Kiki Razyka

Mendedikasikan diri untuk menumbuhkan kecintaan generasi muda pada tulisan adalah janji yang harus dibayar sepanjang hayat ini....

Selengkapnya
Navigasi Web
Kemanjaan di Sepertiga Malam

Kemanjaan di Sepertiga Malam

Wanita paruh baya itu terbangun. Berisik tempat tidur usang yang berderit karena gerakannya menarik perhatianku. Ia seolah tahu harus bangkit dari mimpi saat bulan purnama telah cukup lama bertengger di langit gelap.

Pincang langkahnya menyeret tubuh keluar gubuk reot. Menuju tadahan air yang tersedia di luar bilik. Dibukanya penutup wadah lalu mulai melakukan rutinitas yang sama hampir setiap tengah malamnya, berwudhu. Aku tak hendak menganggu kali ini. Lagi pula percuma, seperti yang sudah-sudah, ia tak kan menghiraukan.

Kain mukena itu lagi! Setelah ini, ia pasti … nah, benar kan?

"Ya Allah …." Wanita itu terisak.

Aku mencibir. Tebakanku benar, ia pasti akan mulai rewel lagi setelah selesai menunaikan dua rakaatnya. Dasar!

"Ampunilah dosa-dosaku, Ya Allah."

Begh, kesal makin menjadi. Selalu permintaan yang sama.

"Mudahkanlah hidupku, Ya Allah."

Hahaha. Entah kenapa aku merasa lucu dengan kalimatnya.

"Berikanlah pertolongan-Mu."

Hmm, sudah sering kudengar, tidak ada yang baru.

"Berilah diri ini kemampuan untuk membiayai kuliah anakku"

Hmm. Lalu? Aku nyengir melihat air mata yang mengalir dari sudut matanya. Mata yang masih menyisakan jejak kecantikan masa muda. Namun kini, mata itu selalu digenangi bulir air yang berat dengan penyesalan, membuatku muak. Banting tulang kerja serabutan demi anak satu-satunya, wanita ini hanya merepotkan diri sendiri.

"Kontrakanku, berilah jalan untuk melunasinya, Wahai Yang Maha Kaya." Aku hampir tergelak, bahkan gubuk reot ini pun bukan miliknya.

"Berilah kekuatan pada tangan dan kakiku yang lemah ini, Wahai Yang Maha Perkasa." pintanya lagi, seakan semua kesulitan hidup hendak diadukannya pada Sang Pemilik.

Dasar makhluk manja dan cengeng. Selalu mengadu! Aku merutuk kesal. Kemanjaannya hampir tiap sepertiga malam, makin menyulitkan pekerjaanku

"Ya Allah, jauhkanlah anakku dari dosa dan godaan syaitan." Wanita itu lalu mengatupkan tangan dengan takzim.

Tepat saat itu, aku tahu sebaiknya mengundurkan diri sejenak. Wanita yang mulai menua itu pasti hendak menghiasi bibirnya dengan deretan bacaan yang selalu membuat gerah. Namun, jangan salah mengira aku akan melepaskannya begitu saja.

“A'udzubillah Himinas Syaiton Nirojim …”

Baiklah. Sudah waktunya. Aku harus pergi sekarang, tapi pasti akan selalu kembali lagi.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren bu...sehat dan sukses selalu

03 Oct
Balas

Terima kasih Bu. Semangat buat kita.

04 Oct



search

New Post