Khoen Eka Anthy

Berselancar dengan kata-kata telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kesehariannya, terlebih setelah menjadi editor di MediaGuru. Selalu berusaha berbua...

Selengkapnya
Navigasi Web
TERNYATA INI BUKAN SALAHNYA (Catatan Buram Dunia Pendidikan)

TERNYATA INI BUKAN SALAHNYA (Catatan Buram Dunia Pendidikan)

Saya hanya menggeleng-gelengkan kepala mendengar pengakuan seorang siswa. Semua berawal dari bau rokok yang merebak di kamar mandi siswa. Setelah itu guru piket dengan cekatan mencari informasi siswa yang meminta izIn ke kamar mandi beberapa menit sebelum bau itu memenuhi ruangan tersebut. Setelah identitas siswa diketahui, investigasi dilanjutkan di ruang guru yang saat itu sedang sepi. Hanya ada saya dan guru piket tersebut.

Setelah diberi beberapa pertanyaan, siswa itupun mengaku bahwa dia yang merokok di kamar mandi.

“Mengapa kamu merokok di kamar mandi sekolah?”

“Saya mengantuk Bu. Biasanya untuk mengusir kantuk, saya merokok,” jawabnya kemudian.

“Sejak kapan kamu merokok?”

“Sejak SD kelas VI,” jawabnya jujur.

Saya mendengarkan dengan cermat.

“Sejak kelas VI SD? Siapa yang mengenalkanmu pada rokok?” tanya guru piket lagi.

“Hmmm…,” jawabnya ragu-ragu.

“Ayo jawab dengan jujur,”

“Saya kenal rokok dari…ayah,” katanya seraya menunduk.

Kali ini saya tak tahan dalam diam.

“Coba diulangi?” kata saya yang masih tidak percaya dengan pendengaran saya.

“Iya Bu, ayah..,”

Saya menggeleng-gelengkan kepala. Rasa geram memenuhi dada saya. Bagaimana bisa seorang ayah mengajari anaknya merokok?

“Coba ceritakan secara lengkap,”

Dia terdiam. Tampaknya, dia sedang berusaha mengingat kembali peristiwa beberapa tahun yang silam itu.

“Ayah saya petani. Saya sering diajak ke sawah untuk membantunya. Tiap kali saya membantunya, saya diberi upah rokok. Bahkan saya diberi jatah khusus bila rajin membantu. Katanya, supaya saya semangat,”

Saya dan guru piket diam mematung.

Wah…wah…wah…, bila sudah begini, apa yang bisa kami perbuat? Ayah memberi rokok pada si anak sebagai upah karena telah membantunya bekerja. Ternyata anak-anak mengenal rokok bukan hanya dari temannya, melainkan juga dari orang terdekatnya. Ironisnya, di beberapa tempat hal itu dianggap lazim. Rokok telanjur dianggap sebagai teman, sahabat setia yang siap menemani terutama saat bekerja. Lebih parah lagi, beberapa anak mengenal rokok justru dari ayahnya, termasuk pada contoh kasus di atas. Sungguh sangat disayangkan.

Rasanya, meskipun harga rokok dinaikkan berkali-kali lipat, iklan rokok khusus ditayangkan malam hari, dan di bungkus rokok tertera berbagai gambar yang mengerikan, tetap takkan berdampak bagi sebagian besar masyarakat. Rokok tetap dianggap sebagai bukti jati diri, gengsi, dan teman sejati. Padahal rokok adalah candu. Bahkan dalam beberapa penyuluhan/sosialisasi bahaya narkoba, disebutkan bahwa pintu awal masuk ke dunia narkoba adalah rokok. Sekarang, bukan lagi hal yang asing bila kita jumpai sekelompok anak/remaja nongkrong di pinggir jalan sambil merokok. Ada pula yang merokok di dalam angkot, di warung, bahkan di lingkungan sekolah. Begitulah, popularitas rokok seakan tak tergantikan.

Jujur saja, hingga saat ini jumlah perokok tak kian surut. Tetapi malah terus meningkat. Hal itu karena rokok dianggap tidak berbahaya. Merokok dianggap sebagai hal yang biasa. Baik orang dewasa, remaja, maupun anak-anak. Tentunya termasuk para ayah. Bila sang ayah bersikap permisif terhadap rokok, besar kemungkinan, tanpa diajaripun, anak laki-lakinya juga akan merokok. Saya yakin ia akan meniru ayahnya. Seringkali ketidakselarasan ini terjadi. Di sekolah siswa dilarang merokok namun di rumah malah sebaliknya, dibiarkan, bahkan diizinkan. Ini jelas menyulitkan pihak sekolah. Diperlukan langkah seiring sejalan antara pihak sekolah dan orang tua agar penanaman kebiasaan yang baik dapat terbentuk secara optimal.

Untuk para ayah yang masih merokok, upayakanlah untuk tidak merokok di depan mereka, berilah kesempatan agar mereka bisa hidup sehat. Biarlah anak-anak hanya meniru yang terbaik darimu. Save our generation!

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

orang tua adalah madrasah terbaik

09 May
Balas

Betul banget bu..betapa sesak dada ini ketika harus menghirup asap rokok setiap pagi di kamar mandi pribadi hiksss....bagaimana cara menyadarkannya ya Allah... Perubahan bisa terjadi jika diawali dari sendiri.

09 May
Balas

"Biarlah anak-anak hanya meniru yang terbaik darimu." Setuju Bu Khoen

09 May
Balas

Pendidikan keluarga sangatlah penting dalam menanamkan sikap peduli lingkungan. Percuma saja sekolah membentuk karakter siswa yang baik jika tidak didukung oleh orang tua. Sanggupkah sekolah dan orang tua mendidik anak-anak? Benar bu Khoen, bukan salah anak-anak jika mereka melakukan kesalahan, mereka hanya meniru.

09 May
Balas



search

New Post