Khoen Eka Anthy

Berselancar dengan kata-kata telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kesehariannya, terlebih setelah menjadi editor di MediaGuru. Selalu berusaha berbua...

Selengkapnya
Navigasi Web
KETIKA AMEL SAKIT (Catatan Harian Kesalahan Berbahasa)

KETIKA AMEL SAKIT (Catatan Harian Kesalahan Berbahasa)

Bel berbunyi. Saya bergegas masuk kelas. Anak-anak telah duduk di bangkunya masing-masing. Usai berdoa, saya mempresensi mereka.

“Agung,…”

“Ya Bu, hadir.”

“Alam,…”

“Ada.” Saya pandang wajah Alam sekilas. Ada yang terlihat berbeda.

“Pagi ini kau terlihat ceria sekali, Lam,”

“Ponselnya baru Bu…,” jawab beberapa anak hampir serempak.

“Ohya…wah senangnya…,”

Alam tersenyum lebar. Begitulah anak-anak. Jika memiliki barang baru pasti langsung dipamerkan pada teman-temannya. Saya yakin semua siswa di sekolah ini sudah tahu kalau Alam punya ponsel baru.

“Berikutnya…Amel..Amel..,” saya meneliti satu per satu siswa.

Tak lama kemudian, Eli, teman sebangku Amel berdiri.

“Amel tidak masuk Bu…tadi ayah Amel menitipkan surat izin pada saya.”

Eli menghampiri saya.

“Ya, terima kasih.”

Saya buka amplop itu. Saya ambil kertas yang ada di dalamnya kemudian membacanya dalam hati. Saya tak dapat menahan senyum ketika membaca surat itu. Mirip puisi. Romantis sekali, begini isinya:

Assalamualaikum wr.wb.

Alangkah indahnya pagi ini, matahari bersinar terang, burung-burungpun bernyanyi riang. Bunga-bunga semerbak di taman mewangi dan bermekaran, tapi hanya satu yang terlihat paling indah dan menawan. Tapi ibaratbunga, ada satu yang layu yaitu Amel. Hari ini, Kamis 26 Januari 2017 dia tidak masuk sekolah dikarenakan sakit.

Semoga ibu gurunya Amel tetap menjadi bunga yang paling indah dan menawan. Amin….

Wassalamualaikum wr. wb.

Hormat kami

Ayahnya Amel

Membaca penutup surat itu saya benar-benar tak dapat menahan senyum.

“Ada apa Bu…?”

”Muridnya sakit, Bu Eka kok malah tersenyum-senyum begitu Bu,” kata Virda. Saya melipat surat itu lagi. Lalu menyimpannya dalam tas.

“Anak-anak, saya tersenyum bukan karena senang Amel sakit. Tapi karena bahasa dalam surat itu.” Saya meletakkan daftar presensi di meja.

“Memangnya kenapa Bu?”

“Menurut kalian, surat izin tidak masuk sekolah itu termasuk surat resmi apa tidak resmi?”

“Surat resmi Bu..kan ditujukan untuk lembaga resmi,” jelas Ita.

“Bagus, kalau begitu bahasa dalam surat itu harus bagaimana?”

“Ya harus resmi juga dong Bu,” sahut Virda.

“Benar. Sebelum kita membahas surat izin Amel, coba yang kemarin tidak masuk siapa?”

“Saya Bu,” kata Virda.

Saya mengambil surat di laci. Di situ ada surat izin dari Virda.

“Vir, coba kamu tulis suratmu di papan tulis. Tulis sama persis dengan yang tertera di situ,”

Virda maju untuk menulis suratnya di papan tulis

Dia mulai menulis. Sementara Virda menulis, saya melanjutkan mempresensi siswa lain.

Kepada

Yth: Bapak/Ibu

Guru walikelas

XII IPA

Dengan hormat

Bersama surat ini kami memberitahukan kepada Bapak/Ibu walikelas

Bahwa pada

Hari : Senen / Selasa

Tanggal : 9/10 - 01 - 2017

Anak kami Virda pradinda tidak dapat mengikuti pelajaran seperti biasa karena sakit.

Demikian surat ijin anak kami mohon periksa adanya.

Hormat kami

SUTIKNO

Setelah menulis, Virda duduk kembali di bangkunya.

“Terima kasih, anak-anak coba cermati surat itu. Ada yang kurang atau ada yang harus diperbaiki?”

“Ada Bu…tanggal suratnya tidak ada,” jawab Eko.

“Bagus…ada lagi?”

“Penulisan Yth: Bu…,” kata Dicky.

“Iya? Bagaimana?”

“Setelah Yth seharusnya diberi tanda baca titik Bu, bukan titik dua,” kata Dicky.

“Bagus…ada lagi?”

“Penulisan nama hari Bu, bukan Senen, tapi Senin,” jawab Virda.

“Ya, sekarang coba cermati, Virda izin untuk berapa hari?”

“Dua hari,”

“Kalau dua hari harusnya Senin s.d. Selasa, tapi di surat itu menggunakan tanda garis miring. s.d. adalah singkatan untuk sampai dengan,” jelas saya pada mereka.

“Ada lagi Bu…kata ijin seharusnya izin,” kata Virda.

“Bagus, lalu…untuk rincian hari dan tanggal seharusnya menggunakan huruf kapital ataukah huruf kecil?”

“Huruf kapital Bu..,”

“Oh kapital apa huruf kecil ya…?” Terlihat beberapa anak masih bingung.

“Untuk rincian tetap menggunakan huruf kecil karena rincian itu masih merupakan lanjutan dari kalimat sebelumnya.”

Mereka mengangguk.

“Bu, ada lagi,” kata Agung

“Ya?”

“Setelah salam pembuka Dengan hormat seharusnya ada ada tanda baca koma. Kemudian, huruf pertama nama orang harus ditulis menggunakan huruf kapital,” terangnya. Alhamdulillah…mereka sudah paham tentang cara menulis surat resmi.

“Satu lagi anak-anak, untuk penutup surat tidak perlu ditulis kalimat mohon periksa adanya. Cukup ditulis: Demikian pemberitahuan kami. Atas perhatian Bapak/Ibu, kami sampaikan terima kasih.

“Nak, apa yang kita pelajari saat ini harus kalian terapkan. Apabila orang tua kalian yang menulis surat, Ibu rasa tidak ada salahnya kalian ingatkan tentang aturan penulisannya ya,” imbau saya pada mereka.

Anak-anak mengangguk. Memang tidak mudah membetulkan kesalahan-kesalahan yang lazim ditemukan dalam penulisan surat. Namun bila kita tidak mau peduli, lantas siapa yang akan membenarkan kesalahan itu?

Untuk surat Amel, saya akan membahasnya besok kalau dia sudah masuk. Saya rasa Amel tidak keberatan, seperti Virda yang juga tidak keberatan ketika suratnya dianalisis.

Saya masih ingat tulisan ayah Amel. Tulisannya indah, sopan, bahkan cenderung puitis. Ya, tulisan itu memang baik. Tapi saya jadi tahu bahwa apa yang kelihatannya baik belum tentu benar, namun apa yang benar pastilah baik.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post