PERBINCANGAN SEKS DI KALANGAN SISWA SD, NGERI…
Ini nyata, bukan hoax. Apa yang saya tulis ini berdasarkan apa yang saya dengar dan saya lihat. Keponakan perempuan saya duduk di bangku SD kelas dua. Dia sudah saya anggap sebagai anak saya karenanya kami sangat akrab.
Siang itu dia sedang sibuk menonton televisi. Begitu tahu saya datang, dia langsung menghambur ke pelukan saya. Kami duduk bersama. Televisi sedang menayangkan iklan. Waktu itu iklan susu untuk ibu hamil. Tiba-tiba dia mulai becerita.
“Bude, adik bayi itu keluar dari ternyata keluar dari tempat pipis kita ya?” Saya tertegun mendengar kalimatnya. Berarti dia sudah punya informasi itu.
“Ohya?” Saya pura-pura tidak tahu.
“Masak Bude ndak tahu…,” katanya.
“Lha memang Ica tahu apa dong?” pancing saya. Saya penasaran dengan apa yang akan dituturkannya.
“Temanku ada yang mbawa hape ke sekolah. Kan gak ketahuan bu guru..pas jam kosong kami diajak melihat video,” katanya santai. Saya terhenyak Pikiran buruk berkelebat. Jangan-jangan…
“Di video itu ada ibu yang sedang melahirkan. Hi…ada banyak darah di tempat pipis itu lalu tiba-tiba ada kepala muncul dari situ,” tuturnya polos. Deg! Saya terkejut bukan kepalang mendengarnya.
“Lalu bagaimana?” tanya saya sambil menguasai emosi.
“Ya itu ternyata adek bayi…,” lanjutnya.
“Ada lagi Bude,…kata temanku yang lain itu video biasa… kata yang lain ada video pembuatan bayi,” lanjutnya.
Mak jleb. Tubuh saya bergetar. Siswa kelas dua SD telah melihat adegan yang tidak seharusnya mereka lihat.
“Coba ceritakan ke Bude,” kata saya sambil mengambil cemilan. Sengaja saya buat situasinya santai agar dia leluasa bercerita.
“Gini, katanya ada donat dan sosis, lalu sosis itu dimasukkan ke donat. Begitu cara membuat bayi.”
“Donat dan sosis”, baru kali ini saya dengar dua istilah itu untuk menggantikan organ reproduksi wanita dan pria. Tambah panas situasinya. Pasti ada banyak rahasia yang akan diungkapkannya.
“Temanmu banyak yang melihat?”
“Ya iyalah Bude, tahukan si Lita itu…di rumahnya kan tempat anak-anak main internet. Katanya di situ banyak video donat dan sosis. Trus kalo Tino, tahunya dari hape mamanya.”
Saya hampir terlonjak dari kursi mendengar kalimat terakhir. Saya ingat-ingat mamanya Tino…ya saya tahu sekarang. Dia dulu tidak lulus SMA, menikah di usia belia karena kecelakaan. Ampuuuun…
“Trus kemarin, aku disuruh nungguin Bima pipis. Aku disuruh Tino, ya aku lari Bude…kan jijik masak disuruh nungguin anak laki-laki pipis…katanya disuruh liat sosis,” katanya sambil mengunyah biskuit.
Ya Allah, apa-apaan ini? Saya usap muka saya yang mulai berkeringat. Rasanya lemas sekujur badan saya.
“Malah temanku yang lain katanya pengen nyobain sosis dan donat,” katanya lugu.
“Astaghfirullah,” kata saya setengah terlonjak. Saya berusaha menguasai emosi saya.
Keponakan saya itu bersekolah di SD sebuah desa kecil yang jauh dari keramaian kota. Tidak terpencil tapi juga tidak berada di pusat kota. Bila siswa SD di desa kecil saja sudah tahu bahkan rutin mengonsumsi pornografi…saya ngeri bila membayangkan perilaku seks siswa SMP dan SMA.
Saya kemudian menyampaikan apa yang saya dengar pada mamanya Ica. Segera wali kelasnya dihubungi. Dua hari berikutnya saya diputarkan rekaman investigasi yang dilakukan oleh wali kelas Ica. Tampak beberapa anak laki-laki saling tunjuk ketika ditanya tentang video yang mereka saksikan. Upaya saling tunjuk berakhir ketika salah satu dari mereka mengakui sering menonton video mesum. Dia siswa kelas 3. Tampak berbagai nasihat diberikan. Reaksi anak itu hanya diam menunduk. Saya benar-benar hampir tak percaya bahwa anak usia 8-9 tahun telah akrab dengan dunia pornografi.
Saya jadi berpikir…siapa yang harus dipersalahkan. Saya sering kali tahu banyak orang tua yang bangga bila mampu membelikan anaknya ponsel tipe terbaru. Dengan ponsel itu orang tua bisa menghubungi anaknya. Termasuk si anak bisa “diam” di rumah karena asik dengan ponselnya. Orang tua tak perlu kebingungan mencari anaknya karena si anak bermain ke rumah teman-temannya. Dengan berteman ponsel, orang tua cenderung menganggap “aman” karena si anak betah di rumah.
Sayangnya, kadang orang tua tidak tahu apa yang diakses oleh si anak. Apa saja isi galeri si anak, bagaimana pola komunikasinya di ponsel, apa yang kerap ditonton, game apa yang dimainkan…sering orang tua abai akan hal itu. Apalagi bila telah dipasang password. Lebih sulit lagi orang tua mengecek isi ponsel tersebut.
Kembali ke persoalan awal. Masalah seksual adalah masalah kita bersama. Bukan hanya persoalan orang dewasa melainkan anak-anak pun perlu tahu dan mendapat pengetahuan yang cukup tentang seksualitas. Pembicaraan tentang seks bukan lagi hal yang tabu. Sebab remaja bahkan anak SD ternyata telah tahu tentang masalah seks dan hubungan seks.
Kasus aborsi, pernikahan dini, pelecehan seksual yang makin marak membuat kita semakin miris. Bila anak kecil mengasuh anak kecil…, anak yang seharusnya masih berkutat dengan impian dan buku kemudian terpaksa menjalani beban yang harusnya dipikul oleh orang dewasa, maka tidak heran bila kekerasan terhadap anak juga kian menjadi. Orang tua adalah figur pertama yang dijadikan panutan oleh anak. Bila orang tuanya tidak mengasuh dan mendidiknya dengan benar maka jangan heran bila si anak juga berperilaku tak sewajarnya. Contoh di atas, seorang anak melihat tayangan video porno justru dari hape mamanya,…duh rasanya muka ini tersiram air comberan. Bagaimana si mama bisa seceroboh itu? Atau jangan-jangan ia menganggap biasa masalah tayangan itu? Apa ada jaminan hanya si mama itu saja yang permisif terhadap tayangan macam itu? Saya rasa banyak orang tua yang menganggap masalah pornografi sebagai hal biasa. Bagi mereka mungkin biasa, tapi tidak bagi anak-anak. Anak-anak memang perlu tahu tapi belum saatnya melihat, mendengar, apalagi memikirkan tentang hubungan seksual.
Saya rasa sudah saatnya tiap sekolah bekerja sama dengan para psikiater/psikolog. Sebab bila anak sudah kecanduan pornografi, kita sebagai guru takkan sanggup mencabut apa yang tertanam kuat dalam ingatannya itu. Perlu penanganan dari pihak yang memang ahli untuk memulihkan kondisi mental si anak yang telah terkontaminasi. Orang tua kadang juga tak mau mengakui kesalahannya, acap kali mereka cenderung tertutup apalagi untuk urusan seks. Berangkat dari keprihatinan yang mendalam inilah saya beranikan diri menulis apa yang saat ini tengah menimpa anak-anak kita. Jangan sampai generasi kita menjadi generasi ngeri…Ngeri karena telah teracuni pornografi, ngeri karena telah terjangkiti HIV/AIDS, ngeri karena telah tertulari penyakit menular seksual. Save our generation!
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Astaghfirullah.... semoga tulisan ini menyadarkan para guru dan orang tua tentang sisi negatif teknologi yang perlu diwaspadai. Terus menulis, Mbak Khoen. Makin keren tulisannya
Terima kasih komentarnya pak Komandan...
Orang tua dan guru bisa memberikan arahan kepada anak tentang penggunaan internet yg sehat, melindungi smartphone dgn software anti pornografi shg tdk bisa mengakses pornografi. Disisi lain utk mencegah berkembangnya pornografi di masyarakat harus ada sanksi yg tegas dari negara. Konten2 penyebar pornografi harus ditutup dan diberi sanksi agar timbul efek jera.
Iya bun... Sangat memprihatinkan Btw tulisan ibu maknyuss Saya suka...a Salam kenal bu Khoen
salam kenal juga bu..
isinys bagus, namun sayang pencetakannya bu, tolong diedit kembali
terima kasih sarannya pak...memang masih perlu banyak perbaikan pak
Komunikasi yang baik dr orang tua dengan anak adalah jawaban yg trlnts dlm pikiran sy smntr ini.
Astagfirullah... miris saya membacanya bu koen.
iya bu...saya juga miris
Terima kasih atas komentar dari bapak ibu semua...
Kejadian seperti yg d ceritakan Bu Khoen sebenarnya sudah menjadi perhatian ibu Elly Risman, psikolog Indonesia yg terkenal, beliau sampai mengatakan negara kita ini Sudah Darurat Pornografi.... beliau sampai menangis ...dan menghimbau agar orang tua tdk lalai terhadap anak mereka..... Dengan membaca tulisan Bu Khoen...akan membuat pembaca lebih waspada , terimakasih Bu Khoen
Astaghfirullohal adhiiim .. Kerja sama semua pihak bunda, sy jg memikirkan hal tsb. Tak mungkin qt membendung berkembangnya teknologi. Akan banyak akses anak2 qt kecolongan dg informasi seputar seks. Kadang tak terpikirkan sm skl. Kadang tmn2 group qt yg usil n tdk mau th pengaruhnya pd anak2 mengirim ke group, n lupa qt tdk hapus di galery. Daaan... Banyak kejadian yg tdk qt sangka menjadikan informasi blak-blakan seputar seks. Berjalannya waktu akan semakin berkembang teknologi qt. Dg tetap memberikan pengawasan maksimal, nasehat n penjelasan dr qt seputar seks pd anak qt, dan akibatnya jika menonton di usia dini, memaksimalkan kualitas komunikasi dg anak, dan yg terpenting adalah doa. Yaa...bunda Khoun, doalah senjata ampuh qt, disamping figur dr qt. Tingkah n perbuatan kita mengalahkan nasehat qt di depan anak2 qt. Sedangkan doa adalah penyempurnanya. Semoga Alloh melindungi semua generasi qt... Aamiin...
Astaghfirullohal adhiiim .. Kerja sama semua pihak bunda, sy jg memikirkan hal tsb. Tak mungkin qt membendung berkembangnya teknologi. Akan banyak akses anak2 qt kecolongan dg informasi seputar seks. Kadang tak terpikirkan sm skl. Kadang tmn2 group qt yg usil n tdk mau th pengaruhnya pd anak2 mengirim ke group, n lupa qt tdk hapus di galery. Daaan... Banyak kejadian yg tdk qt sangka menjadikan informasi blak-blakan seputar seks. Berjalannya waktu akan semakin berkembang teknologi qt. Dg tetap memberikan pengawasan maksimal, nasehat n penjelasan dr qt seputar seks pd anak qt, dan akibatnya jika menonton di usia dini, memaksimalkan kualitas komunikasi dg anak, dan yg terpenting adalah doa. Yaa...bunda Khoun, doalah senjata ampuh qt, disamping figur dr qt. Tingkah n perbuatan kita mengalahkan nasehat qt di depan anak2 qt. Sedangkan doa adalah penyempurnanya. Semoga Alloh melindungi semua generasi qt... Aamiin...
razia hp harus rutin bu atau siswa SD dilarang membawa hp. namun pendidikan bagi ortu itu yang paling urgent saat ini ya bu..
Sereeem bu.... Tulisan ibu ini salah satu bukti efek negatif perkembangan IT dan lepasnya pengawasan orang tua. Semoga kita lbh waspsda lg.
iya bu...semoga kita lebih waspada
Harusnya ada pelatihan khusus psikologi ya bagi guru2 dan rutin...1 ato 2 kali dalam setahun