Khoen Eka Anthy

Berselancar dengan kata-kata telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kesehariannya, terlebih setelah menjadi editor di MediaGuru. Selalu berusaha berbua...

Selengkapnya
Navigasi Web
Terima Kasih, Nak...

Terima Kasih, Nak...

Lima tahun… ya, akhirnya lima tahun masa belajar si sulung yang biasa kami panggil “Mbak Ayun”, di pondok pesantren selesai sudah. Hari ini Sabtu, 24 Juni 2023, Mbak Ayun dinyatakan lulus dari Pondok Pesantren Daarul Ukhuwah Putri 1 Malang.

Betapa tak terkira rasa syukur ini pada-Mu ya Allah. Lima tahun itu bukan yang singkat untuk merajut kisah, untuk menapaki hari-hari yang penuh perjuangan, terlebih lagi di pondok pesantren.

Perjuangan Mbak Ayun yang mondok dan kami orang tuanya di rumah, sama beratnya. Betapa tidak, semenjak Mbak Ayun minta mondok, hati saya sebagai ibu sudah bergejolak. Bisakah putri saya yang cukup introver ini menjalani kehidupan pondok?

Sedikit berbagi rasa dan cerita, di tiga bulan awal mondok, pada kepulangan pertama, Mbak Ayun sudah menyatakan tidak betah, ingin pindah. Dengan berbagai pertimbangan saya berusaha menasihati dan meluluhkan hatinya agar bertahan sebab mondok memang pilihannya setelah lulus SMP. Dia pun bisa memahami dan menerima nasihat saya. Namun, masalah lain datang Mbak Ayun masih belum menemukan teman yang cocok. Dia merasa sendirian dan tidak nyaman. Memang tak mudah mencari sahabat apalagi di tempat baru.

Selain masalah teman, masalah keseharian pun bermunculan. Jilbab yang tertukar, hilang, tempat makan raib, hingga sabun cuci di ember entah ke mana, menjadikannya semakin tak nyaman. Wajarlah, selain tanggung jawab pada “harta” pribadi masih kurang, faktor keteledoran, termasuk perbedaan kebiasaan dan beragamnya latar belakang ekonomi keluarga, pasti ikut andil dalam masalah hilangnya barang-barang, dan saya yakin itu terjadi di manapun. Setelah tanggung jawabnya muncul, permasalahan harta benda itupun berkurang. Alhamdulillah…

Kisah berwarna terus berlanjut, masalah pertemanan, penyesuaian dengan adik kelas dan kakak kelas, adaptasi dengan kebiasaan pondok, dengan pelajaran terutama bahasa Arab, dengan para pengasuh, para ustazah, semua itu mesti dihadapi setiap hari karena itulah konsekuensi menjadi santri mukim. Curhat Mbak Ayun setiap kami berkunjung tak ada habisnya. Kami terus berupaya menyemangatinya.

Cobaan lain datang, di tahun kedua mondok, Mbak Ayun tiba-tiba sakit yang mengharuskannya rawat inap. Setelah dilakukan berbagai pemeriksaan, sulung kami itu divonis mengidap penyakit jantung rematik (PJR) atau jantung bocor. Ya Allah… Kisah lengkapnya telah saya tuangkan dalam buku “Kuikhlaskan Kau Menjadi Santri”. Perjuangan terasa jauh lebih berat. Mampukah Mbak Ayun tetap mondok dengan sakitnya itu?

Kami kuatkan hati, tiap satu bulan sekali menjemputnya untuk periksa ke RSUD Syaiful Anwar, sore setelah periksa mengembalikannya ke pondok… hingga… Covid pun datang. Santri tak boleh dijenguk. Dengan riwayat sakitnya itu, saya semakin khawatir. Hanya bisa berpasrah diri pada Allah SWT agar Mbak Ayun tidak sampai terpapar virus corona sebab akan semakin membahayakan kondisi jantungnya.

Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang. Mbak Ayun tidak sampai terpapar virus corona. Pengobatan terus berlanjut. Hingga… empat tahun terlewati dan datanglah masa pengabdian selama satu tahun. Di masa pengabdian pondok, Mbak Ayun menjadi asisten ustazah, tugasnya mengajar, menjadi wali kelas, di samping tugas lain membantu di kantin, menjadi pengurus inti Pramuka, dan lainnya. Tentunya tak mudah dari siswa belajar menjadi asisten guru dan wali kelas… Begitulah, banyak drama dalam setiap pembelajaran di kelas dan luar kelas.

Namun alhamdulillah, hari ini adalah pembuktian bahwa Mbak Ayun dapat melewati semua itu. Terima kasih Nak, perjuanganmu sebagai santri dan insyaallah hafizah, hari ini terbayar lunas. Alhamdulillah, dinyatakan lulus.

Sejak awal prosesi wisuda, saya menahan rasa haru, menahan titik bening yang akhirnya menetes juga. Terima kasih Ya Allah. Masyaallah. Barakallah….

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mbak Khoen Eka Anthy, Editor buku pertamaku, "Charger Konselor" Alhamdulillah. Keren sekali Mbak Khoen

25 Jun
Balas

Terima kasih Bu Titik. Salam hormat untuk Bu Titik, penulis hebat.

25 Jun



search

New Post