NGE-TRACK DI UJIAN DENGAN METODE ASESMEN UJI PORTOFOLIO (UJI SERTIFIKASI PENULIS)
Pada tulisan sebelumnya, saya menceritakan pengalaman menghadapi ujian sertifikasi editor pada 17 Februari 2021. Nah, sekarang beralih pada pengalaman mengikuti ujian sertifikasi penulis yang saya ikuti selang sekitar tiga minggu dari ujian sertifikasi editor.
Setelah ujian sertifikasi editor, kembali kawan-kawan tim editor MediaGuru “ngompori” anggota desk editor untuk lanjut melaksanakan uji sertifikasi penulis. Rasanya deg-deg plas itu belum reda, mesti dipacu lagi untuk persiapan mengikuti sertifikasi penulis dengan skema penulisan buku nonfiksi.
Grup Editor MG tidak seheboh sebelumnya karena ujian ini lebih menyangkut pada “nama baik” pribadi, bukan penerbitan MG. Namun, tetap saja kami melakukan persiapan dengan mengadakan pertemuan di ruang Zoom. Tentunya dengan tujuan mempertajam pengetahuan dan memperkuat mental dalam menghadapi ujian yang akan dilaksanakan pada 10 Maret 2021.
Sebagaimana ujian sertifikasi editor, juga ada dua metode ujian yang disediakan oleh LSP untuk ujian sertifikasi penulis, yaitu metode Uji Kompetensi dan metode Asesmen Uji Portofolio. Agar bisa mengikuti ujian dengan metode Asesmen Uji Portofolio, penulis harus menyiapkan tiga buku nonfiksi yang sudah ber-ISBN. Saya dan teman-teman mayoritas memilih metode ini karena ditengarai lebih ringan daripada metode yang pertama.
Kegugupan menjelang ujian tetap ada, namun tidak sedahsyat kala akan mengikuti ujian sertifikasi editor. Saya berasumsi ujian sertifikasi penulis akan lebih mudah ketimbang ujian sertifikasi penulis. Benarkah demikian?
Ternyata tidak demikian, Kawan. Saya merasa ujian sertifikasi penulis ini lebih sulit karena untuk mengukuhkan label sebagai penulis, ada banyak hal yang harus dikuasai.
Ada satu pertanyaan yang berkesan dan menjadi pemuncak ujian kemarin.
“Sebelum mengirim Ibu mengirim naskah, apa Ibu melakukan swasunting?” tanya asesor.
Dengan mantap, saya menjawab, “Ya, tentu saja Pak.”
“Bisa Ibu menjelaskan apa saja yang Ibu swasunting dan bagaimana cara melakukannya?” lanjutnya.
Mak deg. Pertanyaan ini mengarah pada jawaban teori dan praktik.
Saya jelaskan bahwa yang harus diswasunting di antaranya adalah saltik dan ejaan.
“Lalu bagaimana caranya?” kejar asesor.
“Dengan cara manual dan track changes,” jawab saya.
“Baik, silakan dilakukan swasunting dengan cara digital,” lanjutnya dengan tenang.
Terus terang saya agak gugup waktu itu. Dalam posisi sudah “share screen” saya sibuk membuka folder tulisan saya. Ah, rasa gugup membuat saya lupa nama foldernya.
“Sebentar ya Pak, saya belum menyiapkan naskah mentah, saya cari dulu,” jelas saya sambil mengulur waktu.
Akhirnya saya menemukan folder kumpulan cerpen. Saya buka satu file. Alhamdulillah, masih banyak yang belum teredit. Segera saya mulai mempraktikkan mengedit dengan menggunakan track changes.
Kira-kira tiga paragraf saya kerjakan, asesor berkata, “Cukup, saya sudah bisa menilai kemampuan Ibu.”
Hhhh… lega rasanya. Ternyata, apapun metode ujinya, asesor lebih “berkuasa” menentukan cara mengujinya.
Ketika saya bahas soal nge-track di ujian dengan metode Asesmen Uji Portofolio, salah satu teman editor berkomentar, “Kok bisa? Praktik kan biasanya untuk ujian dengan metode Uji Kompetensi?”
“Lha iya itu, ternyata apapun bisa terjadi,” jawab saya.
Maka, untuk para penulis yang akan mengikuti ujian sertifikasi penulis, saya sarankan mempersiapkan diri, pengetahuan, dan kemampuan yang memadai, sebab apapun bisa terjadi.
Setelah melaksanakan ujian satu jam, saya diminta menunggu hasilnya selama sepuluh menit tanpa meninggalkan ruang Zoom. Alhamdulillah, hasil yang sama dengan sertifikasi editor dapat saya kantongi. Saya merasa lega dan bersyukur sekali karena dapat melewati dua ujian penting dengan hasil sesuai harapan.
Sahabat juga ingin merasakan sensasi ujian sertifikasi? Ayuuuk…
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Barakallah Bunda cantik. Lanjut jadi asesor kompetensi BNSP Bund...
Saya sudah merasakan sensasinya pada 2019, Bu. Seru badai. Hehehe