Khoen Eka Anthy

Berselancar dengan kata-kata telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kesehariannya, terlebih setelah menjadi editor di MediaGuru. Selalu berusaha berbua...

Selengkapnya
Navigasi Web

MEREKA TELAH MENGKHIANATIKU

Seperti menulis di atas air, itulah yang kurasakan saat ini. Sekuat apapun usahaku untuk menulis, hasilnya adalah kesia-siaan. Tak ada gunanya. Ibarat menegakkan benang basah. Sampai kapanpun takkan bisa dilakukan. Ya, saat ini aku merasa berada di titik paling rendah. Merasa tak berarti, merasa putus asa. Itu semua karena mereka. Ya, mereka yang telah berkhianat. Mereka yang telah mengkhianatiku bulat-bulat.

Semua berawal dari ponsel. Lagi-lagi semua karena barang elektonik itu. Semua terkuak di sana. Semuanya, tanpa ada yang dapat dimungkiri lagi. Mereka adalah anak-anak didikku. Ada yang telah kudidik selama 3 tahun, ada yang sudah selama 4 tahun berada dalam bimbinganku.

Mereka adalah kebanggaanku. Di pundak mereka kusandarkan harapan agar negeri ini bisa berubah lebih baik karena mereka adalah anak-anak muda yang berpotensi. Di pelupuk mata ini terbayang 10-20 tahun ke depan, mereka akan menjadi pemimpin yang dapat memajukan bangsa ini. Memang tak mungkin semuanya, tapi paling tidak ada beberapa di antara mereka yang tampil menjadi manusia unggul baik dari sisi spiritual, akademis, dan moral. Itu yang ada dalam benak ini.

Karenanya, bertahun-tahun mereka kami arahkan agar selalu mengedepankan iman dan ketakwaan dalam tiap gerak dan langkahnya. Kami ajari hingga kami paksa agar mereka terbiasa berteman zikir dan menyebut nama Allah dalam setiap aktivitasnya.

Namun, kini mereka mengkhianatiku. Ya, mereka berkhianat. Tangkapan layar chat mereka di grup WA, gambar yang mereka simpan, foto yang mereka abadikan, telah menorehkan sembilu yang teramat perih kurasakan. Apa yang tersimpan di sana mencerminkan kerendahan moral, bahkan kebejatan akhlak. Seperti bukan perilaku manusia yang beriman. Aku seperti melihat segerombolan binatang liar yang berebut jantan dan betina, bahkan mungkin mereka tak peduli antara jantan atau betina. Aku seperti melihat kaum sodom dan gomorah yang kemudian dihujani batu dari langit. Aku melihat manusia-manusia tanpa akal dan pikiran.

Saat ini yang terbayang di mataku adalah manusia-manusia pesakitan yang akan memenuhi lorong-lorong rumah sakit. Manusia yang hanya tinggal seonggok tulang dan daging menunggu maut menjemput. Raga mereka digerogoti kuman dan penyakit kelamin. Semua hanya tinggal menunggu waktu. Hanya tinggal menunggu saat yang tepat, yang pasti akan datang masanya. Siapa kelak yang akan meneruskan mimpi-mimpiku?

Langkah ini sekarang tak setegap dulu. Semangat ini tak lagi menyala seperti sebelumnya. Serasa semuanya sia-sia. Aku merasa telah kalah. Aku merasa teramat lelah. Apa lagi yang dapat kulakukan selain berkalang duka? Apa lagi yang dapat kuucapkan selain doa?

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

tetap semangat ya

03 Nov
Balas

Insyaallah, berusaha tetap semangat

03 Nov

Meski seperti menulis di atas air, tugas kita mengingatkan dan mengajak anak didik kita ke jalan yang benar. Biarlah Alloh yang akan menyentuh hati mereka. Jangan putus asa untuk selalu berbuat kebaikan ya mbak Anti

02 Nov
Balas

terima kasih dukungannya bunda

03 Nov



search

New Post