LAWAN TAKUTMU, BERTAHAN! (Pengalaman Mengikuti Mediaguru Writing Camp)
Rasanya tak sabar mengikuti MWC. Apalagi kegiatan itu dilakukan di P4TK PKNdan IPS Malang. Saya yang tinggal di Kota Batu tentu saja tidak mau ketinggalan acara ini. Berkumpul dengan para penulis tentu akan memacu semangat saya untuk menulis. Kegiatan itu akan berlangsung pada Jumat-Minggu, 24-26 Februari 2017.
Dari Batu saya berangkat pukul 13.00 WIB. Itu karena jarak lokasi penyelenggaraan dengan tempat saya tinggal tidak begitu jauh. Sesampainya di lokasi saya terpesona. Gedung-gedung di P4TK itu tampak megah. Indah. Tanaman dan rerumputan terawat begitu rupa sehingga menyuguhkan keasrian yang menenteramkan. Kesan pertama begitu nyaman. Saya pasti betah berada di sana karena situasi yang memang mendukung untuk menuangkan ide.
Oleh satpam saya diarahkan menuju gedung yang bernama Rinjani. Jaraknya cukup jauh dari pintu gerbang utama. Gedung itu terletak paling belakang. Terpencil namun tampak sangat anggun. Berbekal semangat juang 17 saya memasuki gedung itu. Ruangan tampak luas namun sepi. Setelah melakukan registrasi saya diberi kunci kamar. B-16, itu nomor kamar yang sakan saya tempati selama 3 hari. Setelah mendapatkan teman, saya pun memasuki kamar. Kamar itu bersebelahan dengan kamar mandi umum. Kamar mandi itu terlihat kurang terawat. Ah, tak perlu mandi di situ karena di kamar tidur sudah dilengkapi dengan kamar mandi.
Saya edarkan pandangan ke sekeliling kamar. Lemari pakaian berada di depan kamar mandi. Lemari itu tampak kotor. Jamur-jamur putih tumbuh subur di beberapa bagian lemari. Bau pengap menyergap. Saya buka pintu dalam. Di luar pintu bagian dalam terdapat teras kecil berpagar besi. Didepan pagar ada gundukan tanah yang ditumbuhi rumput. Benteng putih memanjang membuat kesan sepi kian terasa. Ketika saya menutup pintu itu saya baru tersadar bila pintu itu tidak berselot.hanya ada gerendel besi ala kadarnya. Kekhawatiran muncul sebab lubang pintu tanpa selot itu memungkinkan jari orang dewasa membuka kaitan gerendel. Maka sebelum berangkat mengikuti acara pembukaan, kami berinisiatif untuk meletakkan dua kursi di depan pintu itu.
Kami pun menyempatkan diri berkunjung ke kamar teman lain. Barangkali ada kasus yang sama dengan yang kami alami. Ternyata tidak. Ketika kami memberitahukan keadaan itu pada petugas, dia hanya menjawab,”Tidak apa-apa. Aman Bu.” Heeh…coba dia yang tidur di kamar itu….apa merasa aman?
Acara berkunjung ke kamar teman baru terus berlangsung. Beberapa teman datang ke kamar kami. Saya ingat, salah satu teman merasa haus. Lantas saya pinjamkan gelas hijau milik saya karena panitia belum menyediakannya. Setelah minum, gelas itu dicucinya dan diletakkan di atas meja. Saya yakin itu.
Pembukaan kegiatan berlangsung secara khidmat di gedung Krakatau. Jarak gedung itu dengan gedung Rinjani sekitar 300 meter. Pulang dari acara itu kami tidak langsung kembali ke kamar. Saya berbincang hangat dengan seorang teman dari Sumenep. Tiba-tiba ada seorang ibu masuk kemudian menuju resepsionis. Petugas tidak ada di tempat. Lama dia berdiri di situ hingga akhirnya memutuskan untuk menitipkan kunci pada teman sekamar saya. Kunci digeletakkan di atas meja.
“Nanti kalau petugas datang tolong kembalikan kunci ini ya?” Kata teman saya itu. Dia pergi untuk menemui teman lain.
“Beres,” jawab saya singkat. Saya melanjutkan perbincangan.
Hari kian gelap. Magrib menjelang. Tapi petugas itu tak kunjung datang. Saya ambil kunci itu, B-04. Tiba-tiba sebersit ide berkelebat. Saya segera menemui teman sekamar saya yang sedang ngobrol di tempat lain.
“Ayo kita pindah kamar,” bisik saya padanya.
“Haaa? Kan kita harus lapor dulu,” jawabnya.
“Nanti saja lapornya yang penting kita dapat tempat baru,” bujuk saya.
“Oke, kita lihat dulu kondisinya,” sahutnya. Kami bergegas menuju lorong sisi kanan. Tak sulit menemukan kamar B-04. Kami pun masuk ke kamar itu. Mula-mula yang saya cek adalah pintu dalam dan kondisinya. Alhamdulillah lebih baik daripada kamar B-06. Setelah berunding, kami putuskan untuk pindah kamar.
Kami segera berkemas. Semua barang kami bawa. Dipastikan semua barang telah terbawa. Setelah itu pintu kami kunci, dan karena petugas itu menghilang, kunci kamar B-06 kami geletakkan di atas buku tamu.
Kamipun menata barang-barang kami. Ah, lagi-lagi kami menjumpai lemari yang tidak begitu terawat. Bak air di kamar mandi kami ternyata bocor. Kami harus membiarkan air terus mengalir agar kami bisa mandi sepulang dari mengikuti kegiatan di gedung Krakatau. Menjelang magrib kami kembali ke kamar. Saya ingat kalau saya membawa gelas berwarna hujau. Saya cari gelas tersebut ternyata tidak ada. Pasti tertinggal di kamar B-16. Karena malas kembali ke kamar itu saya akhirnya meminjam gelas panitia.
Waktu berlalu…saya sudah mengantuk tapi karena teman sekamar saya belum datang saya putuskan untuk menunggunya di lobi. Penerangan yang kurang maksimal menyebabkan suasana gedung menjadi agak remang-remang. Menjelang tengah malam saya putuskan untuk masuk kamar.
Baru lima menit saya masuk kamar saya dengar ada suara ramai di lobi. Saya keluar lagi dari kamar. Dua teman mengatakan mendapat gangguan dari “pihak lain”. Mereka bahkan berencana pindah kamar, namun akhirnya batal karena mereka memutuskan tidur di kamar saya. Jadilah semalaman itu saya sulit memejamkan mata. Malam itu terasa mencekam. Tidak banyak yang tahu hal ini karena kebanyakan teman di kamar lain sudah pulas. “Bagaimana saya bisa menulis dalam kondisi yang tidak nyaman begini?” kata saya dalam hati.
Sempat saya berpikir untuk ikut pindah ke gedung lain tapi saya yakinkan diri bahwa saya harus bertahan. Bukankan kita lebih mulia dari jin dan sejenisnya? Apakah saya harus mempertaruhkan semangat saya hanya karena dicekam rasa takut? Akhirnya saya putuskan untuk berencana bekerja optimal siang hari. Saya tidak boleh melewatkan siang hari tanpa menulis sebab saya tahu bahwa saya tidak bisa menulis ketika malam tiba. Perasaan tidak nyaman sangat mengganggu.
Setelah semalaman bergulat dengan rasa takut, pagi pun tiba. Saya ke lobi untuk mengembalikan gelas. Semua gelas yang disediakan oleh panitia berwarna bening. Tiba-tiba saya mata saya tertuju pada gelas hijau yang tertelungkup di paling kanan.
“Bu, inikan yang njenengan cari semalam?” Kata teman saya.
“Iya Bu, “ jawab saya. Kami berdua terperangah. Bukankah gelas itu semalam tertinggal di kamar B-16? Siapa yang mengeluarkannya dari kamar? Tengkuk saya merinding. Ah siapapun yang mengembalikannya saya harus berterima kasih. Maka saya berucap cukup keras entah untuk siapa, “Terima kasih telah mengembalikan gelas saya….”
Sekarang saya tahu bahwa siapapun itu sebenarnya tidak bermaksud mengganggu. Buktinya, ia mengembalikan gelas saya. Maka saya pun bertekad tetap bertahan. Meskipun hanya tidur tak lebih dari 3 jam sehari semalam, tapi saya harus tetap menulis dan menulis. Sebab itulah tujuan saya ikut kegiatan ini.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Teman sekamarku adalah dirimu bunda Lilik yang cuantik...
Yesss... ! Berhasil !!! Dan... Siapa teman sekamarmu bunda , hehe...