Cerita ini bermula saat saya menjalani masa Kuliah Kerja Nyata (KKN). Saya bersama 11 teman kelompok saya mendapatkan lokasi KKN di salah satu desa diwilayah Yogyakarta. Sebelum kami benar-benar melaksanakan KKN, kami mendapat pembekalan dari kampus yang isinya tidaklah jauh-jauh dari hal-hal apa saja yang harus kami lakukan demi menjaga nama baik almamater. Pembekalan berahir, kami diajak oleh pembimbing untuk survei lokasi KKN. Kebetulan pada saat survei ini, saya berhalangan hadir dikarenakan satu hal yang tidak bisa ditinggalkan.

Dari hasil survei saya mendengar cerita horror pembimbing, entah itu bercanda atau tidak, beliau mendengar bunyi gelas dan piring yang dimainkan layaknya tukang bakso memanggil, serta melihat selintas bayangan orang dengan cepat dari arah dapur. mengerikan bukan? sayapun tak ambil pusing soal hal itu.

Hari itupun tiba, kami semua sampai di lokasi dengan formasi lengkap. Kami pikir rumah yang dihuni adalah rumah kami bersama pak kades, ternyata bukan! rumah ini adalah rumah kosong yang sudah beberapa tahun ditinggal penghuninya. WOW! kebayang dong betapa ramainya rumah ini dengan makhluk-makhluk yang tak kasat mata. Ah sudahlah selagi zikir selalu di urat nadi, makhluk lainpun tak akan mengganggu kami. Setelah kami bebenah diri, kami keliling desa untuk berkenalan dengan warga sekitar. Dan benar saja dari mulut beberapa warga kami mendengar banyak cerita horror di rumah yang kami huni, hufft belum juga sehari, sudah keringat dingin membayangkan semuanya.

Azan maghrib berkumandang, kami semua bergegas ke rumah untuk bersiap shalat magrib di mushala desa. Setelah shalat selesai kami diminta untuk membantu mangajar TPQ, dengan senang hati kami membantu sekaligus menyelipkan program kerja kami yang berbasis masjid. Tepat pukul 08.00 semua kegiatan di mushala berahir, kamipun pulang ke rumah. Kami melakukan evaluasi kerja hari ini sampai dengan pukul 10.00.

Selesai evaluasi kami bergegas menuju kamar tidur. Ditengah tidur, saya terbangun mendengar bunyi gamelan, semakin saya dengarkan dengan seksama, semakin keras gamelan berkumandang.Saat itu saya benar-benar takut dan memilih untuk tidak membuka mata sambil terus berdzikir dalam hati. Duh gusti semoga ini hanya halusinasi saya.

Dan benar saja, keesokannya harinya semua ribut akan hal yang sama. ternyata mereka semua mendengar gamelan tersebut. Serentak kami langsung menanyakan ke warga tentang sumber gamelan di malam itu. Salah satu warga menjelaskan bahwasanya gamelan tersebut memang ghoib tidak ada wujudnya, mulai berbunyi dari pukul 02.00-03.00 dini hari. Konon katanya ada orang yang pernah mengikuti sumber suara tersebut, namun ujungnya orang tersebut kesasar dan tidak bisa pulang kerumah. Sontak kami kaget dan meminta kelanjutan cerita asal muasalnya.

Warga itupun melanjutkan ceritanya, bahwa dulu ada sekelompok reog yang sedang tampil mengelilingi desa dengan gamelan itu. Ketika kelompok gamelan tersebut melintasi jembatan, terjadilah sebuah musibah, dimana jembatan tersebut roboh dan arus kali saat itu amatlah deras, hanyutlah semua seniman reog dikali tersebut. Nah dengan adanya cerita tersebut membuat masyarakat desa menduga bahwa suara gamelan malam hari tersebut berasal dari lelembut yang hanyut di kali tersebut. waallahu'alam bisshowab.