Kurikulum 2013 menurut saya telah memberikan keleluasaan bagi guru untuk mengeksplore kreativitasnya dalam hal mengemas pembelajaran. Apapun bisa dilakukan asalkan tidak bertentangan dengan maunya Bos, eeee tidak bertentangan dengan batasan materinya dalam kurikulum. Jangan sampai mengajarkan materi cahaya, bahasnya klepon. Eeeeh salah.g

Saya terkadang iseng untuk memberikan proyek di luar yang tertera dalam buku guru maupun buku siswa. Dan itu tidak dosa, kok. Kali ini pembahasan ialah mengenai pemanfaatan sumber daya alam (SDA) yang ada di sekitarnya. Sebenarnya cakupan materinya hanyalah menjelaskan kembali bagaimana pemanfaatan singkong sebagai salah satu SDA yang ada. Namun, saya melanjutkan menjadi praktik membuat jajanan dengan berbahan dasar singkong.

Bagaimana selanjutnya?

Saya tidak meminta mereka membuatnya di sekolah, tetapi mereka harus menyelesaikannya di rumah dengan bantuan ayah dan ibu. Ho..ho.. menambah pekerjaan saja. Sebentar! bukan itu sebenarnya tujuan saya. Ini saya lakukan agar mereka juga punya waktu bersama sebagai quality time. Jika selama ini konsep tersebut lebih diimplementasikan dalam hal bertamasya atau yaaa, lebih banyak butuh duit gede, saya berharap hal kecil ini bisa menggantikan fungsi tersebut.

Lalu bagaimana aturan mainnya?

Di kelas, saya membuat grup khusus untuk wali murid. Di sini, kami bisa berdiskusi sampai mentok. Apapun itu, mau komplain hayuuk, mau memberikan saran hayuuk, atau mau menyampaikan keluh kesah tentang putra-putrinya, silakan. Asal masih dalam jalur kesopanan. Naah, fungsi itu saya tambahkan dengan media penyalur kreativitas anak didik.

Aturan main yang saya buat untuk pengerjaan proyek tadi ialah, pasangan orang tua dan siswa harus membagikan foto aktivitasnya selama membuat jajanan berbahan dasar singkong. Prosesnya yang harus dibagikan. Bukan hanya hasil akhirnya. Hal ini saya lakukan sekaligus agar anak didik yang lain menjadi termotivasi dari unggahan foto-foto temannya yang lain. Akhirnya semuanya berlomba untuk melakukan yang terbaik dan mengunggahnya di grup.

Kerjasama yang luar biasa. Saya berasumsi bahwa kegiatan seperti ini tidak banyak dilakukan oleh orang tua zaman now. Karena dianggap merepotkan atau apalah...apalah. Tetapi melalui proyek belajar ini, saya berharap kebersamaan di dapur bersama ananda tidak lagi menjadi hal yang sulit untuk diwujudkan.

Selanjutnya bagaimana?

Tahapan selanjutnya, ialah membawa hasil kue buatan keluarga itu ke sekolah. Sebelumnya saya memang berpesan agar membuat kue yang bisa disimpan dan keesokan harinya untuk dibawa ke sekolah. Pesta, dong. Nggak, juga. Mereka membawa hasilnya ke sekolah dan dipamerkan di kelas.

Siapakah pengunjungnya, mereka adalah bapak, ibu guru yang lain. Mereka bertugas untuk mengeksplore kemampuan siswa dalam menjelaskan kembali seputar jajanan yang sudah dibuatnya. Dari mulai bahan dan cara membuatnya. Inilah sebagai sarana mengomunikasikan. Salah satu tahapan dalam pembelajaran saintifik.

Bagaimana hasilnya?

Luar biasa. Mereka bisa mengomunikasikan dengan lancar, karena memang telah mempraktikkan sendiri langkah-langkahnya. Banyak jajanan tersaji di ruang kelas pagi itu. Di antaranya: spiku singkong. sunduk urut, bola-bola singkong coklat dan satu lagi, bintang jatuh pagi hari. Nama yang agak aneh.

Salah satu guru mencoba menanyakan apa maksudnya. Menurut siswa bernama Fahmi, nama itu diciptakan bersama bundanya berdasarkan bentuk jajanan yang menyerupai bintang. Dan bintang itu, sudah ada di sini pagi ini. Huwaaaaa. Boleh..boleh..Sukses ya, nak.