Jangan Biarkan Orang Lain Merebut Pahalamu
Diam-diam saya mencuri dengar percakapan ayah dan anak dari kamar. Saya hentikan sesaat pencarian salah satu kerudung kesayangan berwarna merah hati yang raib entah ke mana itu.
“Wah, enak sekali minuman ini. Ais yang membuatkan untuk ayah?” tanya ayah.
“Emm, bukan Yah, Mbak Yus yang mbuat…” jawab Ais.
“Oh…,”
“Lha ini tadi yang menyapu siapa, kok tampak bersih sekali?”
Kudengar ayah bertanya lagi.
“Ini tadi yang menyapu siapa, Ais kan?”
“He he he…, bukan juga, Mbak Yus juga,” jawab Ais sambil tertawa ringan.
“Lho, bukannya menyapu itu tugas Ais?”
“Kan ada Mbak Yus, lagian Ais capek, Yah. Masak Ais tugasnya banyak banget, menyapu, mengepel, mencuci piring setelah makan malam, melipat baju, membuang sampah…”
“Lho kok gitu, yang meminta bantuan Ais untuk mengerjakan semua itu siapa?”
“Ibu…”
“Terus, kalau membantu ibu berpahala apa nggak?”
“Ya, berpahala dong Yah, kan berbuat kebaikan…apalagi kalau itu membantu orang tua…kata bu guru agama pahalanya besar…” jelas Ais.
“Bagus, lha terus, kalau sekarang yang membuat minuman, menyapu, mencuci, dan lainnya adalah Mbak Yus…pahalanya untuk siapa dong?”
“Ya…yaa…ya untuk…”
Terdengar suara Ais tersendat menjawab pertanyaan terakhir dari ayahnya itu.
“Kok tidak dilanjutkan?” tanya ayah.
“Ya…untuk Mbak Yus, kan semua yang ngerjakan Mbak Yus…” jawab Ais agak pelan.
“Kalau gitu Ais dapat apa?” kejar ayah.
“Ya, gak dapat apa-apa…”
“Sayang gak tuh, pahala yang seharusnya milikmu direbut Mbak Yus…”
Saya intip dari balik pintu. Tampak Ais menunduk.
“Apa Ais suka pahalamu terus-terusan direbut orang lain?”
“Ya, enggak sih…” jawab Ais pelan.
“Terus supaya Ais dapat pahala lagi gimana caranya?”
“Ya, mulai lagi rajin membantu ayah dan ibu…”
“Alhamdulilah, sekarang Ais sudah mengerti. Mulai kapan dong ngumpulin pahalanya?”
“Sekarang juga boleh…” jawab Ais.
“Bu, kerudungnya sudah ketemu belum? Sini Ais bantu cari…” teriak Ais dari luar kamar.
Di dalam kamar saya terdiam. Saya jadi ingat, minuman yang diteguk ayah tadi, bukan saya yang membuatnya. Ah..., ternyata sayapun juga masih sering membiarkan orang lain merebut pahala yang seharusnya milik saya...
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Dalem bu, saya juga sering begitu terutama kepada suami padahal banyak pahala yang bisa kita peroleh dengan berbakti kepada suami. Salam literasi dari Solo
Gapapa. Bantu cr nafkah jg berpahala. Hahaha
Terima kasih sdh berbagi sesuatu yg simpel cara mengingatkan anak-anak
Makjleb...... Matur nuwun telah mengingatkan
Makjleb...... Matur nuwun telah mengingatkan
Alhamdulillah... Mksh bu khoen, tulisan yg hangat dan menggugah...
Terima kasih Bu Koen pembelajaran hari ini singkat namun padat.
Mantap ibuu mengingatkan saya lupa dengan hal yang kecil pada hal sangaaat besar pembelajarannya. Sukses selalu ibuu, jangan lupa doa dan restu dari orang-orang yang kita sayangi