Menikmati menjadi Oemar bakrie pada suatu desa terpencil sungguh dirasakan luar biasa oleh Elano Mavendra. Sapaan ramah dan hangat “ Selamat pagi mas guru” dari para penduduk desa ketika berpapasan terdengar merdu di telinga dan membuat hati terasa adem. Pada saat itu Elano tinggal di rumah dinas yang disediakan oleh sekolah, karena jarangnya transportasi didaerah tersebut ia pun jarang turun gunung jika tidak ada hal yang menyangkut tugas kedinasan yang sangat mendesak.

Sudah beberapa hari ini Elano tak nampak batang hidungnya berjalan-jalan disekitar desa seperti biasanya. Saat rekan kerja dan anak-anak sekolah itu ditanya oleh beberapa penduduk desa yang sering menyapanya, mereka menjawab jika Elano tetap mengajar padahal dia sedang tidak enak badan. Hingga suatu hari ia memutuskan untuk tidak berangkat mengajar dan beristirahat total di rumah. Saat dijenguk oleh rekan guru dan penduduk sekitar, Elano terlihat sangat pucat dan lemah ternyata ia terserang demam tinggi, penduduk sekitar ingin membawanya ke dokter yang berada di dekat kantor kecamatan. karena letaknya yang sangat terpencil, kendaraan pun tidak dapat masuk kedesa tersebut, sehingga penduduk sekitar berinisiatif membawa Elano ke dokter dengan dipikul memakai sarung. Namun Elano menolaknya dengan alasan dia hanya butuh istirahat sebentar saja, karena sakitnya hanya penyesuaian suhu tubuh dengan keadaan cuaca dilingkungan pegunungan.

Begitu sangat mencintainya para penduduk desa kepada seorang Oemar bakrie hingga saat mengetahui sang guru sakit mereka segera mencari solusi untuk dapat membawanya ke balai pengobatan.

Bersambung ....

Sumber Cerita : Eko Lesmono

Bumi Serasi, 02-02-2021