Khoen Eka Anthy

Berselancar dengan kata-kata telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kesehariannya, terlebih setelah menjadi editor di MediaGuru. Selalu berusaha berbua...

Selengkapnya
Navigasi Web
TERNYATA AKU SEPERTI MEREKA

TERNYATA AKU SEPERTI MEREKA

“Jangan pulang malam, magrib sudah harus di rumah,” kata ibuku. Hmmh…anak muda kok gak boleh pulang malam. Padahal melihat keramaian malam sangat menarik dan menyenangkan.

“Sudah sore ke mana saja kok belum pulang sekolah?” Kalimat itu rutin terucap dari ibuku. Sampai-sampai aku hafal di luar kepala. Kalau aku pulang sekolah agak sorean pasti kudahului mengucapkan kalimat itu sebelum ibuku mengucapkannya.

“Sudah salat belum? Walau main jangan lupa salat,” Kalimat itu juga rutin terucap dari ayahku. Rasanya kalimat ini juga nempel terus di telingaku. Tiap kali aku main dengan teman-temanku kalimat itu membuntutiku seolah menjadi ekorku.

“Pacaran? Kamu masih kecil…sekolah dulu yang pinter ya…jodoh itu gampang, pasti sudah diatur oleh Allah…,” nah…kalimat itu juga selalu berdengung di telingaku. Ketika aku mulai berdekatan dengan lawan jenis, pasti ayah atau ibu mengatakan hal itu. Sepertinya mereka tak pernah menjadi muda.

Sekarang….setelah belasan tahun berjalan.

Aku telah memiliki seorang putri yang menginjak remaja.

“Jangan pulang malam, magrib sudah harus di rumah,” pesanku padanya bila ia pamit keluar rumah.

“Sudah sore ke mana saja kok belum pulang sekolah?” Rasa khawatir menjalariku bila si sulung belum pulang juga dari sekolah padahal hari sudah sore.

“Sudah salat belum? Walau main jangan lupa salat,” suamiku selalu berpesan demikian. Maklum kadang si sulung kalau sudah keasikan main sering lupa salat.

“Pacaran? Kamu masih kecil…sekolah dulu yang pinter ya…jodoh itu gampang, pasti sudah diatur oleh Allah…,” kalimat itu sekarang juga aku sampaikan pada putri tercinta kami bila ia bercerita mulai ada yang menyatakan cinta padanya. Ah dia baru duduk di sekolah menengah pertama…rasanya riskan mendengar kata cinta-cintaan.

Waktu berlalu…belasan tahun telah terlewati. Ternyata kini aku seperti ayah dan ibuku. Benar jika beliau berdua selalu diliputi kekhawatiran bila aku keluar rumah apalagi bila aku pulang sore atau malam. Benar jika beliau berdua mengkhawatirkan masalah salatku. Juga tentang larangan pacaran. Beliau berdua benar tentang semua itu. Sekarang doaku, anak-anakku lebih baik dariku dahulu…

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

semoga ananda menjadi anak yang sholeh dan sholehah

17 Apr
Balas

Amiin.. YRA

17 Apr

Amiin..terima kasih doanya pak Murman...

18 Apr

Waaah ....bisa buat pelajaran q kelak jika sudah mempunyai putra atau putri .

17 Apr
Balas

aku juga seperti mereka bu sama

17 Apr
Balas

Samaaa..aku juga dulu begitu heee

17 Apr
Balas

Naluri bu, memang sudah saatnya

18 Apr
Balas



search

New Post