Khoeri Abdul Muid CAH PATI

Redaktur Penerbit MDI (Media Didaktik Indonesia). Alumnus IKIP NEGERI YOGYAKARTA dan UNNES SEMARANG. Pernah mengajar di SMA TARUNA NUSANTARA MAGELANG. Sekarang ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Pati-ku Cantik

Pati-ku Cantik

(Wacana Bocah KAM)

Ketika liburan kala itu.

Aku duduk terpaku melihat pemandangan yang begitu indah.Aku sedang berada di sebuah mobil yang melaju pelan dari pati menuju ke Yogyakarta.Kala itu aku dan keluargaku berencana mengunjungi pamanku yang akan berangkat beribadah umroh.Sejak dari rumah, tak banyak hal yang terbayang akan kulakukan sesampainya aku di Yogyakarta.Aku hanya memikirkan betapa bosannya hanya mengunjungi rumah paman. Berdiam di rumah tanpa teman – temanku yang biasa aku ajak bermain di rumah.

Oh, ya, perkenalkan, namaku KAM. Biasa dipanggil Karum atau Arum. Aku cah Pati, sebuah kota kecil yang memiliki sejuta keindahan dan keragaman budayanya. Ketika banyak orang berpikir betapa membosankannya tinggal di kota kecil, tanpa mall, tanpa keramaian khas kota besar, aku justru berpikir sebaliknya. Sungguh mengasyikkan hidup di kota kecil ini, yang ternyata punya sejuta tempat wisata yang sedang mulai dieksplorasi. Goa pancur dan goa wareh misalnya. Keindahannya tak kalah dengan goa – goa cantik di pacitan. Tadah Hujan Sukolilo yang seindah air terjun coban rondo. Agro Wisata Kebun Jolong yang tak kalah sejuknya dengan perkebunan teh di Bogor.

Pati juga merupakan kota yang penuh sejarah. Banyak peninggalan bersejarah yang ada di Pati, misalnya Pintu Gerbang Majapahit dan Genuk Kemiri. Konon katanya Pintu Gerbang Majapahit adalah pintu gerbang yang dipindahkan oleh Kebo Nabrang dari Jawa Timur menuju kota Pati karena ia ingin mendapat pengakuan dari Sunan Muria bahwa Kebo Nabrang memang benar – benar putra kandung dari Sunan Muria. Sedangkan di Genuk Kemiri terdapat makam dari dalang kondang Soponyono dan Adipati Joyo Kusumo. Di Genuk kemiri juga terdapat pohon beringin yang sangat tua, bahkan konon lebih tua dari pohon beringin yang ada di alun – alun Yogyakarta dan Surakarta. Usianya diperkirakan mencapai 600 – 700 tahun.Kalau kita ingin cari tempat wisata kekinian, di Pati juga ada wahana wisata air, Juwana Water Fantasy. Ada juga taman kota yang indah, lengkap dengan patung – patung besar dan air mancurnya. Pati juga kota kecil yang tergolong bersih dari sampah. Karena itulah Pati mendapatkan Adipura kencana.

“Arum, kamu lagi apa? Kamu bosan ya?”

Pertanyaan kakakku sontak membuyarkan lamunanku tentang kota kelahiranku, Pati.

“Eehh, tidak. Aku hanya lihat – lihat pemandangan, kak. Indah sekali.”, jawabku

Sementara aku masih terpaku melihat pemandangan, kakakku menikmati musik kesukaannya lewat headphone. Sedangkan ayah dan ibuku asyik bercerita, menceritakan pekerjaan mereka hingga kisah lucu masa kecil masing – masing. Sesekali kudengar tawa geli mereka mengingat masa kecilnya.

“Arum, ayo bangun! Kita sudah sampai”, kata ayah

Aah, ternyata aku tertidur.

“Iya ayah. Tapi ini dimana? Ini kan bukan rumah paman?”, jawabku.

Dipikiranku berkecamuk. Tempat apa ini? ramai, bising.

“Kita mampir ke Sekaten dulu”, kata ibu

Apa lagi itu? Pikirku pasti akan membosankan.

Tapi setelah aku turun dari mobil, aku kembali terpana melihat budaya yang begitu indah. Ternyata upacara Sekaten adalah sebuah upacara ritual di Kraton Yogyakarta yang dilaksanakan setiap tahun. Upacara ini dilaksanakan selama tujuh hari, yaitu sejak tanggal 5 Rabiul Awal sore hari sampai dengan tanggal 11 Rabiul Awal tengah malam. Upacara Sekaten diselenggarakan untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Aku begitu kagum melihat permainan gamelan pusaka di halaman Masjid Agung masing-masing keraton, mendengar pembacaan riwayat hidup Nabi Muhammad dan rangkaian pengajian di serambi Masjid Agung dan puncaknya Garebeg Maulid sebagai bentuk syukur pihak istana dengan keluarnya sejumlah gunungan untuk diperebutkan oleh masyarakat.

Bukan hanya penganut agama Islam saja yang datang di acara sekaten itu. Aku sempat berbincang dengan sesama wisatawan domestik, dan ternyata dia seorang yang beragama Kristen.Namanya Caca,dia wisatawan dari Jakarta. Akupun berkenalan dengan Nyoman, wisatawan ramah dari Bali. Dia juga seumuran denganku dan sangat tertarik melihat Sekaten. Aku berbincang banyak hal tentang budaya kami masing – masing. Nyoman dengan lancar menceritakan tempat wisata di Bali dan kebudayaannya yang masih begitu kental. Ada Ngaben, Tari Kecak, Pura Besakih, Tanah Lot, Pantai Kuta, Garuda Wisnu Kencana dan masih banyak lagi. Aku dan Caca terpaku mendengar cerita Nyoman. Ceritanya membuatku ingin segera pergi ke Bali untuk berlibur.

Sementara aku asyik melihat acara sekaten dan mengobrol bersama Nyoman serta Caca, aku juga melihat banyak sekali turis asing yang hadir karena ingin melihat acara sekaten. Dari sini aku belajar banyak hal. Meskipun asal daerah kami berbeda, agama kami berbeda, dan budaya kamipun berbeda, ternyata kita bisa saling menghargai.Tiba – tiba aku teringat kata guruku, bahwa perbedaan itu bukan pemecah belah. Justru perbedaan itu yang membuat kita semakin bersatu dan bangga karena punya keragaman yang tidak dimiliki oleh bangsa yang lain.

“Kakak, Arum, ayo kita menuju rumah Paman! Sudah hampir malam lho!”

Panggilan ibuku kembali memecahkan keasyikanku. Tapi benar, waktu sudah malam, tak terasa kami sudah beberapa jam disini. Kamipasti sudah ditunggu paman. Akupun berpamitan dengan Caca dan Nyoman. Tak lupa kami bertukar nomor telepon supaya kami tetap bisa berkomunikasi meskipun rumah kami berjauhan.

“Iya bu, tunggu sebentar!”, jawabku

“Aku pulang dulu ya Nyoman, Caca. Kita nanti ngobrol – ngobrol lagi lewat telepon. Senang sekali ketemu kalian disini”, kataku

“Iya, aku juga ga nyangka ketemu temen ngobrol yang asyik disini”, kata Caca

“Oke, sampai ketemu lagi, Arum. Hati – hati dijalan yaa!”, sahut Nyoman

Aku berjalan sambil melambaikan tanganku ke mereka. Akupun mulai menikmati perjalananku ke rumah paman karena ternyata banyak hal menarik di sini. Akupun berjanji pada diriku sendiri untuk melestarikan budaya ini. Karena akan sangat disayangkan kalau budaya seindah ini hilang sia – sia jika tidak dilestarikan.

“Aahh, kenapa aku baru menyadari kalau perjalanan ini begitu menyenangkan?”, gumamku.#k

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post