Bayonet di Hatiku

By : Khotim Sobariah

Siang yang terik. Mentari tepat di atas ubun-ubun. Sembari dengut-dengut, ditemani alunan merdunya gesekan dedaunan. Kurasakan mata merengek minta berselimut mimpi. Hingga anganku berteriak mengagetkan teringat pisau bayonet.

Bayonet masih bergelayut manja di hatiku. Tak juga mau beranjak. Mauku segeralah kau beraksi. Meluncur, menembakkan nurani yang curang, tidak berkeadilan.

Bayonet navy warna kesukaanku. Seirama dengan tugasnya yang teratur dan terukur.

Tahukah kau apa itu pisau bayonet di hatiku? Yup, salah satu jenis pisau yang paling berbahaya didunia.

Pisau ini bisa dipasangkan pada senjata api. Sekali dihentakkan bisa memecahkan hati yang membatu.

Aku rajin sekali merawat bayonetku. Mengasahnya dengan banyak mengkajinya, memahaminya. Bahkan tak jarang kuajak dia berjalan-jalan hingga ke ujung dunia untuk mentadaburinya.

Kenapa aku melakukannya? Karena nafsu keserakahan bisa juga dilenyapkan dengan pisau bayonet. Dia memang senjata yang luar biasa.

"Penasaran dengan kehebatanku?" Tanya si bayonet pada nafsuku.

"Mendengar namaku saja, orang bisa mengkeret hatinya," bayonet masih melanjutkan ucapannya dengan nada penuh wibawa.

Bayonet tidak hanya berguna untukku. Bisa juga kusedekahkan kepada siapa saja yang membutuhkan. Khususnya untuk manusia dengan jiwa-jiwa yang penuh keserakahan, berbuat tidak adil bahkan melakukan kecurangan-kecurangan. Caranya? Mendekatlah. Pelajarilah. Bacalah, pahamilah dan lakukanlah.