ kata saya pada Ayu.

Saya mulai memanjat pagar, sampai separuh tiba-tiba mukena saya tersangkut pagar akibatnya saya pun tidak bisa bergerak, padahal posisi kaki kiri sudah berada di dalam pagar, kaki kanan di luar pagar. Gawat. Melihat saya tersangkut Ayu malah tertawa cekikikan.

“Bukannya mbantu malah tertawa, gimana sih?” Sambil berkata demikian saya tertawa juga.

Hush, nanti ada tetangga yang tahu bisa runyam,” kata saya sambil berusaha menarik mukena. Setelah berjuang dengan keras, akhirnya saya berhasil masuk ke halaman rumah. Kami masih tertawa-tawa.Giliran Ayu yang memanjat, ternyata sama dengan yang saya alami, mukenanya juga tersangkut.

Gimana ni Bu,” katanya sambil panik. Melihatnya mengalami hal serupa saya, saya tertawa terbahak-bahak.

Setelah Ayu bisa mengatasi keadaan dan berhasil menjalankan “misi” nekad tersebut kami berdua tertawa lepas. Tak lama kemudian ayah datang dan melakukan hal yang sama dengan kami, hanya saja tanpa insiden “tersangkut”.

“Wah wah..gara-gara gembok seorang ibu dan anak gadisnya memanjat pagar, bisa-bisa masuk headline koran nih...,” kata ayah.

“Termasuk Ayah...,” kata saya. Kami bertiga tertawa.

Sungguh awal Ramadan yang benar-benar seru sekaligus memalukan. Semoga kejadian itu tidak terulang lagi. Selanjutnya PR besar yang harus segera dikerjakan adalah mencari kunci gembok tersebut agar kami bisa keluar masuk rumah dengan normal.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Tulisannya asyik nih Bu Khoen.

30 May
Balas

Terima kasih Pak Yudha.

31 May

Terima kasih Pak Yudha.

31 May



search

New Post