Tahap Menulis: Membuat Outline, Perlukah?
Dalam tahap pramenulis, kita mengingat, mendengar, atau mengamati banyak hal untuk menemukan ide besar tulisan. Ide besar itu biasanya disebut dengan ide pokok. Nah, setelah kita punya ide pokok untuk tulisan kita, apa yang kita lakukan? Misalnya ide besar itu tulisan kita tentang Pengalaman Rekreasi. Langkah selanjutnya tentu saja kita harus mulai menuliskan ide tersebut menjadi tulisan yang utuh. Ada dua cara yang dapat ditempuh dalam tahap menulis ini, yaitu 1) dengan langsung menulis dan 2) membuat outline (garis besar tulisan).
1. Langsung menuangkan hal-hal yang terkait dengan ide besar tersebut.
Artinya penulis langsung menuliskan semua pengalamannya yang terkait dengan rekreasi tersebut. Bisa mulai persiapan sampai kepulangan, bisa tentang keseruan yang dialami, dan sebagainya. Kelemahan cara ini, tulisan kita tidak terkontrol dengan baik, meloncat ke sana-sini, dan kadang mengembara sampai jauh. Bahkan, acap kali tidak lagi berkaitan dengan ide pokok yang sudah ditetapkan.
2. Membuat outline (garis besar tulisan).
Membuat ouline atau garis besar tulisan umumnya kita kenal dengan istilah kerangka karangan. Kerangka karangan ini adalah cabang-cabang tulisan (ide-ide penjelas) yang berkaitan dengan ide pokok tadi. Sebuah tulisan disusun dari beberapa bagian: awal, tengah, dan akhir. Nah, outline ini berisi apa yang akan ditulis di awal, tengah, dan akhir karangan kita.
Contoh ide pokok: Pengalaman rekreasi
Contoh outline
Bagian awal:
Persiapan rekreasi
Keberangkatan ke tempat tujuan
Bagian tengah:
ketika sampai di tempat tujuan
Aneka wahana
Hal-hal unik yang dijumpai
Bagian akhir:
Kepulangan dari tempat rekreasi
Tiba di rumah
Contoh di atas mudah dipahami kan?
Membuat outline memang terlihat ribet, karena kita mesti membayangkan utuh tulisan kita dari awal hingga akhir. Akan tetapi ribet di awal ini justru akan memudahkan kita dalam menulis. Ouline merupakan panduan kita dalam menulis. Tulisan kita tidak akan mengembara terlalu jauh atau keluar dari apa yang digariskan karena semua sudah direncanakan.
Dengan membuat outline lebih dulu, kita tidak akan khawatir kehabisan ide di tengah-tengah proses menulis, karena ide-ide kecil (penjelas) sudah kita rumuskan di awal.
Lantas, berapa banyak ide-ide penjelas dalam outline yang harus kita buat? Bergantung seberapa panjang halaman target tulisan kita. Kalau kita akan menulis buku, tentu saja, ide penjelasnya harus lebih banyak, karena ia adalah cikal bakal subjudul dalam daftar isi buku kita.
Dengan demikian, membuat kerangka tulisan itu perlu dilakukan demi “kenyamanan dan kemudahan” kita dalam menulis. Jika kita merasa nyaman dan mudah, tulisan kita juga akan lebih cepat rampung.
Semoga bermanfaat.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Izin membagikan ya....
Izin membagikan ya....
Sangat informatif dan aplikatif. Terima kasih bunda sudah mengingatkan. Sehat, bahagia, dan sukses selalu. Barakallah
Subhanallah, paparan informatif. Sukses selalu dan barakallahu fiik
Sangat bermanfaat. Tapi saya lihat banyak gurusianer yg menulis langsung jadi. Tidak pakai outline. Sampai tdk sempat di edit, langsung upload. Salam kenal, Salam Literasi.