Khoen Eka Anthy

Berselancar dengan kata-kata telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kesehariannya, terlebih setelah menjadi editor di MediaGuru. Selalu berusaha berbua...

Selengkapnya
Navigasi Web
Waktu Terhenti di Sudut Senyummu

Waktu Terhenti di Sudut Senyummu

Satu kata, “Subhanallah”. Ya, kata itulah yang terucap setiap kali saya bertemu dengan mereka. Rasanya tak dapat dipercaya. Setelah belasan bahkan puluhan tahun berlalu, hampir tak ada perubahan fisik yang berarti dari mereka. Kalau toh ada perubahan, tidaklah drastis. Senyuman khas itu juga masih sama. Bahkan, subhanallah, wajah mereka masih sama seperti saat berada di kelas bertahun-tahun yang silam. Seakan waktu enggan menyaput keriput di raut mereka. Ya, mereka yang saya maksud adalah guru-guru saya.

Saya tidak tahu rahasia apa yang mereka miliki. Yang jelas mereka tetap awet muda. Sekali waktu saya bertemu dengan guru bahasa Indonesia saya ketika masa SMP. Beliau adalah Bu Asih. Waktu itu kami bertemu di ruang MGMP Bahasa Indonesia tingkat kota. Begitu mengetahui beliau adalah guru saya, bergegas saya hampiri, saya cium tangannya dengan takzim seakan saya kembali menjadi murid berseragam putih biru. Rasa haru menyeruak begitu rupa, tak terbendung. Beliau menatap saya lekat. Berusaha mengingat-ingat siapa yang ada di hadapannya saat itu.

Saya tuntun ingatan beliau agar mengenali saya. Senyum tersungging begitu manisnya ketika ingat masa beliau mengajar saya di SMP.

“Kamu pernah saya cubit karena lupa mengerjakan LKS. Ya kan?”

Saya mengangguk kemudian ingat betapa pedas cubitan Bu Asih kala itu. Sejak insiden cubitan itu saya rajin mengerjakan PR.

“Sekarang kita malah jadi teman, ya…,” kata Bu Asih.

“Mungkin begitu Bu, tapi bagi saya, ibu tetap guru saya,” jawab saya dengan penuh kehati-hatian. Sebab, meski puluhan tahun berlalu, beliau tetap guru saya. Rasa segan dan hormat takkan pernah menguap.

Yang saya herankan adalah, sosok beliau tetap sama. Semua seakan tak ada yang berubah. Padahal saya tahu kami sama-sama menua, namun mengapa beliau tetap seperti yang dulu?

Banyak yang kemudian berkomentar, “Kalau jadi guru memang biasanya begitu, awet muda,”

Saya tersenyum. Alhamdulillah saya sekarang juga menjadi guru. Semoga awet muda juga. Amin.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Amin bapak ibu...semoga kita semua selalu sehat dan awet muda

07 Jul
Balas

Banyak yg mendoakan gurunya, jd awet muda dan sehat

03 Jul
Balas

Guru dan murid. Sama-sama berbakti untuk umat. Hingga suatu saat dipertemukan di tempat terhormat. Indah pada akhirnya.

02 Jul
Balas

amin...insya Allah.

02 Jul

cerita bunda Khoen, sama dng cerita yg saya post di gurusiana bbrp hari yang lalu. itu hebatnya guru, selain isi kepalanya yang brilian, Allah juga anugerahi *awetmuda*

02 Jul
Balas

Ohya? Wah kita sehati, bu...

03 Jul

Aamiin...Subhanallah... semoga kita semua awet muda ya, he..he

02 Jul
Balas

Subhanallah...guru setiap waktu harus menampakan kesenangannya d hadapan murid2nya. Awet muda hasilnya ya bu. Amiin

02 Jul
Balas

Semoga awet muda. Dan sehat juga. Aamiin

02 Jul
Balas

Subhanallah...

02 Jul
Balas



search

New Post