MALU ITU MULIA
Pernahkah kita membayangkan bila manusia tidak dibekali dengan malu? Sungguh menjijikkan dan mengerikan. Contoh sederhana, bila tak ada rasa malu, mungkin kita malas mandi apalagi bila cuaca sedang dingin. Toh tidak mandi tidak masalah. Ada satu alasan kuat yang mendorong kita untuk mandi meski sedang dingin bahkan dalam kondisi sakit. Yaitu rasa malu. Karena malu disebut berpenampilan kumal, deki, atau kotor, maka kita memutuskan untuk mandi di segala situasi. Aktivitas dan rutininas mandi memang erat dengan alasan kesehatan. Namun sesungguhnya lebih didorong oleh rasa malu. Minimal malu dikatakan berbau. Itu contoh yang ringan. Contoh lain, bila tak ada rasa malu, kita sering enggan membersihkan rumah. Apalagi bila di rumah kita ada si kecil yang selalu membuat rumah jau dari kesan rapi... Ah inikan rumah saya sendiri dan ada anak-anak yang selalu bermain. Tak bersih tak mengapa kan? Ya benar, namun meski nantinya kotor lagi, tetap saja kita membersihkannya. Selain untuk alasan keindahan, sesungguhnya ada rasa malu yang mendorong kita membersihkan rumah itu. Minimal malu bila ada orang lain yang melihat keadaan rumah yang berantakan. Dari dua contoh di atas, tampak bahwa rasa malu sesungguhnya mendorong kita untuk berbuat sesuatu yang lebih baik. Entah untuk diri sendiri atau orang lain.
Sesungguhnya rasa malu adalah sifat yang memang menjadi salah satu fitrah manusia. Sifat malu ini tidak selalu memalukan. Sifat malu justru akan membuat manusia menjadi mulia. Kadar sifat malu pada tiap diri manusia pun berbeda-beda. Yang pasti setiap orang pasti memiliki sifat malu. Namun sifat ini bisa saja terkikis dari seseorang bila dia tak mau menjaganya. Sifat tersebut hanya dapat tertanam kuat dalam diri seseorang bila ditumbuhkan sejak kecil.
Coba kita amati sekitar kita. Kadang ada seorang ibu yang membiarkan anak balitanya buang air kecil di depan atau samping rumah. “Ah, ndak papa, kan masih kecil, udah Dek pipis saja di situ,” kalimat itu kadang meluncur begitu saja dengan begitu ringan. Padahal itu sebenarnya bukan hal sepele. Mungkin si ibu tidak menyadari bahwa di balik kalimat yang dia ucapkan sesungguhnya ia sedang membelajarkan anaknya untuk ‘tidak tahu malu’. Seharusnya, si ibu justru harus membiasakan anaknya untuk buang air kecil hanya di kamar mandi. Persoalan buang air kecil tak dapat dianggap remeh sebab itu juga terkait dengan aurat. Buang air kecil di luar rumah itu adalah hal yang tidak pantas dan tak boleh dilakukan, bahkan oleh anak kecil sekalipun. Sementara itu, si anak juga akan terus bertumbuh besar. Jika dia terbiasa buang air kecil sembarangan, apalagi di hadapan banyak orang, maka jangan heran bila dia akan mengumbar auratnya hingga dewasa. Sebab baginya mengumbar aurat itu adalah hal yang biasa.
Hal lain yang kadang diabaikan adalah masalah pakaian. “Ah kan masih kecil, berpakaian apapun boleh,” kalimat itu juga kerap kita dengar. Harus diakui bahwa model baju anak-anak terutama perempuan, luar biasa macamnya. Mulai dari model normal sampai tak normal. Tentunya dengan segala motif dan warnanya. Saya kadang prihatin melihat seorang ibu berhijab rapat, sementara anak perempuan yang digandengnya berpakaian minim. Ya, mungkin dengan dalih mumpung si anak masih kecil, belum balig, jadi itu tidak masalah. Ah, apakah sesederhana itu? Saya rasa tidak. Bila para ibu membiarkan gadis kecilnya berpakaian minim keluar rumah, maka janganlah mengeluh kalau sampai remaja dia tetap memilih berbusana semacam itu. Sebab ia merasa diperbolehkan. Jika dibiasakan lama-lama akan menjadi gaya/style berpakaian, itu yang nantinya mengundang bahaya dan dosa. Saya jadi tak habis pikir, bagaimana mungkin seorang ibu menutup dirinya dengan hijab namun membiarkan buah hatinya melenggang di depan umum dengan busana minim dan menjadi bahan tontonan banyak orang?
Sesungguhnya, sifat malu itu membawa kebaikan. Itu berarti bahwa sifat malu akan menghalangi seseorang dari berbuat kemaksiatan. Sifat malu adalah tameng bagi diri kita agar tak berbuat keburukan yang merugikan. Karenanya tak salah bila kita berkata pada anak-anak kita, “Nak, jika kamu malu tidak naik kelas, maka belajarlah yang rajin,” atau “Jika kamu malu dikatakan tidak bisa, berusahalah dengan sungguh-sungguh,”, atau “Jika tak ingin malu karena dianggap orang lain tidak sopan, atau berpakaian tak pantas, berpakaianlah yang sopan,”…Intinya, jika ingin tidak malu dan memalukan, berbuatlah yang lebih baik.
Kita tentu prihatin dengan berbagai macam perilaku tak terpuji yang marak terjadi saat ini. Korupsi, pergaulan bebas, kenakalan remaja, dan sejenisnya. Salah satu penyebabnya adalah kian terkikisnya rasa malu dalam diri seseorang. Tanpa rasa malu, seseorang akan berbuat apapun sesukanya. Tanpa rasa malu, seseorang akan menerjang semua aturan yang ada. Tanpa rasa malu seseorang akan berbuat sebebas-bebasnya sebab tak ada lagi kendali dalam dirinya. Dalam hal ini, derasnya arus liberalisasi dan globalisasi jelas punya andil besar. Budaya bebas dan permisif memicu degradasi moral khususnya rasa malu pada bangsa ini.
Rasulullah bersabda, “Sifat malu itu tidaklah mendatangkan sesuatu melainkan kebaikan.” Sabda yang lain adalah, “Sifat malu adalah satu di antara cabang-cabang keimanan “(HR. Bukhari dan Muslim). Dalam kedua sabda Nabi Muhammad tersebut terkandung makna betapa mulianya sifat malu.
Untuk itu, peran guru dan orang tua sangat dibutuhkan dalam menanamkan akhlak mulia, termasuk sifat malu pada anak. Anak harus punya rasa malu jika di berbuat yang tidak pantas, tidak etis, atau hal-hal negatif lain. Kita harus ingat bahwa di dalam sesuatu yang tampak biasa, sesungguhnya ada hal yang tidak biasa. Jangan sampai anak-anak kita kehilangan rasa malu. Sebab, jika itu terjadi padanya hanya akan tertimbun keburukan. Save our generation!
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Malu saya belum menulis hari ini...