Khoeri Abdul Muid CAH PATI

Redaktur Penerbit MDI (Media Didaktik Indonesia). Alumnus IKIP NEGERI YOGYAKARTA dan UNNES SEMARANG. Pernah mengajar di SMA TARUNA NUSANTARA MAGELANG. Sekarang ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Bibit Penjajah Versi Cerita Rakyat Baron Sekeber

Baron Sekeber seorang bangsawan dari negeri Belanda, mengadu nasib datang ke Tanah Jawa dengan tujuan untuk menguasai atau menjajah.

Ia berjumpa dengan Panembahan Senapati raja Mataram, penguasa Tanah Jawa dan menyampaikan maksud kedatangannya. Karuan saja Panembahan Senapati dengan tegas menolaknya.

Terjadilah perang dengan adu ilmu kesaktian. Meskipun Baron Sekeber punya andalan baju zirah (kere waja), namun ia merasa kewalahan dan minta genjatan senjata, tangguh atau jeda sementara. Dan, bersepakat akan tanding ulang, lain waktu.

Oleh karena itu Panembahan Senapati, yang merasa sebagai penguasa Tanah Jawa, memberi ijin tinggal sementara kepada Baron Sekeber, di Gunung Patiayam (wilayah Pati).

Sementara itu di Pati, Ki Gede Kemiri, lurah salah satu wilayah penting di Pati, tergila-gila pada Suli seorang gadis dusun yang cantik menawan.

Tetapi rupanya bertepuk sebelah tangan.

Diceriterakan, Suli malah bertemu Baron Sekeber, manakala tengah mencari kayu bakar di sekitar Gunung Patiayam. Singkat cerita, mereka saling mencinta. Dan, dari hubungan gelap mereka, lahirlah si kembar, Sirwenda dan Danurwenda.

Sehingga saat diadakan sensus penduduk oleh kerajaan, Suli bingung dan menyatakan bahwa Sirwenda dan Danurwenda adalah anak Ki Gede Kemiri.

Maka Ki Gede Kemiri berang. Suli digiring, dilaporkan kepada Raja Kerajaan Pati, Adipati Jayakusuma.

Adipati Jayakusuma melihat ada ketidakwajaran dalam kasus Suli. Karena kalau Sirwenda dan Danurwenda benih Ki Gede Kemiri yang Jawa tulen kok lahir albino (?). Siapakah ayah biologisnya sesungguhnya? Jangan-jangan ada orang bule masuk Pati?

Sejenak Adipati Jayakusuma berpikir dan akhirnya berkenan mengambil kebijakan. Bahwa untuk menangani lebih lanjut kasus Suli. Suli harus dibawa masuk dalam lingkup puri kerajaan dengan cara dijadikan seorang selirnya.

Tidak lama berselang, belakangan adanya laporan dari Ki Gede Jambeyan, lurah wilayah barat daya Kemiri, ---tentang Baron Sekeber, seorang bule yang berkomplot dengan para berandal, menguasai Gunung Patiayam.

Gerahlah hati Adipati Jayakusuma. Karena itu beliau langsung datang sendiri ke Patiayam untuk menumpas Baron Sekeber.

Ketika ditanya maksud kedatangannya di Pati, Baron Sekeber dengan sombong berterus terang ingin menguasai Tanah Jawa.

Maka tak ayal lagi Adipati Jayakusuma yang seorang nasionalis sejati ini, lantas bertekad untuk menumpas benih penjajah atau munah winihpanjajah, si Baron Sekeber itu! Dan, pendek kisah, berkat nasihat Ki Kenduruan, salah satu Dewan Penasihat Kerajaan Pati, Baron Sekeber bisa ditaklukkan.

Sebagai tanda bukti kekalahannya, baju zirah andalan Baron Sekeber diserahkan kepada Adipati Jayakusuma. Dan, ia (Baron Sekeber) dijadikan Juru Taman di Kerajaan Pati.

Blaik. Adipati Jayakusuma agaknya lupa atau terlalu berbaik sangka, atau merupakan strategi penyelidikan kasus Suli? Karena justru dengan menjadikannya sebagai Juru Taman sama halnya memberi akses perselingkuhan Suli feat Baron Sekeber, kan?

Dan, benar. Suli mulanya ragu, siapa ya itu? Tapi, setelah diperhatikan dengan seksama, akhirnya Suli memang tidak menyangsikan lagi bahwa si Juru Taman itu ialah si bule, Baron Sekeber, pria pujaan hatinya.

Maka bisa ditebak. Mereka lantas berpelukan mesra bersama Sirwenda dan Danurwenda buah cinta kasihnya.

Memergoki kejadian itu Adipati Jayakusuma murka. Baron Sekeber serta merta dihabisinya.

Dan, begitu melihat kekasih belahan jiwanya terkapar meregang nyawa, Suli karena sangat empatinya, mendadak lemas habis napasnya, wafat pula.

Sementara itu Sirwenda dan Danurwenda berhamburan lari ketakutan.

Tetapi untung tak dapat diraih malang tak dapat ditolak. Sirwenda mati karena jatuh saat meloncat.

Adipati Jayakusuma yang sebenarnya mengasihi anak-anak Suli tersebut terus mengabadikan tempat kejadian tragis itu dengan namaBleber (sekarang, di utara alun alun Pati).

Demikian juga nasib si Danurwenda. Ia juga mati manakala jatuh terperosok. Dan, uUntuk mengenang kejadian itu Adipati Jayakusuma memberi nama tempat itu Jiglong (sekarang di barat alun-alun Pati).

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post