Jangan Menolak Tua
Jangan Menolak Tua
Oleh: Kholipah
Baru empat hari ikut tantangan sudah tumbang, kebangetan sekali, malu dan gemas. Byuh rasanya pingin nangis gulung-gulung.
Karena satu hal saya tidak punya waktu untuk pegang gawai.Bahkan genap 2 hari satu malam saya tidak memejamkan mata sama sekali.
Efeknya sepulang dari sekolah kemarin, seperti orang minum ctm. Mata terasa berat untuk melek. Waktu yang sedianya untuk beristirahat tidur siang tidak bisa terlaksana karena ibu yang sedang sakit minta ditunggui sambil cerita dan saya tidak boleh nyambi main gawai.
Puncaknya mata benar-benar tidak bisa diajak kompromi setelah salat Isya. Saya masih memakai mukena "ndlosor" tertidur di atas sajadah.
Tengah malam saya terbangun, merasa seperti ada yang kurang saya baru sadar kalau belum setor tulisan, bergegas namun seketika lemas, karena waktu telah menunjukkan pukul 01.15 menit dini hari.
Saya menggerutu sambil membangunkan suami, protes kenapa tidak membangunkan saya dan membiarkan tidur di lantai. Dengan suara serak dan mata masih setengah ngantuk bilang, kalau suami kasihan karena saya sangat nyenyak tidur. Akhirnya saya diam dan menyusul tidur karena memang masih ngantuk
Saya awali tulisan lagi hari ini, sambil menunggu tindakan MRI ibu di RS Kariadi.
Ada hal yang menarik saya selama perjalanan menuju RS Kariadi. RS yang terletak di kota di mana saya pernah mengukir kenangan selama lima tahun. Saya memperhatikan lalu lalang kendaraan, banyak sekali perubahan.
Jenis kendaraan yang bagus-bagus. Model terkini seolah berebut jalan dan semakin sesak saja. Ditambah sepeda motor yang menyemut. Karena mudahnya untuk mendapatkan fasilitas sepeda motor. Dengan tujuh ratus ribu kita sudah bisa menikmati sepeda motor baru dan gres.
Di antara sesaknya kendaraan yang berlalu lalang, ada dua alat transportasi yang masih sangat saya kenal dan menjadi andalan saat saya harus turun gunung dari kampus. Satu berwarna oranye dan satu bis tiga perempat antar kota.
Yang masih hafal di luar kepala saat ditanya teman ketika nyampai tempat indekos.
"Awakmu, mudun numpak opo?"
"Numpak Izusu"
Kalau tidak ngeh maksudnya bisa salah persepsi jadi saru. Wkwkwk
Orang Semarang naik angkutan tidak ada yang bilang amgkutan tapi izusu. Mereka banyak yang telah renta, hingga body dan cat saja sudah bisa menggambarkan bahwa mereka sebenarnya telah capai. Seperti kita yang tak terasa dimakan usia.
Kariadi, 5 Januari 2022
.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar