Likuefaksi, Tragedi yang Terulang Kembali?
Masih ingatkah kita akan kisah Qarun? Ya, Qarun adalah manusia terkaya di zamannya. Namun akhir hidupnya sangatlah tragis. Ia terbenam ke dalam bumi bersama harta benda dan kekayaan yang disombongkannya di hadapan Allah SWT. Hingga kini, kita mengenal harta karun, istilah untuk penemuan harta yang terpendam di dalam tanah.
Peristiwa tragis yang menimpa Qarun ini dikisahkan Allah dalam Surat Al-Qashas ayat 81, yang artinya: “Maka kami benamkan dia (Qarun) bersama rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya satu golongan pun yang akan menolongnya selain Allah, dan dia tidak termasuk orang-orang yang dapat membela diri.”
Dari firman tersebut, kita tahu bahwa fenomena tenggelamnya benda-benda di permukaan bumi ke dalam tanah, sebenarnya bukan hal baru. Peristiwa tenggelamnya Qarun, itulah buktinya. Istilah untuk hilangnya kekuatan lapisan tanah akibat beban getaran gempa, disebut dengan likuefaksi. Akibat dari likuefaksi ini, semua benda yang ada di atas tanah, ambles ke dalamnya.
Ketika kita mencermati kejadian pascagempa di Palu dan Donggala, kita menemukan dua peristiwa susulan yang sangat mencengangkan. Pertama, terjadinya tsunami dan kedua, terjadinya likuefaksi. Dari hasil pantauan citra satelit, lebih dari 200 hektare tanah di Sigi, Palu, telah terbenam. Apa pun yang berada di atas permukaan tanah, terpendam di dalam tanah akibat likuefaksi. Ratusan orang beserta harta benda yang ada di sana telah tenggelam tanpa meninggalkan jejak. Penggalian cukup sulit dilakukan sebab posisi pasti korban tak dapat diketahui. Pada likuefaksi, semua yang ada di permukaan bumi, tertelan begitu saja. Sungguh mengerikan.
Untuk bencana gempa dan tsunami, masih dimungkinkan menemukan korban yang terdampak bencana tersebut. Bahkan masih sangat mungkin beberapa korban dapat diselamatkan meski telah tertimbun reruntuhan atau terseret gelombang tsunami. Namun untuk likuefaksi? Allah sendiri telah menyatakan bahwa tak akan ada seorang pun yang mampu menolongnya selain Allah.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh At-Thabrani, Ummu Salamah pernah bertanya pada Nabi Muhammad SAW, ”Apakah bumi akan ditenggelamkan sementara di dalamnya ada orang-orang yang shalih?” Rasulullah menjawab, “Jika penduduknya sudah banyak yang melakukan kefasikan dan kekejian.”
Jadi, sesungguhnya amat mudah bagi Allah untuk memberikan azab bagi suatu kaum yang telah banyak berbuat kemunkaran di muka bumi. Bukankah bumi ini memang milik Allah? Bukankah manusia dan seisi bumi ini memang kepunyaan Allah? Lantas mengapa manusia berbuat sesukanya seolah-olah bumi ini adalah miliknya? Inilah yang perlu kita renungkan kembali. Sesungguhnya kita bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa. Hanya karena Allah kita ada dan bisa berjalan di muka bumi ini.
Allah telah mengingatkan kita agar merenungkan setiap kejadian dan peristiwa supaya kita memetik pelajaran darinya, “.…Maka ceritakanlah kisah-kisah itu, agar mereka berpikir” (Q.S. Al Araf: 174).
Peristiwa likuefaksi di Palu dan Donggala adalah pelajaran berharga untuk kita. Mari kembali ke jalan Allah, bertobat dan mohon ampunannya, agar kita dijauhkan dari azab-Nya. Sebagai penutup, marilah kita renungkan ayat-ayat Allah SWT berikut.
“Sekiranya penduduk suatu negara beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi. Tetapi, ternyata mereka mendustakan ayat-ayat Kami, maka Kami siksa mereka dengan apa yang telah mereka kerjakan” (Q.S. Al Araf: 96).
“Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, akan Kami biarkan mereka berangsur-angsur ke arah kebinasaan dengan cara yang tidak mereka ketahui. Dan Aku memberi tenggang waktu kepada mereka, sungguh rencana-Ku sangat teguh” (Q.S. Al Araf: 182-183).
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Subhanalloh, Neng! Mengiris banget. Matur nuwun, menjadi bahan renungan untuk tetap bersyukur dan tetap pada koridor Yang Maha Pengatur.
Benar bunda, paparan yg luar biasa. Barakallah
Semoga kejadian ini dapat jadi iktibar bagi kita, keluarga dan anak didik kita Yo Bu Khoen.
Semoga kita dalam TaufiqNya