Khoeri Abdul Muid CAH PATI

Redaktur Penerbit MDI (Media Didaktik Indonesia). Alumnus IKIP NEGERI YOGYAKARTA dan UNNES SEMARANG. Pernah mengajar di SMA TARUNA NUSANTARA MAGELANG. Sekarang ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Seri Moderasi Beragama Siswa SD via Cerpen-Gram Multikultural (6Tamat) MANFAAT
karakter dalam K-13

Seri Moderasi Beragama Siswa SD via Cerpen-Gram Multikultural (6Tamat) MANFAAT

OLEH: Khoeri Abdul Muid, M.Pd (Kepala SD Negeri Koripandriyo, Gabus, Pati, Jateng)

 

Sebagaimana di sebut di muka, pertama-tama bacalah suatu cerpen kemudian tanggapilah dengan cara ‘memainkan’ Cerpen-Gram Multikultural! Memainkan? Ya. Cerpen-Gram Multikultural pada dasarnya merupakan media yang menghubungkan antara pengarang cerpen dan pembaca cerpen. Pengarang cerpen menyuguhkan nilai-nilai (sesuatu yang berharga) tentang multikultural di dalam cerpennya. Sementara pembaca cerpen berburu nilai-nilai tersebut.

Kalau dilihat dari sudut pandang sebagai permainan maka permainan ini termasuk ke dalam jenis book game (permainan buku). Dan, di dalam book game di antara pemain tidak ada yang kalah dan menang. Karena sudut pandang orang dimungkinkan berbeda-beda. Tetapi yang terpenting ialah semakin banyak nilai yang ditemukan maka permainan disebut semakin baik.

 

Petunjuk Umum

Cerpen-Gram Multikultural terdiri dari 2 bagian, yakni isi dan refleksi. Dalam mengisi bagian isi, isilah kolom-kolom yang tersedia dengan mengacu pada isi cerpen yang sedang kalian baca.

 

Dalam mengisi bagian refleksi, jawablah pertanyaaan atau tanggapilah pernyataan sesuai dengan pikiran dan perasaan kalian sendiri. Jika diperlukan, aculah nilai-nilai multikultural.

 

Cerpen-Gram Multikultural bisa dibuat secara kelompok ataupun individual. Kemudian salah satu kelompok atau individu mempresentasikan hasilnya untuk didiskusikan bersama guru kalian.

 

 

Petunjuk Khusus

Identitas Cerpen

Apa manfaat menulis identitas cerpen? Bahwa dengan menulis judul dan pengarang dan merefleksinya berarti kalian telah berlatih menghargai hasil karya orang. Dan, dengan menghargai karya orang, berarti kalian juga telah menghargai orang.

“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat” (Al-Qur’an surat Al-Hujarat ayat 10).

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka; dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik, dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan, seburuk-buruk panggilan adalah panggilan yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat maka mereka itulah orang-orang yang zalim” (Al-Qur’an surat Al-Hujarat ayat 11). 

Sementara itu dengan menulis tema dan amanat serta merefleksinya berarti kalian telah memahami pokok pikiran dan pesan moral (pelajaran/hikmah) sebuah cerpen.

“Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berpikir” (Al-Qur’an surat Al-A’raf ayat 176).

Dengan semakin banyak memahami tema cerpen maka wawasan kalian akan semakin luas, sehingga diharapkan kalian akan bersikap tidak picik dan tidak egois. Sebab kepicikan bisa membuat orang bersikap egois dan pada akhirnya dapat memicu pertengkaran.

Si Buta dan Gajah

 

Perhatikan kisah berikut!

Alkisah. Suatu ketika seorang Raja di India Utara memerintahkan pegawai-pegawainya untuk mengumpulkan orang-orang yang buta sejak lahir ke istana kota raja. Sang raja juga memerintahkan pegawainya untuk membawa seekor gajah ke istana. Orang orang buta ini sepanjang hidupnya belum pernah sama sekali mengerti apa itu gajah. Mereka tidak tahu seperti apakah gajah itu. Sekarang sang raja memerintahkan mereka untuk menyentuhnya. Mereka hanya menyentuh bagian-bagian tertentu saja, bukan gajah secara keseluruhan. Dengan cara demikian sang raja akan mendapat hiburan. Setelah beberapa waktu menunggu, mereka dipersilahkan mengatakan, bagaimana dan apa itu gajah.

 

Orang pertama, yang memegang badan gajah mengatakan bahwa gajah itu rata.

“Bukan begitu!” kata orang kedua, yang memegang gading gajah, dan ia berteriak, “Gajah itu bentuknya agak panjang meruncing dan tajam.”

Orang ketiga, yang memegang telinga gajah itu menyangkal, “Bukan seperti itu, gajah itu gepeng dan bergerak-gerak.”

“Saya tidak setuju,” sahut orang keempat yang memegang belalai gajah. “Gajah itu melengkung.”

Orang kelima, berteriak tak setuju dan menyanggah, “Gajah itu lonjong besar.”

Orang keenam, yang diizinkan menunggang gajah itu berkata, “Tidak ada satu pun dari kalian yang akurat! Gajah itu nyaman ditunggangi, dapat bergerak dan berjalan!.”

Masing-masing dari mereka memiliki pendapat, penjelasan dan argumennya sendiri tentang seekor gajah.

Karena gambaran mereka tentang gajah berbeda. Maka mulailah mereka bertengkar.

Masing-masing sangat yakin bahwa hanya penjelasannyalah yang paling benar dan kepunyaan yang lainnya salah.

 

Dan, itulah gambaran sempitnya wawasan yang dapat menimbulkan sikap picik, egois yang bisa-bisa memicu pertengkaran.

 

Nama Tokoh

Dengan menulis Cerpen-Gram Multikultural tentang nama-nama tokoh cerpen dan merefleksinya, diharapkan kalian akan memulai mengenali dan belajar menghargai kemultikulturalan manusia. Sebab nama bisa mencerminkan latar belakang sosial budaya tertentu. Misalkan jenis kelamin, bahasa, suku bangsa, bangsa atau negara, agama atau kepercayaan atau ideologi dan seterusnya.

Bagaimana dengan nama kalian? Apakah mencerminkan agamamu? Atau suku bangsamu? Atau bangsa atau negaramu? Atau berkaitan dengan hal lainnya?

Dan, yang terpenting adalah kalian harus tepat bersikap terhadap keanekaragaman nama dengan segala latar belakangnya. Jangan suka membuli orang karena nama!

Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala, “…dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan, seburuk-buruk panggilan adalah panggilan yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat maka mereka itulah orang-orang yang zalim” (Al-Qur’an surat Al-Hujarat ayat 11).

 

Profil Tokoh

Dengan menulis dan menghayati Cerpen-Gram Multikultural tentang profil tokoh dan merefleksinya, kalian akan makin mengenali dan menghormati keberagaman biografi seseorang berikut letaknya dalam pelapisan masyarakat atau stratifikasi sosial (rendah, menengah, tinggi) berdasar anggapan masyarakat pada umumnya.

 

Aksesoris Tokoh

Dengan menulis Cerpen-Gram Multikultural tentang aksesoris yang digunakan tokoh dan merefleksinya, maka kalian akan makin mengenali dan menghormati keberagaman gaya hidup dan sistem peralatan hidup atau teknologi yang digunakan seseorang.

 

 

Ciri-ciri Fisik Tokoh

Dengan menulis Cerpen-Gram Multikultural tentang ciri-ciri fisik tokoh dan merefleksinya, kalian akan makin mengenali dan menghormati dan mensyukuri keberagaman penampilan fisik/ras seseorang sebagai ciptaan Tuhan yang Mahakuasa sehingga kalian tidak akan bersikap rasis. Yakni suatu sikap membuli berdasar ciri-ciri fisik (ras).

Sikap rasis dilarang oleh Tuhan. Sebagaimana tercatat dalam hadis yang diriwayatkan dalam kitab Shahih Al Bukhari. Suatu hari  Abu Dzar Al Ghiffari sedang bersama pelayannya di daerah Rabadzah, suatu perkampungan sekitar Madina, menceritakan kepada para perawi Al Ma’rur bin Suwaid akan suatu momen ketika nabi tidak berkenan dengan perilakunya.

Kalian tahu, Abu Dzar adalah salah satu golongan assabiqunal awwalin, golongan yang masuk Islam pada masa awal kenabian. Kisah seputar kesantunan dan kebijaksanaannya sudah kepalangbanyak tercatat dalam kitab hadis dan biografi. Meski demikian mulia pribadi Abu Dzar, ia pun pernah berbuat salah.

“Aku pernah menghina seseorang, dengan menyindir asal-usul keturunan dari ibunya,” ujar Abu Dzar, yang bernama asli Jundub bin Junadah ini.

“Aku berkata, “Hai kamu, anaknya orang hitam!”

Abu Dzar mengatakan kalimat ini kepada seorang kulit hitam, yang disebut-sebut sebagian ulama ia adalah sahabat Bilal bin Rabah. Dalam kitab syarah hadis seperti rsyadus Sari karya Imam Al-Qothalani, ujaran rasis tersebut konon terucap akibat perasaan jumawa Abu Dzar dari suku yang lebih terpandang.

Terang saja Nabi Muhammad SAW yang mengetahui hal itu, segera menegur Abu Dzar.

“Benarkah kau baru saja menghina pria itu, dengan mengejek pribadi ibunya dengan menyebut anak orang hitam? Ketahuilah Abu Dzar, perbuatanmu itu adalah perilaku orang-orang Jahiliyah yang tercela.”

Ditegur demikian, jelas saja Abu Dzar merasa sangat menyesal. Nabi melanjutkan nasehat beliau kepada Abu Dzar.

“Pembantu-pembantu kalian itu juga saudara kalian”.

Para ulama menyebutkan persaudaraan tersebut juga termasuk dalam iman dan kemanusiaan.

 

Perilaku Tokoh

Dengan menulis Cerpen-Gram Multikultural tentang perilaku tokoh dan merefleksinya dengan nilai-nilai multikultural, kalian akan makin mengenali, menyikapi dan menghormati keberagaman perilaku seseorang. Baik perilaku positif yang perlu dicontoh maupun perilaku negatif yang harus dihindari.

Perilaku positif itu apa? Karena “… Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kalian…” (Al-Qur’an Surat Al-Hujarat ayat 13), maka perilaku positif adalah perilaku takwa, yakni menjalankan perintah Tuhan dan manjauhi larangan Tuhan. ***)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post