Masyarakat kita yang masih memegang budaya Timur, umumnya menganggap tabu bicara soal seks. Akan tetapi, zaman menuntut kita lebih aktif, termasuk bicara masalah seks pada anak. Bila kita tak memberinya bekal tentang masalah seks sejak dini, maka anak-anak menjadi tidak tahu soal itu dan bisa jadi dia akan mencari tahu sendiri masalah tersebut, terutama para remaja.

Menurut dr Vivi pada acara parenting di Masjid Brigjen Soegiyono (BO Kota Wisata Batu) pada Ahad, 23 Februari 2020 lalu, seorang anak bisa dikenalkan mengenai masalah seks pada usia 2-4 tahun. Lalu, bagaimana pendidikan seks diberikan pada anak usia itu? Yuk, simak.

1. Perlakukan dia sesuai seks (jenis kelaminnya).

Bila anak itu laki-laki, dandani dia sebagaimana anak laki-laki, demikian pula sebaliknya. Para ibu jangan sekali-sekali memakaikan rok, gincu, atau membolehkannya meminjam kerudung kakak perempuannya sekalipun. Rambutnya juga jangan dibiarkan tergerai panjang. Belikan dia mainan anak laki-laki.

2. Ajak beraktivitas sesuai seks (jenis kelaminnya).

Anak harus diajak beraktivitas sesuai seks (jenis kelaminnya). Anak perempuan harus dilibatkan untuk membantu ibunya di dapur, meski hanya membantu memetik sayuran atau bermain masak-masakan. Belikan boneka untuknya atau mainan berupa peralatan memasak dari bahan yang aman untuknya. Anak laki-laki dapat diajak ayahnya untuk berkebun, membantu mencuci kendaraan, atau mengajaknya lebih banyak berolah raga. Mainan untuknya adalah mobil-mobilan dan peralatan bengkel.

3. Kenalkan aurat dan biasakan menutup aurat

Anak usia 2-4 tahun harus dimandikan di kamar mandi, jangan biarkan mandi di luar rumah atau pipis di got depan rumah. Katakan kalau selain dapat menyebarkan kuman juga memang dilarang karena itu berarti mempertontonkan aurat. Upayakan anak selalu berpakaian yang sopan meski cuacanya panas. Baik anak laki-laki maupun perempuan, jangan dibiasakan hanya memakai baju dalaman ketika di dalam rumah, apalagi di luar rumah. Kita harus menanamkan budaya malu sejak dini. Sampaikan pada anak perempuan kalau auratnya adalah seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan. Untuk anak laki-laki auratnya di bawah pusar hingga lutut.

4. Pisahkan tempat tidur, minimal jangan satu selimut dengan saudaranya

Jika anak kita laki-laki dan perempuan, ketika kecil (sebelum usia 7 tahun) mungkin tidur di satu ranjang, upayakan memisahkan selimutnya. Lebih dari 7 tahun, pisahkan tempat tidur mereka. Kalau mereka berjenis kelamin sama, sampai remaja bisa tidur satu ranjang tapi tetap saja pisahkan selimutnya. Lebih baik bila ranjangnya juga terpisah.

5. Memberitahu lingkungan pertemanan.

Upayakan orang tua selalu memantau lingkungan pertemanan anak-anaknya. Anak usia 4 tahun (prasekolah) tentu sudah mulai punya teman. Anak laki-laki harus diberitahu agar bermain dengan anak laki-laki, dan anak perempuan dengan anak perempuan. Dikhawatirkan kalau anak laki-laki ikut bermain boneka atau ikut teman perempuannya berdandan ketika bermain bersama.

Demikian tadi 5 pendidikan seks yang dapat diberikan pada anak usia dini. Dengan meneguhkan identitas seksnya sejak dini diharapkan anak mengenali dirinya sejak dini dan itu akan menjadi benteng awal mereka dari pengaruh LGBTQIAPD.

-Bersambung-