Trik Mencetak Super Hero Indonesia
OLEH: Khoeri Abdul Muid
Media online detikNews (18/1) merilis setidaknya ada 6 kisah heroic (kepahlawanan) di balik aksi ledakan bom di Jalan Thamrin atau ada yang mengenalnya bom Sarinah, Jakarta Pusat. Super hero nan berani (pahlawan) ini muncul melumpuhkan teroris hingga menolong korban yang tak berdaya.
Bahwa teror bom yang terjadi pada Kamis Kamis 14 Januari 2016 pagi tersebut mengejutkan segenap kalangan. Tujuh orang tewas dan puluhan luka-luka akibat ledakan bom yang diduga dilakukan oleh jaringan Bahrunnaim ini.
Aparat kepolisian dengan diback-up TNI berjibaku melawan teroris. Ada pula warga sipil yang bahu-membahu menolong korban-korban luka yang berjatuhan. Semua dilakukan mereka dengan keberanian tinggi dan rasa kemanusiaan yang tulus.
Enam Aksi Heroik Keenam aksi heroik itu sebgai berikut.
Pertama, aksi AKBP Herry Heryawan ditengah ancaman desingan peluru dan lemparan granat atau bom para teroris berani mengevakuasi korban tewas Rais Karna yang sempat tergeletak beberapa lama di perempatan Thamrin.
Kedua, aksi Satpam Bank Mandiri di Gedung Sarinah, Tri Feranto yang sempat pontang-panting berlarian mengevakuasi karyawan bank, termasuk ada yang sedang hamil dan pingsan.
Ketiga, AKBP Untung Sangaji turut serta melumpuhkan pelaku teror Sarinah bersama rekannya Ipda Tamat.
Keempat, Kombes Martuani Sormin, Karo Ops Polda Metro Jaya adalah perwira polisi yang datang pertama ke lokasi bom Thamrin, Jakarta, menembak pelaku yang berbaju hitam bersembunyi di balik mobil putih.
Kelima, Aiptu Dodi tertembak karena ingin menyelamatkan anggota polisi lainnya.
Dan, keenam, AKBP Dedy Tabrani berhasil melumpuhkan 3 pelaku teror.
Meskipun itu semua memang sudah tugas TNI-Polri kita tetap saja bangga dan mengapresiasi setinggi-tingginya atas aksi kepahlawanan. Apalagi ditengah-tengah zaman yang sudah terkooptasi oleh trend egois dan hedonisme ini, kepahlawanan merupakan barang ‘antik dan langka’.
Bahwa keberanian yang tinggi melawan teroris dan rasa kemanusiaan yang tulus menolong korban di tengah-tengah mara bahaya demikian pada dasarnya adalah perjuangan melawan pihak anti kemerdekaan lantaran terorime merupakan penerbar ketakutan.
Bahwa hingga berapa tahunpun yang akan datang bahkan sampai kiamat. Generasi Indonesia harus diberitahu dan mengerti. Bahwa kemerdekaan yang sekarang ini dinikmati murupakan hasil perjuangan dan pengorbanan yang panjang dan hebat dari pahlawan (syuhada’) Indonesia. Melawan imperialisme dan kolonialisme yang permisiv sebagaimana terorisme.
Kini dalam melestarikan dan memberdayakan kemerdekaan bangsa dan negara Indonesia. Sebagaimana amanat konstitusi menuju kebersatuan, kedaulatan, keadilan dan kemakmuran yang lebih bermakna. Nilai-nilai kepahlawanan itu harus tetap diusung. Tentu saja sesuai dengan konteks kehidupan jaman now yang memiliki tantangan relatif kompleks.
Karenanya bagi bangsa Indonesia proses pewarisan nilai-nilai kepahlawanan menjadi sesuatu yang urgen dan krusial.
Masalahnya dasarnya adalah bagaimana kita menemukan, memformulakan bentuk-bentuk usaha-usaha kita agar nilai-nilai kepahlawanan itu bisa dicontoh dan sekaligus secara masif bisa dijiwai oleh segenap generasi Indonesia dengan segala bidang perannya?
Jalur Persekolahan dan Autokritik Strategi
Dalam kerangka penyemaian nilai-nilai kepahlawanan, sekolah sebagai tempat hampir dari seluruh generasi Indonesia dididik (digodhog) ialah memegang peranan amat strategis. Sehingga perlu selalu dilakukan cek dan cek ulang (evaluasi bersambung) terhadap efektifitas pembelajaran nilai-nilai kepahlawanan.
Bahwa tingkat efektifitas suatu pembelajaran berkait erat dengan strategi pmbelajaran yang diterapkan. Sebab suatu strategi bekerja pada tataran bagaimana suatu tujuan dapat dicapai (efektif). Strategi pembelajaran terdiri dari semua komponen materi pembelajaran dan prosedur yang akan digunakan untuk membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran tertentu (Dick dan Carey dalam Abdul Gafur, 1982: 95).
Adapun komponen materi dan prosedur pembelajaran berkait dengan pengertian, tujuan, isi dan penyajian pembelajaran. Selama ini strategi pembelajaran nilai di Indonesia ---termasuk didalamnya ialah nilai-nilai kepahlawanan, terasa kurang efektif.
Mengapa?
Karena butir-butir nilai justru dijadikan sebagai isi (konten materi) pembelajaran. Padahal seharusnya ia ditempatkan dalam posisi sebagai pijakan sekaligus muara pembelajaran (Depdiknas, 2001: 10).
Ada 2 dampak negatif dari salah strategi ini.
Pertama, pembelajaran nilai yang mestinya besifat student learning oriented tergelincir menjadi value story telling atau narrative approach (pendekatan penuturan nilai) yang notabene amat membosankan bagi peserta didik (pendengarnya).
Kedua, pembelajaran nilai kepahlawanan bukan lagi bertujuan agar siswa belajar menjadi bernilai kepahlawanan akan tetapi siswa cukup belajar tentang nilai kepahlawanan. Hal ini terjadi karena pembelajaran terjebak pada materi yang hanya berbasis pada pengembangan intelektual, khususnya hafalan (ingatan).
Kondisi ini diperparah oleh begitu sesaknya muatan (diversifikasi) kurikulum selama ini dan penilaian pembelajaran kebanyakan cukup puas menilai hafalan peserta didik dengan tes obyektif saja.
Pertanyaan lanjutannya adalah bagaimana triknya mencetak pahlawan atau super hero Indonesia dengan efektif? * (bersambung).
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar